Pt. 9

1.7K 264 15
                                    

Sejeong panik, ia kehilangan ponselnya. Gadis itu akhirnya meminjam ponsel Bi Minah untuk menelepon nomornya. Tapi akhirnya Sejeong tersadar kalau nada dering di ponselnya ia ubah mode silent.

Kemungkinan diangkat pun hanya kalau ada orang yang melihat layar depan ponselnya. Nah kalu misal ponselnya terbalik? Kan notifikasinya nggak bakalan kelihatan.

"Bi, Sejeong pinjam ponselnya agak lama gapapa kan? Ntar Sejeong gantiin pu-"

"Udah Non, gapapa. Yawda, semua kerjaan dah selesai. Bibi ada di kamar, Non.." sahut Bi Minah. Sejeong mengangguk, tetap mencoba untuk menghubungi nomornya. Terdapat nada sambung, tapi tak ada yang mengangkat.

"Angkat donggg, siapapun yang lihat ponsel guee" gerutu Sejeong.

Setelah percobaan yang ke 15, barulah telepon Sejeong diangkat membuat gadis itu berteriak kecil kegirangan.

"Yesss!!! AKHIRNYA!!"

"Deeek, kenapa??" tanya Myungsoo dari kamarnya.

"Gapapa Kak, ini Sejeong baru aja bisa matiin nyamuk yang dari tadi-"

"Halo?" ujar seseorang dengan suara serak dari seberang telepon membuat Sejeong tersadar.

"Eh, iya, halo... Anu, ini ponsel gue, bisa beritau alamat lo ada dimana sekarang?" tanya Sejeong sembari menggigit bibirnya dan menoleh ke jam dinding yang menunjukkan pukul 13.15.

"Ini gue, Daniel" jawab orang yang berada di seberang telepon.

"Oh, looo. Bisa min-minta tolong nggak?"

Kenapa gue jadi gagap kayak gini sih.... -sejeong

"Apa?" terdengar suara helaan nafas di seberang telepon.

"Nah, jagain ponsel gue bentar, ya. Gue bakalan ke rumah lo dianter sa-"

"Gue yang ke rumah lo" sahut Daniel.

"Lo kan lagi sakit..." tolak Sejeong.

"Cieee, khawatir ya?" goda Daniel.

"In Ur Wildest Dream"

"Busyet, jangan nyolot mbak. Udah, lo duduk manis aja di ru-"

"Nggak, gue yang bakalan kesana. Lo lagi sakit Kudaniel!" ujar Sejeong meninggikan suaranya.

"Udah ngga"

Hening.

"Karena..."

Sunyi sejenak membuat Sejeong geram akan tingkah Daniel.

"Karena apa? Kalau ngomong jangan gantung mulu, elah.." gerutu Sejeong cepat.

"Cieee, kode ya gak mau digantungin,"

"Kudaniel!!"

"Apa sih? Budek nih lama-lama telinga gue. Udah, kalau lo yang kesini ponsel lo bakalan gue simpan di suatu tempat dalam rumah gue. Lo bakalan susah nemuinnya"

"Gue udah hapal denah rumah lo kali"

"Tapi lo gak pernah ke lantai tiga rumah gue kan? Itu lantai baru dibangun setahun yang lalu, ja-"

"Iya-iya, malah jadi cerita rumah lo. Kagak penting, cepet anterin ponsel gue!!!"

"Galaknya keluar..." ujar Daniel.

"Bodo amat,"

Hening.

"Kok gak lo mati-matiin? Cepetan berangkat Kudaniel!!!" gerutu Sejeong.

"Yang nelepon siapa? Kan nggak sopan ka-"

Tuuutt....

Telepon segera diputus oleh Sejeong membuat Daniel tertawa kecil.

Lelaki itu segera mandi, dan berganti pakaian. Tak lupa ia membawa jaket dan kunci mobilnya.

"Niel, mau kemana?" tanya Mama Daniel dari ruang makan ketika melihat anak lelakinya menuruni tangga.

"Tauk nih, sakit aja keluyuran. Apalagi nggak.." celetuk Mina yang membuat Daniel melototkan mata.

"Mau ke rumah temen Ma, mau nganterin barang dia yang ketinggalan" ujar Daniel yang kini berjalan menuju ruang makan.

"Lah, kenapa dia yang ngga kesini sendiri?" sekarang ganti Papa yang bertanya.

"Sejeong nggak bisa naik motor ataupun mobil, yang ada dia ngerepotin orang sekampung cuma buat kesini" jawab Daniel.

"Tapi kamu kan lagi sakit, El..." hela Papa.

"Udah nggak kok, Pa. Nih kalau nggak percaya" ucap Daniel sembari menempelkan punggung tangan Papa ke dahinya. Papa lalu tersenyum dan mengacak-acak rambut lelakinya.

"Yah yah, jangan diberantakin gituuuu" gerutu Daniel sebal.

"Ck, bisa dibenerin. Niel gak makan dulu?" tanya Mama.

"Nggak, lagian semuanya juga lagi puasa. Dan tadi Niel jam 12.00 udah dicekokin bubur ayam Pak Soli sama Mama..." Daniel menggeleng.

"Daniel berangkat dulu, Pa, Ma..." Daniel mencium tangan kedua orang tuanya.

"Titip salam sama Sejeong ya" ujar Mama yang dibalas anggukan oleh Daniel. Lelaki itu lalu melangkah pelan meninggalkan ruang makan.

"Ma, Pa, kayaknya kalau Bang Niel sakit, panggilin Kak Sejeong aja deh..." celetuk Mina, Daniel membulatkan matanya lalu melangkah kesal kembali ke ruang makan.

"Kenapa me-, hlo kok kembali lagi?" Mama heran ketika mendapati Daniel ada di depannya.

"Ada yang ketinggalan, Ma.." cengir Daniel yang kini berjalan mendekati Mina. Ia merendahkan tubuhnya hingga mulutnya sejajar dengan telinga Mina.

"Mina liat sampai mana?" tanya Daniel sembari berbisik.

"Sampai pelukan di ba-" jawab Mina dengan berbisik juga, membuat kedua orang tua mereka menggeleng-gelengkan kepala dan meneruskan perbincangan mereka.

"Mina ntar Abang traktir ya?" suap Daniel yang membuat Mina terkekeh senang. Balasannya cuma dengan tutup mulut.

"Boleh deh.."

"Okey sip, ntar ya setelah Bang Niel dari rumah Sejeong" Daniel bangkit dan mengusak rambut Mina. Ia hendak pergi ketika tangan Mina menahannya. Daniel lalu merendahkan tubuhnya lagi.

"Generation Restaurant" ujar Mina lirih dan dengan senyum yang lebar.

Daniel diam, Generation Restaurant terkenal dengan menu dagingnya yang lezat, minuman yang menyegarkan, da dessert yang mewah. Masalahnya adalah, harga disana melambung tinggi. Kang's family pun haya berkunjung kesana 1 bulan sekali.

Lelaki itu menegakkan badan menatap tak percaya pada kelakuan adiknya itu.

Anjiirr, dompet gue....

TBC
Kalau masih ada typo kasih tau Hana yaaa.. ^^

TORPE | Kang Daniel ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang