여섯 - Enam

2.6K 532 69
                                    


"Kemarin ditemukan mayat lelaki dengan gigitan seperti ular di lehernya!"
"Ah,aku juga mendengar berita itu."
"Menakutkan,aku tidak mau pergi malam hari." Satu gedung sekolah sedang ramai membicarakan berita tersebut. Jihoon yang sedang melewati koridor mulai merasa risih dan menarik jinyoung ke halaman belakang sekolah.

"Apa kau yang melakukannya?"
"Tidak. Aku,youngmin dan woojin diam dirumah semalaman." Jihoon menggigit kukunya gelisah.
"Sudah ya,jangan takut. Aku percaya itu bukan salah satu dari kalian." Jinyoung memeluk erat tubuh jihoon. Jihoon hanya bisa membalas pelukan jinyoung dan menenggelamkan wajahnya di dada bidang lelaki di hadapannya.

Ditempat lain youngmin dan woojin sedang berada di kantin yang sepi. Mereka juga membicarakan berita yang sedang ramai diperbincangkan tersebut.

"Hyung,aku tidak tidur semalaman. Hanya berdiam diri dikamar."
"Aku juga."
"Apa ada vampir lain di kota ini?"
"Tidak mungkin. Jika iya,siapa?" Woojin menggeleng.
"Jihoon hyung juga semalam diam di kamarku." Youngmin mulai berfikir keras. Pikirannya langsung tertuju pada hyunbin. Sialan si keparat itu,pikir youngmin. Youngmin menatap woojin yang memainkan jarinya gelisah. Oh,ia ingat,hyunbin tidak mengenal woojin,dan ini pertanda bagus untuknya.

"Jin."
"Ya hyung?"
"Aku ada ide. Kau bisa membantuku kan?" Woojin mengangguk. Ia lalu serius mendengarkan ide youngmin.

"Tapi...dimana aku akan tinggal sementara?" Benar juga,dimana adiknya ini akan menetap selama rencana tersebut di lakukan.
"Rumah temanmu?"
"Alasannya?"
"Biar aku yang bilang."

•••

"Haknyeon."
"Ya,jin?"
"Apa aku bisa tinggal beberapa hari di rumahmu?" Haknyeon mengerutkan dahinya bingung.
"Sepertinya tidak bisa,kau tahu kan ibuku jika marah seperti apa?" Woojin mengangguk mengerti.
"Coba donghyun."
"Aku juga tidak bisa. Kalau youngmin sunbae mungkin bisa,aku rela tidur di atap." Haknyeon spontan melempar buku miliknya kearah donghyun. Sementara woojin berpikir keras,siapa lagi yang dapat ia tanyakan?

"Tanya hyeongseob" saran haknyeon dan donghyun bersamaan.

•••

"E-eh? Kenapa tinggal dirumahku?"
"Youngmin dan jihoon hyung akan pergi keluar kota. Jika aku sendiri dirumah akan berbahaya. Tanganku tidak bisa diam." Bohong woojin.
"Tapi,kenapa rumahku?" Hyeongseob sudah mulai salah tingkah sekarang.
"Jika tidak bisa,tidak apa,aku—"
"Bisa! Tentu saja."
"Benarkah?" Hyeongseob mengangguk malu.
"Kau boleh tinggal kapanpun."
"Tidak merepotkan?"
"Tidak kok." Woojin lalu tersenyum dan berterima kasih pada hyeongseob. Yang diberi senyuman ikut tersenyum.

"Aku kabari besok."

•••

"Semoga liburannya menyenangkan." Woojin menyemangati kedua kakaknya yang sedang bersiap untuk pergi.

"Dan semoga si keparat itu cepat kembali beristirahat di petinya" sambung youngmin ketus. Jihoon membalas dengan tertawaan kecil dan woojin hanya terkekeh canggung. Sejujurnya ia tidak tahu apa yang sedang terjadi. Kedua kakaknya seakan menolak untuk bercerita lebih.

"Aku meninggalkan beberapa botol di sana. Jika kau lapar ambil saja." Jihoon menunjuk sebuah kotak kayu besar diujung ruangan. Woojin mengangguk mengerti.

Woojin ikut mengantar mereka sampai di depan rumah.
"Jangan lupa rencananya." Woojin mengangguk mengerti. Dan akhirnya mereka benar-benar pergi. Woojin lalu kembali kedalam rumah dan langsung menggendong tasnya yang tidak begitu besar. Hari ini ia ada janji bertemu hyeongseob di halte bus dekat sekolah.

Tak memakan waktu lama ia sudah berada dekat dengan halte bus tersebut. Ia akhirnya menemukan hyeongseob sedang memeluk tiang penanda bus berhenti disana.

"Sedang apa?"
"Sedang—eh? Sejak kapan disini?"
"Beberapa detik yang lalu." Hyeongseob tidak menjawab lagi karena ia sibuk memperhatikan woojin. Kaus hitam polos ditambah jacket hoodie,ripped jeans dan tidak lupa wajah tampannya. Ini padahal sangat simple,tapi kenapa tampan sekali dimata hyeongseob.

Woojin menjentikan jarinya di depan wajah hyeongseob.
"Eh? Maaf aku melamun. Ayo pergi." Hyeongseob memimpin jalan,woojin menatap tubuh kecil hyeongseob dari belakang. Ia berusaha semaksimal mungkin untuk menahan hasratnya menerkam lelaki manis di depannya ini. Pasalnya,lelaki manis ini bukan hanya wajah dan perilakunya yang manis,namun aroma tubuhnya juga. Sial.

Setelah berjalan cukup lama akhirnya mereka sampai di apartemen milik hyeongseob.

"Kau tinggal sendiri?"
"Orang tuaku ingin aku hidup mandiri tapi ibuku juga terkadang menginap disini" jelas hyeongseob,apartemen ini sederhana dan rapih. Namun tidak pada dapurnya.

"Hanya terdapat 1 kamar,jadi kita berbagi." Matilah,jadi setiap malam woojin harus mencium wangi tersebut.
"Hm,ya. Tidak apa."

Hyeongseob lalu menaruh barang-barang woojin dikamarnya. Dan woojin menatapnya lekat,matanya terus mengikuti kemana hyeongseob pergi.

"Kau ada keturunan albino ya?"
"Hm?"
"Iris matamu berwarna merah."
"Mungkin iya." Hyeongseob menatap woojin sebentar lalu mendekatinya,woojin hanya menatap si manis yang mendekat. Hyeongseob berjinjit dan jemari lentiknya mulai membenarkan letak helaian rambut woojin.

"Kalau rapih kan makin—" hyeongseob langsung tersadar dengan omongannya,
"—makin enak dilihat." Sambungnya.

Woojin tidak menjawab ia menggerakan tangan kananya untuk memeluk pinggang hyeongseob dan punggung jemari kirinya mengusap pipi si uke.

Woojin hanya mendekatkan terus dirinya dengan hyeongseob sampai pada akhirnya bibir mereka bertemu. Woojin tak ingin berlama-lama karena ia takut taringnya akan memanjang di waktu yang tidak tepat. Persetan dengan citra vampirnya,naluri woojin mendorongnya melakukan hal tersebut.

"J-jin?"

TBC
Fast update karna memang ni ff sudah lama berlumut di file author;-;

See ya!

[6.52 — 23 June,2017]

Sharp Teeth - JinSeob ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang