Pt. 20 (B)

1.5K 235 4
                                    

Bel yang menandakan waktu istirahat kedua baru saja berbunyi. Sejeong yang setengah mengantuk lalu menggoyang-goyangkan badan Daniel.

"Eeell, bangun" ujar gadis itu.

"Eellll, sumpah lo kebo banget dah, BANGUN!!!!" Sejeong berteriak tepat di dekat telinga kanan Daniel membuat pemuda itu terlunjak kaget. Ia kini berdiri sedangkan Sejeong terkekeh karena melihat reaksi berlebihan pemuda berbahu lebar itu.

Namun karena memang pada dasarnya Daniel masih belum sadar sepenuhnya, kaki lelaki itu pun limbung sehingga ia tak sengaja jatuh terduduk di atas pangkuan Sejeong yang masih terkekeh.

Tawa itu lenyap dan kini tergantikan dengan sunyi. Sejeong terkejut, namun tak berapa lama kemudian gadis itu tersadar. Dengan segera ia mendorong bahu Daniel sehingga pemuda itu tersungkur ke depan.

"Argh, sakit nyet!!" ujar Daniel tak terima, ia bergegas bangkit dan menatap tajam mata Sejeong.

Gadis itu malah balas menatap matanya tajam. "Apa?! Mau protes sama gue? Badan lo berat, kagak ngerasa ya??" semprot Sejeong keras-keras.

"Elo nya aja yang kurus kayak ikan pindang," sungut Daniel, ia menepuk-nepuk kedua tangannya agar kotoran yang sempat menempel padanya akibat tersungkur tadi lepas.

"Apa tadi lo bilang?"

"Nggak, itu, ikan pindang enak.." elak Daniel.

"Ck, udah sekarang ayok ke sana, cari anak-anak yang lagi ada di lapangan.." Sejeong berdiri dan melangkah menuju ke sisi kanan. Ia melongok ke bawah, dan mendapati beberapa anak tengah bermain basket.

"Ell, sini cepetann!!" gerutu Sejeong karena Daniel tetap berada di tempatnya berdiri tadi.

Daniel hanya bersungut kesal namun akhirnya tetap berjalan menghampiri Sejeong dan ikut-ikutan melongok ke bawah.

"Itu tuhh ada anak basket, cepetan teriak, El" Sejeong menepuk-nepuk pundak Daniel bersemangat. Daniel mendengus lalu menajamkan penglihatannya, ia tak mau salah panggil.

Pemuda mengernyit ketika kebanyakan yang bermain adalah para senior seperti Sehun, dan Kai. Ia merasa tak enak bila harus meminta tolong dengan salah satu diantara mereka.

"El! Lo kebanyakan mikir!!! Cepetan teriak, panas taukk" bentakan Sejeong terdengar di dekat telinganya membuat ia menatap kesal gadis di sampingnya.

"Ya elo mikir-mikir dong, ah. Mereka senior tauk!!" bentak Daniel tak mau kalah.

"Ya terus masalahnya apa sih? Lo kan juga anak basket kan sebelum jadi waketos, pastinya udah pada kenal... Cepetan..." desak Sejeong.

Daniel menghembuskan nafasnya sebelum bersiap-siap untuk teriak. Pemuda itu hendak membuka mulutnya ketika perkataan Sejeong mampir di telinganya lagi.

"Eh, bentar! Itu ada Jaewon sama Hoshi, JAEWOOOOOON, OCHIIII!!! HOIIII, DI ATAS!!" Sejeong bahkan sudah berteriak dengan hebohnya membuat beberapa murid yang berada di lapangan menghentikan aktivitasnya sejenak dan memandang ke atas, ke arah Daniel dan Sejeong berada.

Daniel mengumpati Sejeong dalam hati.

Katanya tadi malu, lah ini apa? Malu-maluin?? -Kang Daniel.

"TOLONGIN GUEEE!! LO KE ATAS DEH, TERUS BUKAIN PINTUNYA!! GUE KEKUNCI SAMA MACAN NIHHHH!!!" sambung Sejeong membuat Daniel membulatkan matanya.

"Apa lo bilang? Macan???" tanya Daniel.

"Husshhh, diem deh. Berisik. WON CEPETAN WOUIIII, MACANNYA NGAMUK..." ujar Sejeong.

Sedangkan Jaewon bersama Hoshi yang berada di bawah terkekeh lalu mengirimkan kode menggunakan tangannya.

OK!

"Yes, tinggal nungguin mereka kesini. Ah, gue haus, capek teriak muluu.." Sejeong berlalu dan melangkah menuju ke kursi panjang dan duduk di atasnya.

Daniel hanya mengusak rambutnya frustasi dan melangkah menuju ke arah dekat pintu.

Tak berapa lama kemudian terdengar suara pintu yang coba dibuka dari arah dalam.

"Weeeh, cepet juga lo pada! Cepetan bukain pintunya," Sejeong berlari menuju pintu dengan senyum merekah.

"Kuncinya kagak ada, Jeong. Jaewon lagi nyari Pak Bobo, lo tungguin dulu di sana.." lapor Hoshi dari balik pintu.

"Loh, kok bisa nggak ada? Ka kuncinya tadi jelas-jelas gue tinggal di lubang pintu.." heran Sejeong.

"Lo lupa kali.." ujar Daniel.

"Ya mana bisa, beneran deh. El, lo gak nyembunyiin kuncinya, kan?" curiga Sejeong.

"Kalau gue bawa kuncinya, udah gue buka daritadi terus lo gue kunciin sendirian di sini.." cibir Daniel.

"Ngaku gak lo, El?? Dimana kuncinya sekarang?" Sejeong masih tak percaya.

"Elah, gak percayaan amat sih! Nih, geledahin aja gue nih!!!" Daniel mendekatkan tubuhnya ke Sejeong mebuat gadis itu secara cepat memundurkan tubuhnya.

"Eh, gak deh. Gue percaya..."

Tak berapa lama kemudian pintu itu terbuka.

"Kok bisa kekunci disini sih?" tanya Jaewon sembari memandangi keduanya.

"Nih anak ceroboh! Ninggalin kuncinya di lubang pintu.." Daniel mengendikkan dagunya ke arah Sejeong.

"Lah, elo kan yang nutup pintunya! Co-"

"Stop ah, masih aja berantem. Oh ya, Jeong. Oh ya, Pak Bobo heran kenapa bisa kekunci, padahal kuncinya udah dikembaliin dari tadi.." potong Jaewon.

"Gue kan sedari tadi belum ngembaliin kunci itu, Won" jawab Sejeong.

"Tauk, katanya udah ada yang ngembaliin trus ditaruh di atas asbak rokoknya..."

"Kok aneh, sih..." ujar Sejeong frustasi.

"Udah, gak usah dipikirin. Mending ke kantin yuk, laper gue!" potong Hoshi.

"Hm, yang penting juga udah bisa keluar. Jangan dipikirin dalem-dalem.." angguk Daniel setuju. Namun dalam hati kecilnya, pemuda itu sebenarnya juga merasa penasaran apa yang sebenarnya terjadi.

"Tapi"

"Udah, cepetan balik. Lo juga harus ke ruangannya Pak Henry kan? Setahu gue Jonghyun udah berangkat duluan, ayok.." Jaewon menarik tangan Sejeong agar segera turun, diikuti oleh Hoshi dan Daniel. Daniel yang berada di paling belakang pun menutup pintu dan menyusul teman-temannya.

"Gue anterin Sejeong dulu ke kantor, lo berdua duluan aja ke kantin. Pesenin duluan ya, roti lapis coklat, sama susu vanilla nya juga buat Sejeong. Gue nasi goreng aja deh.." pesen Jaewon yang ditanggapi anggukan oleh Hoshi.

Jaewon pun mengantar Sejeong sampai ke depan kantor.

"Udah jangan dipikirin dulu, Jeong. Mending lo fokus sama yang bakalan lo omongin bareng Pak Henry sama Jonghyun. Sana masuk, ntar makan siang lo gue anter ke kelas ya.." Jaewon mengacak lembut poni Sejeong.

Gadis itu akhirnya mengangguk dan masuk ke kantor setelah sebelumnya tersenyum dan mengucapkan terima kasih pada Jaewon.

TBC

TORPE | Kang Daniel ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang