Kini keduanya telah berada di gramedia dengan Sejeong yang sedang mencari dan memilah-milah buku dan Daniel yang duduk di kursi sembari memainkan ponselnya.
Tak berapa lama kemudian Sejeong menepuk pelan bahu Daniel membuat pemuda itu menoleh.
"Udah selesai?" tanya Daniel yang ditanggapi anggukan oleh Sejeong.
Sejeong berjalan mendahului Daniel menuju ke arah kasir untuk membayar buku.
Saat Sejeong mengeluarkan uang dari dalam dompetnya, Daniel telah terlebih dahulu menyerahkan sejumlah uang kepada pegawai kasir. Lalu keduanya keluar bersama dan segera menuju ke ruangan basement.
Daniel dengan segera menarik kresek yang Sejeong bawa dan membawanya.
"Heh? Gak usah sok baik!! Biar gue bawa sendiri, aja.." Sejeong berusaha merebut kresek miliknya dari tangan Daniel. Namun pemuda berbahu lebar itu tetap memaksakan kehendaknya agar tetap membawa barang Sejeong.
"Lo apa-apaan sih El?" tanya Sejeong sembari berusaha berjalan menjajari langkah Daniel.
"Gue ini mau niat baik doang, kok" jelas Daniel sembari terus berjalan.
"Gak, gak percaya" ucap Sejeong.
"Masak lo gak percaya sama gue?" tanya Daniel menghentikan langkahnya dan menbalik tubuh secara tiba-tiba sehingga Sejeong yang tepat berada di belakangnya menabrak dada bidangnya.
Sontak saja tubuh Sejeong oleng ke arah belakang namun untungnya Daniel dengan reflek yang baik segera menarik tangan Sejeong.
Keduanya berdiri berhadapan dengan posisi berdekatan.
"Kita udah beberapa kali posisi kita kayak gini... Lo nggak ngerasa baper, gitu?" celetuk Daniel dengan memegang erat pegelangan tangan Sejeong.
Sejeong hendak berusaha melepaskan pergelangan tangannya dari cengkraman Daniel namun Daniel malah mengeratkan pegangannya.
"Lepasin ih!" pinta Sejeong.
"Gak, sebelum lo jawab pertanyaan gue" Daniel memaksakan kehendaknya.
"Lepasin dulu tangan lo!!! Sakit, ogeb" bentak Sejeong, reflek saja Daniel melepaskan cengkraman tangannya dan beralih menjadi melihat-lihat ke arah pergelangan tangan Sejeong yang tampak memerah.
Sejeong menarik kasar tangannya dan balik menatap tajam Daniel.
"Maafin ah, jangan natap kayak gitu"
Pemuda itu melangkah terlebih dahulu dan membukakan pintu untuk Sejeong.
Gadis itu mengernyit.
"Lo lagi panas ya hari ini?" tanya Sejeong tepat setelah Daniel duduk di kursi kemudi.
"Nih, cek aja dahi gue" Daniel malah mendekatkan wajahnya ke arah Sejeong yang sedang memakai seatbelt, gadis itu terkejut dan memundurkan badannya hingga kepalanya mebentur kaca mobil di belakang.
Dan Daniel tertawa terbahak-bahak ketika Sejeong yang kini meringis mengelus kepalanya.
Namun disaat Daniel melihat bahwa kini Sejeong menatapnya tajam, tangan kirinya ia gunakan untuk mengelus rambut Sejeong sejenak. Kemudian dengan cekatan ia memakaikan seatbelt pada tubuh Sejeong yang masih kaku itu.
"Ehm," Sejeong berdeham pelan membuat Daniel serta-merta menjauhkan tubuhnya dan mulai memakai seatbelt untuk dirinya sendiri dan bersiul lirih untuk mengatasi rasa canggung.
"El," ujar Sejeong akhirnya ketika Danirl tak kunjung melajukan mobilnya dan malah menatap ke arah luar mobil melalui kaca jendela yang berada di sampingnya.
Pemuda itu menoleh dengan tatapan bertanya-tanya.
"Sini deh, gue periksa dahi lo" ucap Sejeong dengan gerakan tangannya menyuruh agar Daniel mendekatkan wajah kepadanya.
"Kenapa?" tanya Daniel curiga dengan sebelah alisnya yag terangkat tinggi.
"Sini dulu makanya, deketin muka lo. Gue mau periksa dahi lo panas apa engga" desak Sejeong bersikeras agar Daniel menuruti kemauannya.
Dengan penuh kecurigaan Daniel mendekatkan wajahnya dan akhirnya,
Ptak!!
(Anggap aja itu suara jitakan di kepala ya.. ^^)"Aw, njir!! Katanya cuman mau ngecek gue lagi panas apa engga!?" protes Daniel menjauhkan kepalanya dengan segera dan mengelusnya menggunakan tangan kanan.
"Siapa yang salah duluan coba? Kan lo ngerjain gue, tadi. Ya gue balas dong!!" ucap Sejeong tak mau kalah dengan memeletkan lidahnya.
"Ck, emang gue ngerjain gimana sih? Nggak sampe nyakitin fisik lo juga," elak Daniel.
"Emang sih lo nggak nyakitin fisik gue!! Tapi waktu lo ngerjain gue itu selalu bikin jantung gue deg-deg an tau gak!?!" Sejeong segera menutup mulutnya ketika kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulutnya.
Daniel tersenyum miring dan menatap Sejeong dengan tatapan menggoda.
"APA!?!" teriak Sejeong.
"Busyet, galak bener neng. Jadi bener nih jantung eneng deg-deg an kalau aa' kerjain kayak tadi? Mau lagi ngga?"
"Apasih!?! Kagak usah ngada-ngada deh! Gue nggak pernah bilang kayak gitu" elak Sejeong.
"Lah tapi ini telinga gue masih berfungsi dengan normal, loh... Gue juga nggak bakalan ngada-ngada kali" desak Daniel.
"Diem ah! Berisik" sewot Sejeong.
"Berisik apa deg deg an neng?"
"Neng-neng pala lo puyeng!!! Diem"
"Cieee, beneran deg deg an ciee"
"KANG DANIEL!!!!?!"
"Iya-iyaa, biasa aja teriaknya. Aa' masih ada di samping neng kok. Nggak kemana-mana" ujar Daniel dengan tetap menggunakan nada menggoda.
Dengan tak terduga Sejeong mencubit kecil pinggang Daniel karena sejujurnya gadis tersebut merasa malu digoda seperti itu oleh Daniel.
"Aw... Aihh, udah, lepasin. Sakit, Jeong. Iya, aw, nggak lagi! Aduh itu jangan diplintir cubitannya, lepasin njir!!!" Daniel mencoba melepaskan tangan Sejeong dari pinggangnya namun yang terjadi adalah sebaliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TORPE | Kang Daniel ✔
FanfictionI only use one word to unlock the door to your feelings When i don't have the key, sweet words place second I study you constantly and repeat the study every day I'll show you what I've done Rock my head. •✓•✓•✓•✓•✓•✓•✓•✓•✓•✓•✓•✓•✓•✓•✓• Torpe (n.) a...