Pt. 25

1.4K 234 16
                                    

Sejeong melihat-lihat bahan makanan yang ada di lemari pendingin miliknya.

"Nasi goreng aja, ya? Biar gak ribet.." ujar Sejeong pada Daniel.

"Hmmm" angguk Daniel. Pemuda itu lalu ikut berdiri saat Sejeong mulai mengeluarkan bahan-bahan nasi goreng dari lemari pendingin.

"Gue bantu apa, nih?" tanya Daniel.

"Emang lo bisa?" Sejeong mengernyit dan menatap dengan tatapan tak percaya.

Daniel hanya memutar bola matanya lalu berdecak lirih.

"Beneran nih, gue bantuin apa?" tawar Daniel sekali lagi.

"Kupas aja deh, bawang merah lima, bawang putih dua. Terus setelah itu cuci sampai bersih. Lalu potong kecil-kecil..." perintah Sejeong.

Daniel mengangguk dengan patuh lalu mengambil bawang merah, bawang putih, dan pisau. Lalu mulai mengerjakan tugasnya di meja dengan wajahnya yang benar-benar terfokus.

Sejeong yang sedang memanaskan minyak dan mencuci sayuran sesekali menoleh dan tertawa kecil melihat wajah serius Daniel saat ini. Lalu Sejeong pun memotong kecil-kecil sayuran dan sosis.

"Aw," ujar Daniel saat jari telunjuknya yang tak sengaja teriris oleh pisau. Sejeong yang mendengarnya segera menoleh dan menggeleng-gelengkan kepalanya ketika Daniel menatapnya dengan cengiran khas di wajahnya.

"Hehehe," kekeh Daniel lalu mencuci jarinya dan pisau yang terkena darah di wastafel yang terletak di sebelah tempat Sejeong memotong sayur dan sosisnya.

"Kalau nggak bisa pakai pisau kenapa gak bilang, ha?" cibir Sejeong.

"Gue bisa kok, tuh buktinya.." Daniel mengendikkan dagu pada hasil karyanya. Sejeong melihat lebih dekat dan menggeram lirih.

"Lo mau kupas bawang atau mau ngabisin bawangnya, sih??" omel Sejeong ketika menyadari ukuran bawang merah yang ia pegang kini hanya tinggal setengah dari semula.

"Ya habis gue kupas ada lapisannya lagi, ya udah gue kupas lagi dan lagi.." ucap Daniel dengan bahu yang terangkat acuh.

"Oh ya, kotak P3K dimana?" tanya Daniel.

Sejeong meletakkan bawangnya dan berjalan menuju pojok dapur untuk mengambil plester serta obat merah di kotak P3K. Gadis itu lalu menghampiri Daniel.

"Mana?" pinta Daniel.

"Duduk," perintah Sejeong.

"Hah?" Daniel menaikkan sebelah alisnya, tak paham.

"Duduk," ulang Sejeong sekali lagi dengan memberi isyarat agar Daniel segera duduk di kursi dekat tempat Sejeong berdiri sekarang.

Daniel yang tak mau Sejeong mengamuk pun akhirnya memilih untum menuruti Sejeong.

"Mana tangan lo?" Sejeong menengadahkan tangannya di depan Daniel.

"Hah?"

"Tangan lo yang luka manaaa? Lola amat sih lo hari ini.." decak Sejeong sebal dengan nada geregetan yang terdengar jelas di telinga Daniel.

Daniel menjulurkan telunjuk kirinya, Sejeong bergegas menariknya. Gadis itu berlutut di depan Daniel dan mulai mengoleskan obat merah di luka Daniel dan akhirnya menempelkan plester ke luka itu. Namun Daniel dengan segera menarik tangannya ketika menyadari bahwa plester itu bergambar hello kitty.

"Nggak usah diplester, ntar juga sembuh sendiri.." jelas Daniel ketika mendapati wajah heran Sejeong di depannya.

"Terserah deh.." Sejeong berdiri dan mengembalikan plester ke tempatnya semula.

"Duduk aja, tungguin gue sampai masakannya jadi..." Sejeong menatap Daniel dengan tajam.

"Iya-iya, nyai.." sahut Daniel malas sementara Sejeong segera berbalik untuk menyelesaikan pekerjaannya yang sempat berhenti sesaat.

"Oh ya, sampai berapa lama pun gue bakalan tetap nungguin lo, kok. Jadi jangan khawatir, gue gak bakalan balik badan dan menjauh.." celetuk Daniel.

Sejeong hanya mendengus keras-keras dan memilih untuk mengabaikan gombalan yang Daniel berikan kepadanya.

Dia memasak cukup cepat lalu segera menyajikan dua piring nasi goreng di meja makan. Gadis itu lalu duduk di hadapan Daniel dan mulai berdoa.

"Makan," ujar Sejeong lalu memulai memasukkan sesendok nasi goreng ke dalam mulutnya sesudah berdoa.

Daniel hanya mengangguk dan mulai makan nasi goreng itu. Sesaat kemudian matanya berbinar.

"Walau masakan rumahan, enak juga ya, ternyata..," puji Daniel.

Sejeong hanya tersenyum miring saat mendengarnya dan memilih untuk meneruskan makannya tanpa menanggapi Daniel.

"Mending lo jadi istri gue deh kalau kayak gini. Sumpah enak banget loh.." celetuk Daniel lagi.

Sejeong tersedak lalu buru-buru mengambil minum di kulkas.

Setelah itu ia kembali duduk dan menempelkan punggung tangannya ke dahi Daniel.

"Perasaan tadi yang luka itu telunjuk lo, kenapa jadi kayak otak lo sekarang yang sakit?" cibir Sejeong.

"Otak gue baik-baik aja tuh.." Daniel mengangkat bahunya.

"El,"

"Hm?"

"Kalau makan ya makan, jangan ngomong mulu deh.."

"Lah lo kan juga lagi ngomong.." bela Daniel namun segera Sejeong menatap pemuda itu tajam.

"Iya-iya, gue makan nih. Cuma makan doang kagak ngomong. Matanya biasa aja kali, Nyai.." ujar Daniel lalu melanjutkan makannya.

TBC

TORPE | Kang Daniel ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang