Hyeongseob saat ini sedang termenung di dalam kamar mandi,sejak 5 menit yang lalu ia hanya berdiri di depan cermin sambil menyentuh bibir cherrynya,ia belum pernah merasakan hal tersebut sebelumnya,jadi woojin adalah yang pertama. Setelah puas memandangi pantulan dirinya di cermin,Hyeongseob memilih untuk mengintip keluar,tidak ada tanda-tanda keberadaan woojin,mungkin ia sudah tidur?. Jujur saja,ia merasa sedikit takut pada lelaki dengan rambut kemerahan itu,ia pendiam namun diam-diam menghanyutkan.Hyeongseob akhirnya memberanikan diri melangkah keluar kamar mandi. Dan benar saja,tidak ada woojin dimanapun. Hyeongseob merasakan angin menerpa rambutnya halus. Ia menoleh dan mendapati pintu balkon apartemennya terbuka,hyeongseob hendak menutup pintu balkon namun sebuah tangan menahannya.
"Biarkan aku diluar saja,kau tidurlah di dalam." Woojin ini langkah kakinya tidak terdengar sama sekali,padahal lantai apartemen hyungseob terbuat dari kayu.
"Tapi nanti penyakitmu—"
"Tidak,kau tidurlah." Woojin mengusap pipi hyungseob yang mulai berubah warna menjadi pink. Hyeongseob mengangguk kaku dan langsung berjalan perlahan ke kamarnya. Woojin menahan nafasnya saat hyeongseob lewat,jika terus menerus seperti ini,woojin tidak bisa berteman dengan hyeongseob,terlalu berbahaya.Saat hyeongseob sudah dipastikan aman di kamarnya,woojin mulai mendudukan dirinya di lantai balkon. Ia menikmati semilir angin yang menerpa wajah dan rambutnya. Tanpa ia sadari,wangi tubuh hyeongseob mengakibatkan kedua taringnya memanjang sedikit demi sedikit. Biasanya jika hal ini terjadi,ia langsung menggigit dirinya sendiri,atau bahkan menerkam mangsanya. Tapi kali ini ia hanya terdiam,ia menyiksa dirinya sendiri demi lelaki manis yang sudah membuat dadanya terasa hangat. Lama kelamaan kedua gigi tajamnya memendek dan kembali seperti normal. Ia rasanya ingin menancapkan pasak kayu ke dadanya sekarang juga,rasanya menyakitkan.
"Woojin..." woojin menoleh dan mendapati hyeongseob yang sekarang ikut duduk di sebelahnya. Lagi-lagi ia harus menahan nafasnya.
"Tidur di kamarku saja." Hyeongseob dengan berani menarik lengan woojin. Ia juga tidak tega meninggalkan lelaki ini sendirian diluar. Woojin hanya menggeleng.
"Kumohon." Cukup. Ini terlalu manis. Woojin akhirnya mengangguk dan mengikuti hyeongseob masuk ke kamarnya,tidak lupa ia menutup pintu balkon dan menguncinya. Woojin menghembuskan nafasnya panjang. Masa bodoh,ia tidak perduli sekarang."kau dikasur dan aku di sofa."
"Tidak. Aku akan menjagamu semalaman."
"Tapi..." woojin kembali mengecup bibir cherry lelaki manis yang sekarang mematung di hadapannya. Ini rasanya sudah lebih dari segelas darah O positif yang banyak diincar mahluk abadi.
"Aku tidak akan berbuat macam-macam." Hyeongseob akhirnya menurut dan tidur di kasurnya. Ia merasa sangat bahagia namun di sisi lain ia takut."Selamat malam." Hyeongseob langsung memejamkan matanya,ia tidak ingin makin lama menatap woojin,atau wajahnya makin memerah.
Woojin duduk di sofa yang langsung menghadap kearah ranjang. Matanya terus memperhatikan wajah damai hyeongseob yang terlelap. Melihat manusia sedang tertidur sangat nyaman,namun jika ia yang tertidur mimpi buruk akan langsung menghantuinya. Jadi jarang sekali woojin tertidur,berbeda dengan jihoon dan youngmin yang selalu bergelung dalam selimutnya saat matahari sedang terik-teriknya.
Woojin membuka kaus hitamnya dan ikut naik keatas ranjang hyungseob. Ia menyandarkan tubuhnya di head board ranjang hyeongseob. Kedua matanya langsung menatap hyeongseob yang menggeliat kecil dan kembali terlelap. Woojin mengacak rambutnya frustasi.
"Berhenti membuatku lapar ahn hyeongseob."
TBC
Sengaja pendek karena part selanjutnya serprais/?. Btw,aneh ga? Saran ya;-; author juga bingung ngedit ni cerita,menurut author ga begitu aneh,menurut kalian gimana?;-;[2.07 — 24 June,2017]
KAMU SEDANG MEMBACA
Sharp Teeth - JinSeob ✔️
Fantasy"Because the undead have feelings too." -The Wimpy Vampire. [there's a private part. fantasy. bahasa.]