넷 - Empat

3.1K 590 34
                                    

Ini terakhir hari ini yaw!
Author mau edit part berikutnya dulu;-;b

•••

Hari ini adalah hari dimana lomba yang dinanti diadakan. Sekarang sudah pukul 6 sore,semua murid kelas 11-3 sedang berkumpul di lapangan. Perlombaan ini sengaja diadakan per-kelas agar tidak begitu banyak peserta. Biasanya satu kelas hanya terdiri dari 20 sampai 25 orang saja.

"Semuanya berkumpul dengan tim masing-masing!" Hari ini para murid menggunakan seragam olahraga,woojin juga menambahkan hoodie jacket hitam miliknya. Para murid sengaja menambahkan baju hangatnya pula agar tidak mati kedinginan.

"Perlombaan dimulai pukul 7 sampai 9. Setiap mendapat 5 bendera kalian akan mendapat tantangan,kekompakan juga akan mempengaruhi poin." Woojin dengan wajah datarnya hanya mengangguk,haknyeon juga. Pak guru choi membagikan selembaran kertas peraturan kepada masing-masing kelompok. Hyeongseob dan daehwi sedang sibuk membaca bersama,mungkin karna terlalu dekat kepala mereka terbentur satu sama lain. Hyeongseob mengusap dahinya yang luka karena tadi sebelum berangkat ia terbentur meja.

"Lee daehwi!/ahn hyeongseob!" Mereka berteriak bersamaan,kelompok lain hanya memandang mereka aneh. Woojin juga ikut memandang mereka,hyeongseob mendongak dan tidak sengaja ia bertatapan dengan woojin. Mata maroon itu seakan mengunci tatapan hyeongseob,ia masih menatap woojin walau woojin sudah memalingkan wajahnya,sampai akhirnya daehwi menyadarkan hyeongseob.

"Jangan ribut tuan lee dan ahn." Sahut pak guru choi. Daehwi membungkukan tubuhnya sopan sementara hyeongseob masih berusaha sadar dari lamunannya.
"Liatin apa sih?" Hyeongseob menggeleng.
"Woojin ya?" Daehwi semakin mengecilkan suaranya.
Hyeongseob menggeleng.
"Ga,bukan siapa-siapa"

•••

"Apa kau melihat benderanya?"
"Tidak." Pengelihatan seorang vampir bisa sangat jelas terlihat hingga titik kecil,bahkan mata serangga bisa dilihatnya,namun kali ini woojin tidak bisa menemukan benderanya. Woojin masih mengedarkan pandangannya,ia lalu terdiam dan terpaku menatap kearah sisi kanan atas koridor kelas.
"Ada apa jin?" Woojin hanya diam dan menunjuk spot tersebut. Terdapat sebuah bendera tergantung disana. Haknyeon bertepuk tangan kecil lalu mengambil bendera tersebut. Tempat ini memang yang tergelap,sekarang mereka hanya bermodal sebuah lilin,namun hebatnya woojin dapat menemukan bendera tersebut. Hebat,pikir haknyeon.

Disisi lain hyeongseob dan daehwi berjalan bersama sambil berpelukan.

"Apa kau menemukannya?"
"Tidak. Aku takut."
"Memangnya aku tidak?" Mereka sampai saat ini belum menemukan bendera satupun.

Krek. Krek.

Hyeongseob dan daehwi membeku ditempat. Mereka sekarang tepat berada di depan ruang lab biologi.

"Apa kau dengar?"
"Y-ya."
"Cepat kita pergi dari sini."
"Aku tidak kuat berjalan."
"Cepat hyeong—" suara daehwi terhenti ketika ia melihat pintu ruang lab biologi terbuka sedikit. Daehwi tanpa pamit langsung pergi begitu saja meninggalkan hyeongseob.

"Lee daehwi! Teganya!" Hyeongseob berteriak kearah dimana daehwi menghilang. Hyeongseob ingin menyusul daehwi namun kedua kakinya tetap diam ditempat. Alhasil ia tetap diam disana. Tak lama hyeongseob pasrah,hyeongseob memilih untuk duduk dan memeluk kakinya sekarang karena ia takut.

Setelah beberapa lama,hyeongseob memberanikan diri untuk mengedarkan pandangan dan yang ia temui adalah woojin yang terduduk di sebelahnya sambil menyandarkan tubuhnya di dinding.

"Kau mengagetkan saja!" Pekik hyeongseob. Tadi woojin berpisah dengan haknyeon agar lebih cepat mendapat bendera. Makannya ia sendirian sekarang.

"Aku suka wangi tubuhmu. Manis." Woojin menoleh menatap hyeongseob yang juga menatapnya. Hyeongseob terdiam ketika woojin menatapnya seperti itu.

"T-tapi aku tidak pernah menggunakan parfum dengan wangi permen." Jawab hyeongseob. Tatapan woojin seolah menariknya untuk mendekat,woojin membuka band aids yang tertempel di dahi hyeongseob,hyeongseob seperti berada di dalam film-film psikopat sekarang,dan ia hanya diam. Woojin perlahan mendekati hyeongseob lalu dengan seenak jidat mengecup luka goresan yang ada di dahi hyeongseob. Woojin menyesap kecil darah dari luka tersebut. Wajah hyeongseob langsung bersemu,jantungnya berdegup cepat dan perutnya terasa banyak kupu-kupu berterbangan.

Tak lama woojin menjauhkan dirinya. Ia lalu menatap lelaki manis di depannya yang juga menatapnya takut.

"Kau mau pergi? Naiklah ke punggungku."

•••

"Dimana park woojin dan ahn hyeongseob?" Pak guru choi menatap haknyeon dan daehwi yang sedang mengatur nafasnya yang tersenggal.

"T-tadi woojin dan aku sepakat berpencar untuk menghemat waktu,tapi aku malah bertemu dengan dia." Haknyeon menunjuk daehwi dengan wajah datar. Daehwi lalu membulatkan matanya sempurna.

"Heh! Tapi kan kau yang salah,untuk apa menyeretku sampai kesini?!"
"Di dalam gelap,aku tidak bisa melihat apapun,bodoh."
"Kau kan bisa tanya dulu."

"Stop! Hentikan tuan joo dan lee!"
Spontan haknyeon serta daehwi terdiam. Mereka berdua lalu menundukan badannya sopan dan meminta maaf.

"Bapak akan mengurangi nilai kalian berdua." Ya tidak apa,yang penting tidak didiskualifikasi,batin mereka.

Di tempat lain,tepatnya di koridor lantai 2,woojin berjalan pelan karena ia sedang menggendong hyeongseob di punggungnya.

"Tadi,apa yang kau lakukan?" Hyeongseob mengeluarkan suaranya memecah keheningan.
"Mengobatimu." Dan juga memberiku nutrisi,batin woojin.
"Lalu apa maksudmu bahwa tubuhku memiliki aroma yang manis?" Hyeongseob memiringkan kepalanya di pundak woojin.
"Tidak,lupakan." Hyeongseob bisa merasakan leher woojin yang sangat dingin. Hyeongseob akhirnya memberanikan diri untuk mengusap leher jenjang woojin. Woojin terlihat biasa saja,tidak merasa geli atau sebagainya.
"Apa yang kau lakukan?"
"Menghangatkanmu."
"Hentikan,itu tidak berpengaruh."
Hyeongseob pasrah dan ia hanya diam.

Akhirnya mereka sampai di lapangan yang langsung disambut oleh haknyeon dan daehwi.

"Lee daehwi! Teganya kau!" Hyeongseob yang baru turun dari gendongan woojin langsung memasang wajah kesal. Daehwi hanya senyum-senyum sendiri dan memeluk sohibnya tersebut.

"Kau tidak apa kan? Tadi aku mencarimu tapi yang aku temukan adalah monster itu!" Haknyeon mengadu pada woojin. Dasar,memangnya woojin ini bukan monster?

"Jaga omonganmu joo haknyeon!"
"Kau juga berhenti mengumpatku lee daehwi!" Woojin hanya tersenyum kecil,meskipun begitu tetap saja gigi gingsulnya terlihat sedikit. Hyeongseob yang sedari tadi memperhatikan langsung memalingkan wajahnya yang sudah memerah. Woojin lalu menghampiri hyeongseob dan menggandeng tangan kecil tersebut.

"Eh? Mau kemana?"
"Menanyakan poin." Sahut woojin. Hyeongseob hanya mengangguk. Sesekali ia menengok kebelakang dan masih saja haknyeon serta daehwi beradu mulut. Berbentuk ucapan maksudnya.

TBC

[4.18 — 22 June,2017]

Sharp Teeth - JinSeob ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang