스물둘 - Duapuluhdua

2.2K 452 66
                                    


"Katakan pada woojin bahwa aku yang menang."

Brak!

"Abeoji,apa yang—akh!"
"Sialan kau park woojin."
"Dia miliku. Bukan milikmu."
"Sial. Aku balas kau."

"Urusanmu denganku!"
"Jihoon hyung?"
"Kau membawa sekutu? Pengecut."
"Jika memang berani,lawan saja aku."
"Menyusahkan."

"Kau mau pergi kemana sialan! Woojin jaga hyeongseob. Biar aku saja yang mengurusnya."

"Seob?"
"Jawab aku."
"Ahn hyeongseob!"

Woojin berusaha menetralkan nafasnya yang memburu,ia terbangun karena mimpi buruknya,lagi.
"Hm,abeoji kenapa?" Hyeongseob ikut terbangun.
"Tidak. Kembalilah tidur." Hyeongseob mengusap-usap pipi woojin dan mengecupnya di akhir.
"Kau juga."
"Tidak. Ini sudah jam 3 pagi,aku akan terjaga pastinya."
"Kalau begitu,aku kembali tidur tidak apa?" Woojin mengangguk. Hyeongseob akhirnya kembali merebahkan tubuhnya menyamping,tangan kirinya menggengam jemari woojin.
Woojin mengecup dahi hyeongseob dan memilih untuk memposisikan duduk dirinya.

"Aku bodoh,sangat."

•••

Hari ini youngmin masuk ke sekolah seperti biasa,sementara jihoon tidak,ia dan hyunbin sedang menjelajahi seluruh bagian hutan.

"Hyunbin! Apa yang kau lakukan!" Jihoon menutup kedua matanya menggunakan telapak tanganya karena sekarang hyunbin terang-terangan melucuti pakaian bagian atasnya sendiri.

"Mengecek dasar danau."
"Huh? Maksudmu?"
"Diam saja. Kau masih pemula." Jihoon baru akan mengumpat namun hyunbin sudah lebih dulu menceburkan dirinya kedalam danau. Jihoon menghela nafas berat.

'Aku rindu jinyoung.' Jihoon merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah botol kecil berisi darah dengan tulisan 'love elixir'. Jihoon lalu membuka tutup botol itu dan menghirup aroma darah tersebut.
Jadi,itu alasan mengapa ia membawa benda itu kemanapun ia pergi.

Srek.

Jihoon spontan membalikan tubuhnya saat ia mendengar suara daun kering terinjak.

"Dimana dia."

Suara bariton itu terdengar sangat jelas di telinga jihoon. Jihoon bersembunyi dibalik pohon besar dan dengan cepat menutup botol kesayanganya,menaruh benda itu kembali ke tempatnya.

"Mereka ini hanya bocah-bocah tengik. Vampir sepertinya tidak akan bisa melawanku." Jihoon berusaha semaksimal mungkin untuk tidak mengeluarkan suara apapun. Nafas jihoon memburu dan pikiranya kacau.

"Sepertinya mereka pergi?"
"Tidak. Ada aroma tubuhnya disini." Jihoon dapat mendengar jelas suara langkah kaki itu mendekat. Sangat dekat. Jihoon bersumpah ia lebih baik mengeksekusi dirinya sendiri daripada harus berakhir ditangan vampir-vampir gila ini.

"Oh. Disini rupanya." Jihoon langsung bangkit dan hendak berlari secepat mungkin,tapi sayangnya salah satu dari vampir gila ini mencekal lenganya.
"Berikan kami darah campuran itu." Jihoon tidak menjawab.
"Berikan cepat!"
"Lepaskan bodoh!" Jihoon menarik lenganya kuat dan berakibat lawanya tadi terhempas.

"Keparat." Jihoon lupa,mereka datang berdua. Kedua tanganya kini terkunci oleh vampir gila satunya. Jihoon merutuki dirinya sendiri.

Dan sekarang mimpi buruk yang sebenarnya. Vampir gila yang tadi ia lawan berjalan mendekat.

Dan matanya. Berwarna hitam dengan iris merah.

Kakeknya memiliki mata yang sama. Hitam dengan iris merah. Katanya,vampir dengan mata seperti itu adalah golongan fullblood. Darah mereka penuh dengan darah vampir lain. Artinya mereka memangsa sesamanya. Kenapa kaum fullblood masih tersisa? Mereka sudah ribuan tahun menghilang.

Penggal jihoon sekarang. Siapapun.

"Kau berani melawan ya,anak kecil?" Jihoon merasa matanya terkunci. Ia tidak dapat bergerak sedikitpun. Rasanya sakit,seperti dibakar dibawah sinar matahari ketika mata hitam itu menatapnya.

"Rasakan sendiri akibatnya."






Krak!
Bruk.











Jihoon membulatkan matanya sempurna.

Kedua vampir tadi.

Dengan tiba-tiba,leher mereka terputus begitu saja.

Apa ada vampir lain disini?

Jihoon merasa pikiranya makin kacau.

Pasti pemilik blood control yang melakukan ini.

Blood control adalah kekuatan paling langka,pemiliknya dapat mengendalikan darah mangsanya dan berbuat semau dirinya. Sayangnya kekuatan ini butuh energi yang cukup banyak,penggunanya akan langsung melemas setelah menggunakanya.

Jihoon makin takut. Sialan.

"Hyunbin!"
"Kwon hyunbin!" Masa bodoh ia meminta tolong pada hyunbin.

"Membaca pikiran itu kekuatan paling omong kosong." Jihoon menoleh. Hyunbin disana dengan tubuh kuyup. Jihoon dengan segala ketidak pedulianya memeluk tubuh hyunbin. Hyunbin dapat merasakan jihoon sangat ketakutan. Ia tidak mau egois,meski ia cemburu jihoon mendapat kasih sayang yang lebih dari anggota keluarganya,jihoon tetap saudaranya. Hyunbin membalas pelukan itu.

"Ada apa?"
"Mereka. Mereka memiliki mata yang sama seperti kakek."
"Maksudmu?"
"Lihat sendiri." Jihoon melepas pelukanya begitu juga hyunbin. Si tubuh tinggi langsung menghampiri dua buah kepala yang tergeletak ditanah.

"Cepat beri tahu youngmin hyung."
"Dia kembali 3 jam lagi. Itu masih lama."
"Ck. Sial. Kalau begitu..."













"...panggil woojin."

•••

Hyeongseob mengetuk pulpenya bosan,ia ingin pulang rasanya,sekarang pelajaran fisika,dan itu membosankan.

"Ahn hyeongseob." Bu guru shin menatap tajam hyeongseob yang sedari tadi hanya membuat suara bising dengan mengetuk pulpenya.

"M-maaf,ssaem." Bu guru shin menggumam dan kembali menulis di papan tulis. Hyeongseob mendengus sebal. Matanya melirik tumpukan buku tebal fisika yang tertumpuk diatas lemari di sudut ruangan. Tepat di sebelah bu guru shin.

'Jika buku itu jatuh,bagaimana ya?'







BRAK!

"Astaga!" Bu guru shin menjauh dari tumpukan buku itu. Seluruh murid membelalakan matanya kaget.
Terlebih hyeongseob. Ia sudah membeku ditempat sembari mengatur nafasnya yang tidak beraturan.


'A-apa ini.'

TBC

Winkdeep terlalu mendarah daging macem jinseob di hidupku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Winkdeep terlalu mendarah daging macem jinseob di hidupku. Ini lucu sekali. Ok. Im done world.

[1.19—13 July,2017]

Sharp Teeth - JinSeob ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang