Pt. 26

1.4K 233 7
                                    

"Ya, gue bener-bener yakin kalau yang nabrak Sejeong waktu itu sama kayak adkel yang gue temuin waktu mau naik ke rooftop, Won..." Daniel kini menatap serius Jung Jaewon yang berada di samping kanan bangkunya.

Kini keduanya tengah berada di ruang kelas 11-A, siswa lain belum datang. Karena keadaan yang sepi itulah akhirnya Daniel mau menceritakan semua unek-unek yang ia pendam sejak kemarin hingga ia tak bisa tidur semalaman.

"Ya, kita nggak bisa nuduh gitu aja kan? Bisa aja cuma kebetulan yang di mall nya itu. Tapi kalau yang kekunci di rooftop agak janggal sih menurut gue..." komentar Jaewon yang kini sedang menyalin tugas biologi milik Daniel.

"Nah maka dari itu, gue juga bingung, Won.."

"Ssyyut, ada yang dateng, dilanjut ntar aja ngobrolnya," tegur Jaewon ketika mendengar suara langkah kaki yang semakin mendekat.

Lalu tampak Sejeong yang kini memasuki kelas dengan langkah santainya. Ia meletakkan tasnya di meja lalu bergegas menuju ke belakang untuk mengambil buku paket dari lokernya.

Jaewon kembali memfokuskan dirinya dengan tugas biologi, sedangkan Daniel berusaha agar terlihat sibuk dengan memainkan ponselnya asal.

"Aaarrgghh!!!" Sejeong berteriak hebat membuat kedua pemuda yang ada di kelas menoleh ke belakang untuk melihat apa yang terjadi.

Sejeong yang menyadari kesalahannya hanya tersenyum kecil pada Daniel dan Jaewon lalu segera membereskan barang-barang yang sempat ia jatuhkan karena kaget.

Daniel menghela nafas lalu menuju ke arah Sejeong, ia menahan tangan Sejeong yang sedang memasukkan dengan cepat barang-barangnya.

"Ada apa?" tanya Daniel.

Sejeong menggeleng kecil, "enggak papa kok. Udah sana lo balik..." Sejeong menepis pelan tangan Daniel dan segera memasukkan semua barangnya dengan cepat lalu menutup serta mengunci lokernya.

Daniel mengernyit, ia melangkah untuk kembali ke bangkunya. Namun netranya menangkap warna aneh yang ada di tangan Sejeong.

"Ini darah? Lo luka??" Daniel menarik tangan Sejeong. Jaewon yang mendengar kata darah pun memilih untuk ke belakang karena pemasaran apa yang sedang terjadi.

Sejeong segera menarik tangannya, "b-bukan urusan lo!!" Sejeong berusaha mempertahankan nada biacaranya agar selalu ketus, namun yang terdengar hanyalah nada bicara yang gugup.

Daniel mengernyit, lalu ia melirik ke arah loker Sejeong yang juga terdapat coretan garis tak tentu mirip dengan warna darah.

"Buka loker lo.." ujar Daniel.

"Ogah, siapa emangnya lo nyuruh-nyuruh gue?" Sejeong berbalik, hendak meninggalkan kedua pemuda itu, namun tangan Jaewon terlebih dahulu menahannya.

"Gue tetangga lo, buka lokernya sekarang," kini giliran Jaewon yang berbicara.

"Udah gue bil-"

"Buka loker lo sekarang atau gue bakalan ngancurin gembok ini..." Daniel menggenggam gembok loker Sejeong erat-erat.

"Coba aja kalau bisa," Sejeong menyedekapkan tangannya.

Daniel tersenyum miring lalu mengambil sesuatu dari lemari kayu yang terletak di pojok kelas. Sejeong membulatkan matanya ketika melihat Daniel kini membawa palu besar di tangannya.

"Lo gila ya?!?" Sejeong berdiri di depan lokernya, berusaha melindungi.

"Nggak, kan lo sendiri yang nyuruh gue buat ngancurin gemboknya, udah minggir sana.."

"Ck, iya-iya gue bukain. Tapi tolong kalian janji gak bakal ngomong sama siapa-siapa.." nada suara Sejeong menjadi terdengar serius kali ini.

"Iya, sekarang buka loker loo," Jaewon ikut menanti di belakang Sejeong yang kini sedang membuka gemboknya.

Loker terbuka dan dua pemuda itu segera melongokkan kepalanya untuk melihat isi loker Sejeong.

Daniel mendorong pelan tubuh mungil Sejeong dari depan loker dan saat itu juga ia melihat ada kotak kardus yang berwarna hitam di tumpukan paling atas. Daniel mengeluarkan kotak itu sementara Sejeong menggigit bibirnya.

Jaewon ikut mendekat dan membuka kotak itu. Bola mata kedua pemuda itu membesar ketika melihat sebuah berbentuk cabai yang diolesi oleh cairan mirip darah di sekujur permukaan luar boneka.

Lalu terdapat sebuah kertas di bawah boneka itu. Daniel menariknya dan mulai membaca.

You bitch!
Sok cantik ya? Sampai-sampai menelin semua cogan di sekolah ini.
Yah, sekali cabe emang cabe sih...

Oh ya, mulai saat ini, tungguin aja kiriman-kiriman surprise gue spesial buat CABE kayak lo..
Wkwkwkw.

K

Daniel dan Jaewon menghela nafas dan menatap Sejeong khawatir.

"Lo... Ini siapa yang ngirim?" Jaewon memasukkan boneka itu kembali ke kotak dan menarik surat dari tangan Daniel untuk ia baca.

Sejeong menggeleng pelan.

"Udah, beresin ini dulu sebelum anak lain dateng, gue buang ya.." Daniel mengangkat kotak, tak lupa meminta surat dari Jaewon.

Daniel keluar kelas sedangkan Sejeong berjalan gontai menuju bangkunya lalu duduk disana. Jaewon mengikuti dari belakang setelah menutup dan mengunci loker milik Sejeong.

Pemuda itu ikut duduk di bangku Sejeong dan menepuk pundak gadis itu pelan.

"Lo... Baru nerima kayak gituan atau udah lama?" tanya Jaewon dengan pelan.

Sejeong menghela nafasnya, "ini baru yang pertama kali. Makanya reaksi gue lebay banget tadi..."

"Itu nggak lebay kok. Wajar lah, siapa juga yang nggak kaget kalau misal ada benda seperti itu di lokernya,," Jaewon mengelus pelan pundak Sejeong dan saat itu pula Daniel kembali.

"Ehhem! Itu tangan tolong dijaga dengan baik ya, Mas Jaewon.." sindir Daniel lalu duduk di depan Sejeong.

Jaewon mencibir lalu menjauhkan tangannya dari pundak Sejeong.

"Sana, cepetan selesaiin nyalin PR gue. Lelet amat, tinggal nyontek padahal.." sungut Daniel lagi pada Jaewon.

"Ya udah ya, gue mau ngerjain PR dulu... Kalau ada apa-apa cerita ya, Jeong, jangan dipendem sendirian.."

Sejeong mengangguk kecil lalu menelungkupkan wajahnya di meja.

"Jeong," panggil Daniel.

"Gue lagi males buat bicara. Tolong tinggalin gue sendiri, dan tolong jangan bilang ke yang lainnya juga..." Sejeong menyahut dengan wajah yang tetap tertelungkup di meja.

Daniel menghela nafas lalu berdiri untuk kembali ke tempatnya tadi.

"Diusir kan lo? Mampus!!" ledek Jaewon.

"Bacot!!"

TORPE | Kang Daniel ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang