스물여덟 - duapuluhdelapan

2K 423 82
                                    


Hyeongseob melangkahkan kakinya gontai ke kamar mandi. Hari ini ia meliburkan diri karena merasa kepalanya berputar. Pandanganya juga semakin buram.

Ketika hendak memasuki kamar mandi, Hyeongseob memejamkan matanya terlebih dahulu. Ia tidak ingin menatap cermin. Matanya terasa sangat perih bila menatap cermin.

"Ash." Hyeongseob meraba dinding di sebelahnya sampai akhirnya ia menemukan wastafel. Hyeongseob dengan cepat menyalakan kran air dan membasuh wajahnya. Tak perlu waktu lama, Hyeongseob sudah selesai dengan rutinitasnya. Ia sekarang memilih untuk duduk diatas ranjang.

"Aku benci abeoji. Pergi." Hyeongseob dengan gerakan perlahan menepuk-nepuk kepalanya.

"Tapi aku tidak bisa." Hyeongseob menghela nafas panjang. Sejak kemarin ia terus memaksakan dirinya agar melupakan Woojin. Semuanya gagal, hanya menguras tenaga Hyeongseob.

"Huft." Hyeongseob merabahkan kembali tubuhnya di ranjang. Ia lalu menatap pintu balkon kamarnya yang sedetik setelahnya langsung terbuka lebar. Ini Hyeongseob sendiri yang menitah, bukan ulah angin atau mahluk tak kasat mata.

"Lapar..." Hyeongseob menggumam dan langsung menuruni ranjangnya untuk berjalan ke dapur mencari 'makanan'.

Saat sudah berada di luar kamar, bel apartemen Hyeongseob berbunyi, menandakan ada tamu yang hendak berkunjung. Hyeongseob memilih untuk membukakan pintu terlebih dahulu.

Cklek!

"Youngmin-hyung?"
"Tolong bujuk Woojin untuk kembali." Ujar Youngmin tothepoint karena ia benci basa-basi.
"Aku tidak bisa."
"Mengapa? Katakan padaku." Hyeongseob hanya menggeleng.
"Kalau begitu, kau yang harus menggantikan posisi Woojin."
"Maksud hyung?"
"Gantikan posisi Woojin sebagai penyerang utama. Bukankah kau sudah menguasai superpower-mu sekarang?"
"Tapi aku tidak bisa."
"Resiko ditanggung sendiri. Aku tidak menerima penolakan."

Hyeongseob ntah harus memberi reaksi seperti apa, ia merasa kaget dan takut secara bersamaan. Tapi karena sekarang ia sudah menjadi bagian keluarga Woojin, mau bagaimana lagi?

"Memangnya ada apa, hyung?"
"Hm. Baiklah, aku ceritakan."


"Ck. Clan-mu ini sampah. Hanya memanfaatkan kekuatan supranatural tidak berguna!"
"Jangan remehkan hal itu, keparat."
"Memangnya clan sialanmu bisa dengan tangan kosong membelah tanah? Tidak? Vampir macam apa itu!"
"Tidak bisakah kau berhenti membuat kekacauan?"
"Tidak. Rasanya selalu ingin menghancurkan presledovatel dengan tanganku sendiri."
"Apa maumu, huh?"
"Fortissium mengundang kalian untuk bertarung secara sehat."
"Baiklah. Kapan dan dimana."
"Bulan baru tepat saat bulan purnama. Kami tunggu di perbatasan tenggara."
"Kami terima ajakanmu."

"Sampai bertemu disana. Jangan lupa latih kekuatan omong kosongmu."

Hyeongseob membatu. Apa yang harus ia lakukan sekarang?

"Tapi aku masih sangat pemula, hyung." Youngmin lalu menghela nafas panjang, jika Hyeongseob hanya akan diam nantinya, lebih baik ia batalkan ajakan ini. Tapi ini satu-satunya jalan.

"Kau hanya perlu diam di belakang. Ikuti saja perintahku."
"B-baiklah..."
"Dan omong-omong. Musuh kita beranggotakan tidak sedikit. Dan salah satunya ada teman sialanmu. Adik kelasku pula."
"Siapa?" Hyeongseob makin kaget setelah mendengar fakta tadi.



"Lai...Guanlin? Ya, itulah."


•••

"Boleh aku tahu siapa namamu?"
"Oh. Kau belum tahu, ya?" Woojin mengangguk.
"Tapi, untuk apa tahu namaku? Itu tidak penting." Benar juga, untuk apa ia tahu nama kakeknya jika ia tidak akan memanggilnya dengan nama itu.

Sharp Teeth - JinSeob ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang