Pt. 27

1.4K 236 21
                                    

Selamat membaca...





Seharian penuh itu Sejeong tampak tak fokus dan murung. Bahkan ketika diajak Yerin untuk ke kantin Sejeong hanya menggeleng lemas dan menelungkupkan wajahnya di meja.

"Beneran nggak mau ke kantin?" tanya Yerin sekali lagi yang juga ditanggapi anggukan kecil.

Yerin menghela nafas sejenak.

"Lo kenapa sih, Jeong? Sakit?" Yerin berusaha menempelkan punggung tangan kanannya pada dahi Sejeong.

"Nggak panas lo padahal badan lo," ujar Yerin lagi sembari menarik tangannya.

"Lo kenapa, Jeong?" kini giliran si Joy yang bertanya.

"Iya nih, aneh banget. Yakin nggak mau ke kantin, nih?" Jennie berdiri di samping Sejeong.

"Jeong?" Joy mengguncang pelan tubuh Sejeong.

Sejeong menghela nafas lalu mengangkat wajah untuk menatap ketiga temannya dan menggeleng.

"Gue nggak papa, cuma ngantuk doang gara-gara semalaman kagak bisa tidur. Udah, kalian ke kantin sana..." Sejeong masih sempat memberikan senyuman kecilnya.

"Kok bisa nggak tidur semaleman?" tanya Yerin.

"Udah biasa kali gue insom kayak gitu.." jawab Sejeong.

"Udah ya, gue mau bobo bentar. Kalian ke kantin aja sana.." Sejeong mendorong pelan tubuh teman-temannya.

"Lo lagi ada masalah, ya?" tebak Jennie yang membuat Sejeong terdiam beberapa saat.

"Jeong?" panggil Yerin.

Sejeong segera tersadar dari lamunan singkat itu lalu menatap satu-persatu temannya sembari menyunggingkan senyum.

"Maaf nggak fokus, hehehe," kekeh Sejeong.

"Beneran ada masalah ya?" Joy memegang pundak Sejeong.

"Nggak, nggak ada masalah. Sekarang gue bener-bener ngantuk nih, guys. Jadi biarin gue tidur, yaaa...~" rengek Sejeong dengan kepala yang menggeleng-geleng selama beberapa detik. Ia berusaha meyakinkan teman-temannya bahwa ia baik-baik saja.

"Ya udah, kita duluan ya. Nggak nitip?" tanya Joy yang ditanggapi gelengan oleh Sejeong.

Lalu setelah ketiga temannya keluar dari kelas, Sejeong segera menelungkupkan wajahnya di meja dan mulai memejamkan matanya.

"Nih, makan.." ujar seorang pemuda yang membuat Sejeong mendongakkan kepala. Gadis itu mengernyit ketika pemuda itu meletakkan sebungkus roti lapis rasa coklat di mejanya.

"Ini juga minum," pemuda itu mengeluarkan sebotol susu vanila dari kantong kresek warna putih yang ia bawa.

Pemuda itu lalu berbalik hendak menjauhi tempat Sejeong, namun si ketua kelas telah terlebih dahulu menahan tangan pemuda itu.

"Apa lagi?" pemuda itu membalikkan badannya dan menatap heran ke arah Sejeong.

"Ini, maksudnya apa-apaan?" Sejeong mengendikkan dagu pada roti dan susu di meja miliknya.

"Ya buat elo konsumsi lah, apa lagi?"

"Please deh, El. Ga perlu gini juga. Gue bisa beli sendiri.." ujar Sejeong.

Kang Daniel, pemuda itu menghela nafasnya sejenak.

"Gue tahu kalau lo bisa beli sendiri, tapi gue juga tahu kalau tubuh lo males buat gerak. Dan gue yakin pikiran lo sedang kacau, jadi gue sebagai teman yang baik kan ya beliin lo konsumsi.." jelas Daniel dan tak lupa menekankan nada bicaranya saat menyebut kata 'teman yang baik'.

Alis Sejeong semakin terangkat karena kebingungan. Ia hendak mengucapkan sesuatu namun Daniel lebih dahulu berbicara.

"Lagian lo itu bego atau gimana? Udah tahu punya maag, kok malah nggak sarapan tadi pagi? Mana pas di sekolah mager buat beli makanan..." Daniel mengomel Sejeong sembari memutari bangku dan akhirnya duduk di kursi Yerin.

"Lo... Tahu dari mana?" tanya Sejeong.

"Ya buktinya lo kagak mau waktu diajak ke kantin," jelas Daniel.

"Bukan soal yang itu," sahut Sejeong cepat lalu menolehkan wajahnya menatap Daniel.

"Trus yang mana?"

"Yang gue belum sarapan pagi sama soal yang gue punya maag."

Daniel yang mendengarnya malah mengangkat bahunya, terlihat seakan tak peduli lalu ia membuka bungkus roti lapis coklat itu.

"Nih makan. Jangan ngomong mulu," Daniel mengulurkan tangannya yang memegang roti lapis itu ke arah depan wajah Sejeong.

Sejeong menggeleng lalu menepis pelan tangan Daniel agar menyingkir dari depan wajahnya.

"Beneran gue tanyanya... Lo tahu darimana?" desak Sejeong agar Daniel mau membeberkan cerita.

"Kagak usah tahu, sekarang mending lo buru makan deh. Ntar kalau telat terus elo nya jadi sakit yang susah siapa, coba?"

"Lah, yang sakit kan gue. Lo nggak usah repot-repot mikirin juga, enak kan?? Sekarang ceritain dulu kok lo bisa tahu tentang dua hal itu?" sahut Sejeong.

Daniel mendengus keras-keras lalu kembali mendekatkan roti lapis itu ke wajah Sejeong.

"Pegang dulu," suruh Daniel agar Sejeong segera memegang rotinya.

"Ogah," Sejeong menyahut tak peduli.

"Lah, lo mau tahu apa kagak??" Daniel menaikkan sebelah alisnya.

Sejeong mencibir lalu merebut roti itu dari tangan Daniel dengan kasar. Setelah permintaannya dituruti oleh Sejeong, Daniel terkekeh lalu mengambil ponsel dari saku jas sekolah miliknya.

Jemari panjang Daniel sempat menari dengan lincah di atas layar lalu beberapa detik kemudian Daniel memperlihatkan sisi layarnya yang memuat tampilan chatroom dengan Myungsoo.

"Kakak lo sendiri yang ngasih tahu gue. Katanya lo suka lupa ga makan kalau lagi puyeng dan terlalu banyak mikir.." jelas Daniel. Sejeong melihat percakapan itu dan menghela nafasnya pelan.

Gadis itu lalu memakan roti dan Daniel yang melihatnya hanya tersenyum. Kemudian Daniel menusukkan sedotan ke botol susu dan meletakkanya di depan Sejeong.

"Udah, gitu dong dari tadi, kan gue jadi ngga kepikiran... Gue ke ruang Osis dulu, ya. Dan jangan pernah lupa buat makan, gue nggak suka kalau lo lalai sama kesehatan lo sendiri.." Daniel sempat mengelus puncak rambut Sejeong sebelum beranjak pergi keluar kelas.

Sejeong yang melihat Daniel pergi pun hanya terdiam dan menghentikan aktivitas makannya.

"Apa sih? Dia siapa emangnya nyuruh-nyuruh gue? Lagian kalau gue yang sakit kan yang pasti dia ga bakalan repot lah.. Dasar kudaniel aneh," cibir Sejeong lalu kembali memakan roti lapisnya.

TBC

TORPE | Kang Daniel ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang