하나 - satu

5.8K 766 123
                                    


Woojin's pov

"Hari ini B Positif" Jihoon hyung terlihat gembira membawa sebuah kantung plastik dan menaruhnya di meja makan. Aku menghampirinya dan bertanya-tanya.

"Dari mana saja?"
"Rumah Sakit." Aku memasang wajah bingung.
"Apa itu? Tempat penjual minuman kah?" Jihoon hyung hanya tersenyum kecil kepadaku.
"Nanti kau akan tahu sendiri." Aku mengangguk,memang sejak dulu aku tidak diperbolehkan keluar rumah,ibu khawatir aku akan dibunuh oleh orang-orang jahat. Jika umurku sudah cukup,ia akan membebaskanku pergi kemanapun,sesuka hatiku.

"Dimana Youngmin hyung?"
"Dia akan segera sampai." Youngmin hyung adalah yang tertua,disusul Jihoon hyung,dan yang terakhir adalah aku.
"Hyung,mengapa kita tidak pernah minum atau memakan makanan lain?"
"Rasanya tidak enak. Kau akan merasa mual setelahnya." Aku hanya mengangguk dan menatap gelas berisi jus berwarna merah yang memiliki aroma manis.
"Minumlah. Ini spesial"Jihoon hyung lalu pergi ke kamarnya. Aku perlahan meneguk jus dihadapanku. Ini rasanya manis,jus ini dinamakan B positif. Aku paling benci jus AB negatif maupun positif,rasanya pahit dan tidak memiliki aroma manis.

"Aku pulang." Aku menengok dan mendapati Youngmin hyung yang tersenyum kearahku. Ia lalu menghampiriku dan ikut meneguk jus yang sudah disiapkan untuknya.
"Dari mana hyung?"
"Pusat kota."
"Apakah menyenangkan?"
"Ya,biasa saja. Disana tidak ada yang menarik."
"Apa ada penjual jus ini?" Aku menunjuk gelas yang sudah kosong milik-ku.
"Tidak,mereka memberi gratis."
"Benarkah? Kalau begitu mengapa kita tidak pergi kesana saja? Mereka memberikannya bukan?"

"Nanti jika sudah saatnya."

Woojin pov end.

•••

150 years later.

"Hyeongie-ya! Tolong bantu ibu!"
"Aku datang!" Seorang pemuda bertubuh pendek menghampiri wanita paruh baya yang sedang memasak di dapur. Ia Ahn Hyeongseob,pemuda berumur 18 tahun.

"Kau beli saja di toko terdekat." Hyeongseob menempelkan 4 jemarinya di sudut dahinya.

Ia lalu bergegas pergi ke toko terdekat untuk membeli beberapa keperluan dapur ibunya. Setelah beberapa menit ia sampai di toko tersebut dan langsung membeli beberapa barang yang tertera di notes yang ia bawa. Setelah membayar dan hendak kembali pulang,buliran air hujan mulai turun membasahi bumi,Hyeongseob menghelas nafasnya panjang.

"Apa aku tunggu reda saja ya?" Pemuda dengan rambut berwarna coklat gelap itu memilih untuk duduk di halte bus terdekat. Ia tidak ingin barang belanjaan ibunya basah.

Hyeongseob menatap sekitarnya,hujan semakin deras dan menambah hawa dingin yang menusuk kulit saljunya. Saat ini ia sedang mengenakan celana denim selutut ditambah sweater hoodie putih sehingga hanya bagian kakinya saja yang gemetar kedinginan.

"Kapan hujan berhenti." Gerutunya. Hyeongseob lalu menatap jalanan yang basah dan sepertinya sejak tadi tidak ada kendaraan lewat kecuali bus yang hendak menjemput penumpang. Hyeongseob menolehkan kepalanya dan menatap seseorang yang dari kejauhan dengan kuatnya berjalan hanya mengenakan payung,padahal hujan ini deras sekali. Hyeongseob berusaha untuk melihat kearah lain namun orang tak dikenal tersebut seperti menarik perhatiannya. Ia seorang lelaki,tubuhnya sekitar 176cm,wajahnya seperti anak remaja,rambutnya kemerahan dan kulitnya putih pucat. Setelah sudah sangat dekat dengannya,Hyeongseob menatap mata lelaki tersebut,warnanya unik,merah maroon kecoklatan. Lelaki tersebut melirik Hyeongseob dan pandangan mereka bertemu,seketika dunia seakan berhenti. Hyeongseob merasa tubuhnya bergetar ketika mata itu menatapnya datar. Lelaki tersebut akhirnya menghilang di persimpangan diujung jalan,Hyeongseob masih mematung di tempat.

Sharp Teeth - JinSeob ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang