Pt. 34

1.3K 236 22
                                    

Sejeong turun dari motor Daniel dan menyerahkan helm yang ia pakai kepada Daniel.

Lalu, Daniel berjalan sembari menggenggam erat tangan Sejeong dengan santai.

Sementara Sejeong sudah mengumpat dalam hati, gadis cantik berambut pendek itu sama sekali tak menyangka bila akting pura-pura pacaran akan jadi seperti ini.

"El," Sejeong berujar sembari berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Daniel, namun pemuda di sampingnya malah semakin mengeratkan genggaman tangan tersebut.

"Hmm?" gumam Daniel sambil terus berjalan.

"Harus banget pake gandengan tangan, ya?"

"Apasih? Ini yang namanya akting doang, selow lah Jeong" bisik Daniel tepat pada sebelah telinga Sejeong.

"Atau lo mau gue rangkul, aja hmm??" tanya Daniel dengan nada jahil yang terdengar jelas.

Sejeong yang kesal langsung saja menendang pelan tulang kering milik Daniel sembari menggerutu.

"Ya tapi ini masih pagi, belum ada yang berangkat, tadi aja gerbang masih setengah ketutup, kan?" jelas Sejeong yang tetap masih berusaha melepaskan genggamannya.

"Aw, derita gue banget dah ini. Bantuin orang, tapi orangnya ngga tau terima kasih. Taunya cuman cara buat nyiksa gue," rintih Daniel dengan ekspresi wajah yang dibuat-buat membuat Sejeong yang sempat melihatnya mencibir malas dan akhirnya berhasil melepaskan genggaman Daniel pada tangannya.

"Lebay," ejek Sejeong.

Dengan langkah lebar-lebar gadis itu berjalan mendauhului Daniel yang kini berlari agar dapat menyejajarkan langkah dengan 'pacar' barunya itu.

"Asal lo tau, Jeong. Peneror lo tuh niat banget, dia seakan-akan punya mata-mata dimana pun dan kapan pun... Dan kecilin suara lo, Jeong.." jelas Daniel yang kini memilih merangkulkan lengannya pada kedua pundak Sejeong, masih dengan volume suara yang lirih -hanya berbisik-bisik- tepat pada samping telinga Sejeong.

"Darimana lo tau?" Sejeong mengerutkan dahinya.

"Lo pasti lupa caranya dia buat ngomong di gudang dengan keadaan dia tahu apapun yang gue lakuin, sementara gue sendiri nggak tahu ada dimana beliau sekarang... Gue yakin banget kalau ada chip yang di tempelin pada salah satu benda di gudang agar bisa berkomunikasi sama gue"

Sejeong mengut-manggut mendengar penjelasan panjang kali lebar yang diungkapkan oleh Daniel.

"Jadi maksud lo sekarang, apapun yang gue lakuin dia ntar bakalan tau?" tanya Sejeong.

"Yah, siapa yang tahu, kan namanya juga antisipasi. Udah selow aja, Jeong. Cuma gini doang ini, belum nanti.." gantung Daniel.

"Nanti mau ngapain, emang?" sergah Sejeong dengan raut muka yang penuh tanya. Sontak saja Daniel yang sempat melirik sebentar menjadi tertawa kecil.

"Nanti ngapain, ya?" goda Daniel.

"Gak lucu," ucap Sejeong sembari berusaha melepaskan rangkulan Daniel dari pundak namun pemuda itu malah mengeratkan rangmulan itu sehingga kini terlihat Daniel yang seperti sedang mencekik leher Sejeong.

"Lepasin, el. Lo nyekek gue ini" ucap Sejeong menepuk keras-keras lengan Daniel yang melingkari lehernya.

Daniel yang menyadari akibat dari tingkahnya segera melepaskan rangkulannya dan kembali beralih menjadi menggandeng tangan Sejeong.

"Maaf-maaf, gak sengaja. Ya makanya ini gue gandeng doang. Ntar kalau kita debat terus bisa-bisa kita jalan dari parkiran ke kelas gunain waktu sampai 1 jam lagi. Jadi, udah gak ada penolakan lagi. Lagian ini siswa-siswa lain udah pada dateng.." ucap Daniel yang kini tengah berputar kecil agar bisa melihat kondisi pada segala arah.

Pemuda itu lalu menarik Sejeong agar keduanya segera sampai pada kelas.

"Sejeong!!" panggil seseorang membuat Sejeong dan Daniel menghentikan langkah agar bisa menoleh ke belakang dan melihat siapa yang memanggil.

Dan nampaklah Joshua yang kini tengah berlari mendekat ke arah keduanya dengan tatapan mata yang sesekali melirik ke arah pertautan tangan Sejeong serta Daniel.

"Heh.. huh.."

"Nggak usah lari segala, gue nggak kemana-mana" celetuk Sejeong yang ditanggapi cengiran khas seorang Joshua.

"Oh ya, kenalin. Daniel, pacar baru gue,," ujar Sejeong yang sontak membuat raut wajah Joshua menjadi berubah 180 derajat dari mulanya.

"Pacaran?" ulang Joshua tak percaya.

"Ya, kenapa?" kini ganti Daniel yang bertanya.

"Kalau lo nggak mau omong apa-apa. Mending kita berdua pergi, buru-buru harus nyampe ke kelas, soalnya.." ujar Daniel lagi.

"Ah, uh. O-oke. Kalian ke kelas aja sana.." ucap Joshua.

"Ya udah, duluan Shua...." Sejeong berbalik dan menarik Daniel agar segera berjalan.

"Jangan manggil dia dengan Shua, Jeong.."

"Lah, memangnya kenapa?"

Karena gue nggak suka. Itu kayak nama panggilan kesayangan..

"Ya karena kita sekarang pacaran Jeong, walau cuma pura-pura. Harus totalitas. Lagipula kalau peneror tau lo masih manggil dia pake panggilan kesayangan itu, kayaknya sia-sia deh kita akting kayak gini.." jelas Daniel.

"Uh, oke..," angguk Sejeong akhirnya.

TBC
Aku mau tanya, apa cerita ini terlalu bertele-tele?

Bosenin nggak?

Hufth, aku butuh pendapat kalian, teman-teman..

TORPE | Kang Daniel ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang