42 - Tak percaya

14.5K 874 47
                                    

-Andra's Pov

Gue mengerjapkan mata gue yang terasa berat, membiarkan cahaya perlahan masuk melalui celah kelopak mata gue yang mengerjap.

Dapat gue rasakan seseorang memeluk gue membuat dada gue terasa berat, isakan pun keluar dari mulutnya membuat tangan gue terulur untuk mengelus kepalanya.

"Claudya gak mau pulang, tan, aku mau disini aja."

Gue semakin memperdalam elusan di kepalanya dan kali ini ia mendongak, gue pun tersenyum ketika melihat ekspresi terkejutnya.

"Ka--kamu?" Tanyanya reflek membekap mulutnya tak percaya membuat gue terkekeh.

"Hai," ucap gue dengan lemas.

"Andra? Kamu?" Gue tersenyum.

"Kenapa, Clau? Ada yang salah? Kamu gak seneng liat aku?" Tanya gue pada Claudya, ya emang Claudya lah yang sedari tadi gue bicarakan.

Dapat gue lihat Claudya menggelengkan kepalanya dengan raut wajah yang masih tak percaya. "Eng--enggak, Ndra. Kamu? Andra, kamu? Hiks... " Tangisnya seketika pecah membuat hati gue serasa teriris.

Gue menariknya kedalam dekapan gue. "Udah jangan nangis," ujar gue mencoba menenangkan nya.

Lalu beberapa saat kemudian Claudya melepaskan dekapan gue dan meneliti wajah gue membuat gue tersenyum geli.

"Kenapa aku bisa ada disini?" Ia mendongak dengan raut wajahnya yang masih sendu dan hidungnya yang memerah.

"Kamu jatuh dari sirkuit, Ndra, itu semua karena Jojo, tapi untungnya dia udah di tangkap sama polisi, kamu tenang aja." Gue membulatkan mata gue terkejut.

"Jo--jo di penjara?" Claudya mengangguk.

"Iya, Risyad ngasih bukti video kalau Jojo yang nyelakain kamu." Gue hanya diam, rasanya gue belum bisa mencerna ucapannya.

"Aku panggilin yang lain yah, pasti mereka seneng kamu dah sadar." Gue hanya mengangguk lemah.

***

"Syukur kamu udah sadar sayang, bunda khawatir banget sama kamu." Gue terus mengunyah makanan yang masih ada di dalam mulut gue.

Setelah mereka semua masuk, suster tiba-tiba aja anterin gue makanan yang mengharuskan gue untuk makan.

"Kita semua panik gara-gara kamu, apalagi bunda, bunda--" suara bunda tercekat saat hendak melanjutkan kalimatnya.

"Andra minta maaf, Andra udah ingkari janji Andra sama bunda. Tapi bunda tau kan, Andra gak pernah mau orang yang Andra sayangi terluka jadi Andra harus ngelakuin itu." Jelas gue sambil memegang bahu bunda yang mulai terguncang.

Isakan pelan juga mulai terdengar membuat gue memejamkan mata gue. "Bunda gak marah sama Andra, bunda justru bangga sama Andra." Gue membuka mata gue lalu tersenyum di depan bunda.

"Bunda tau, di saat Andra belum sadar. Andra ketemu sama Zaki, Andra tadinya mau ikut sama dia tapi dia larang Andra, katanya masih banyak yang butuhin Andra disini. Di tempat Andra ketemu sama Zaki, Andra juga denger tangisan kalian yang membuat Andra akhirnya memilih kembali." Ujar gue.

Semua hanya ada di ruangan menatap gue dengan senyuman mereka. "Ayah bangga kamu bisa bertahan, Ndra!" Pekik ayah.

"Jangan tinggalin kita lagi dek," gue mengangguk ketika bang Dirga ikut berucap.

"Rey sayang bang Andra!" Suara Rey tiba-tiba menyambar dan tanpa gue duga ia langsung menubruk gue kepelukannya.

Dengan senang hati gue membalas dekapannya. "Abang juga sayang kamu, gak mungkin Andra tinggalin kalian." Ucap gue.

"Udah ah, kenapa pada mellow sih! Andra risih tau gak!" Omel gue dan seketika suara gelak tawa menghiasi ruang rawat gue.

Lalu pandangan gue beralih pada seorang gadis yang sedari tadi menunduk di samping brangkar gue, yaitu Claudya.

Gue menjulurkan tangan gue untuk meraih tangannya, "Aku janji ini pertama dan terakhir kalinya kamu liat aku terbaring disini." Ujar gue.

-Bagir's Pov

Sedari tadi senyuman gak pernah luntur dari wajah gue sejak dapat kabar kalau Andra sudah sadar.

Sontak gue pun bergegas pergi ke rumah sakit, sebelumnya gue sempet jemput Nadya di sekolah karena Nadya emang tetep sekolah, gak kayak gue yang minta izin.

"Aku tau kamu seneng banget." Gue mengalihkan pandangan gue pada Nadya yang ada di sebelah gue, lalu mengangguk pasti.

"Banget, ini adalah kabar yang pengen aku denger dari kemarin-kemarin." Lalu dengan tak sabarnya gue menarik tangannya ketika telah sampai di rumah sakit tempat Andra di rawat.

Lalu ketika gue telah sampai di depan ruang Andra, gue menghembuskan nafas gue nerveous.

Clek...

"BAGIR!" Seketika gue di sambut oleh teriakan si Andra yang membuat gendang telinga gue sedikit berdenyut sakit.

Dapat gue lihat kedua orang tua Andra, Abang dan adek Andra, orang tua Claudya dan Claudya tersenyum menatap kehadiran gue.

Gue mendekati mereka untuk sekedar bersalaman. Lalu pandangan gue kembali beralih pada Andra.

"Andra, gila! Gue seneng banget lu udah sadar, gila, ajib, subhanallah!!!" Gue langsung berlari ke arah Andra terbaring.

Andra terkekeh, "Najong njir, kok kita kek ftv-ftv dah!" Pekik si Andra.

Lalu gue melihat ia hendak bangkit membuat gue membantunya bersender pada tembok. "Gimana keadaan lu?"

Andra mengedikkan bahunya, "Seperti yang lu liat, gips masih terpasang indah di kepala gue. Bikin gue gak bisa leluasa tau gak!" Gue terkekeh mendengarkan omelannya.

"Gimana keadaan sekolah?"

"Baik, tapi lebih baik kalau ada lu. Semua cewek pada garuk-garuk tembok saat tau lu kecelakaan, apalagi si duo itu, Janet sama Gladis, mereka kelabakan nanyain gue dimana rumah sakit lu di rawat tapi gak gue kasih tau." Dapat gue lihat Andra menghembuskan nafasnya lega.

"Ndra, semoga lu lekas sembuh yah." Ucap Nadya.

"Iya makasih, Nad," balas Andra.

"Kasihan Bu Maya gak ada yang bisa di marah-marahin, sedangkan pak Saleh kasihan gak ada kerjaan." Celetuk si Andra membuat tawa gue dan Nadya pecah, begitupun yang lainnya.

"Karena bad boy di ciptakan untuk membuat guru BK kerja!" Ucap gue berbarengan dengan Andra lalu kita kembali terkekeh.

"Boleh jadi nakal, asal tau batasan." Tiba-tiba suara Claudya dan Nadya membalas ucapan gue dengan Andra tadi.

Seketika pula, keadaan ruangan Andra terasa begitu ramai dengan gelak tawa kita.

Bersambung...

******
Akhirnya Andra siuman juga, gimana???

Tamatin aja sampai disini atau lanjut?

BAD BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang