[JinSeob .ver]—[Explanation]
Klang!
Suara bertabrakan antar dua besi itu bergemuruh di ruang bawah tanah kastil Presledovatel, Woojin si pembuat suara gaduh itu sedang bersusah payah membebaskan dirinya.
Woojin terus menarik kasar borgol ditanganya hingga terlepas, tetesan darah terus bercucuran dari pergelangan tanganya. Woojin sedang kehilangan kendalinya, lagi. Ia lalu berjalan dengan menghentakan kakinya keras. Borgol itu masih melingkar di tanganya, hanya jeruji besi yang hancur.
Woojin tidak dapat merasakan apapun selain haus. Mata fullblood-nya melirik seisi kastil, tidak ada siapapun.
Ia memilih untuk mencari di luar kastil, ia mengikuti kemana otaknya berkata. Woojin terus berjalan dan berjalan, sesekali ia menggunakan teleportasi pemberian kakeknya, dari satu tempat ke tempat lain, hingga indera penciumanya mencium wangi manis bercampur semerbak aroma red rose. Woojin terus berjalan mengikuti aroma manis itu, hingga ia menemukan sebuah rumah besar disana.
Woojin dengan tanpa izin memasuki rumah tersebut, ia berjalan terus hingga ke depan pintu sebuah kamar, Woojin yang tidak sabar langsung membukanya, ia melihat sesosok tubuh seseorang sedang tertidur lelap di atas ranjangnya. Woojin langsung mendekati tubuh itu.
Aromanya sangat menggoda, vanila dan red rose yang menyatu menjadi satu.
Woojin mendekatkan wajahnya pada leher targetnya, ia menghirup sebentar aroma manis itu sebelum akhirnya ia memutuskan untuk segera meminum darah si manis.
Namun sayang, tubuh itu menggeliat dan kedua matanya terbuka perlahan. Woojin yang panik hanya diam dan berencana akan membunuh targetnya setelah si target berteriak minta tolong.
Ternyata lelaki manis ini memiliki mata merah maroon yang sangat cantik, mata itu menatap Woojin takut, takut bercampur bahagia.
"W-woojin?..." sebuah kata lolos dari bibir cherry si lelaki manis, Woojin seketika merasa kepalanya seperti dihantam sebuah batu besar, mengapa panggilan tadi terdengar menyiksa?
Woojin memejamkan matanya dan menggeram tertahan. Ia juga dapat merasakan taringnya kembali seperti semula, itu sangat menyakitkan jika terjadi dalam waktu yang cepat.
"Woojin...jahat." Hyeongseob, si lelaki manis terisak. Woojin dengan paksa perlahan membuka matanya dan memandang Hyeongseob.
Woojin tidak merespon perkataan Hyeongseob, ia dengan paksa memanjangkan taringnya dan menancapkan taring itu pada tanganya sendiri, Hyeongseob yang kaget hanya diam dan melihat adegan demi adegan yang Woojin lakukan. Hal ini selalu ia lakukan jika dalam keadaan terdesak."Pergi." Ntah bagaimana, Woojin tidak tahu, sebuah buku dengan tiba-tiba menghantam kakinya, disusul buku-buku lainya. Oh astaga, ini bukan harimu, Jin.
Woojin menggunakan telapak tangan kirinya menutup mata fullblood itu dengan kepala tertunduk. Dan soal buku-buku itu, sama sekali tidak mempan untuk mengusir Park Woojin.
"Pergi. Kau bukan abeoji!" Hyeongseob hendak berlari keluar namun tanganya dengan cepat di cengkal oleh Woojin. Hyeongseob terhentak ke belakang dan langsung menubruk dada bidang Woojin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sharp Teeth - JinSeob ✔️
Fantasy"Because the undead have feelings too." -The Wimpy Vampire. [there's a private part. fantasy. bahasa.]