5. HARI PERTAMA DI JOGJA

2.1K 107 27
                                    

15.00

"Rena buruan ih!" Reggy sudah siap dengan kemeja tidak dikancing dengan di dalamnya terdapat kaos berwarna putih, celana bahan berwarna krem dan sepatu kets berwarna hitam, tak lupa ia membawa kamera digital antik yang dikalungkan di lehernya.

Sementara Rena, ia sedang memakaikan wajah nya dengan bedak tabur, blush on dan sedikit lipstick berwarna merah muda yang membuat Reggy bosan menunggu. Rena pun masih memakai tanktop dan hotpants nya. Ia belum memilih baju mana yang akan ia pakai nanti. Padahal, semua baju yang dibawa sama saja. Hanya kaos dan celana bahan.

"Sebentar, gue ganti baju dulu." Rena membawa kaosnya yang bergambar superhero kesukaannya dan menggantinya di dalam toilet. Ya, Reggy dan Rena memang satu kamar hotel, tapi mereka memilih kamar twin bed. Setelah Rena selesai mengganti bajunya, ia keluar dari toilet dan Reggy memperhatikan Rena yang masih menggunakan celana pendeknya.

"Kok celana nya nggak diganti?"

Rena melihat kebawah tepat nya ke arah celana pendeknya, "kenapa? Males ganti ah."

Mata Reggy memelototi Rena yang masih diam ditempat, "kok lo melototin gue, sih?"

"Gue nggak mau liat lo pakai celana itu keluar!" Ucapnya tegas sambil menekankan kata 'celana itu'

"Kenapa? Bukan urusan lo juga!"

Reggy menghela napasnya. Ia menghampiri koper milik Rena dan mengambil celana se-lutut milik Rena yang berwarna hitam.

"Pake ini aja. Gue nggak mau paha lo jadi sorotan orang." Reggy menyodorkan celana yang tadi ia ambil.

Rena mengambil celana yang dipegang Reggy dengan malas tanpa melihat wajah Reggy.

"Nah gitu dong, kan cantik ," ucapnya setelah Rena keluar dari toilet dan sudah mengganti celana nya.

"Berisik!" Rena pergi meninggalkan Reggy sendirian di kamarnya, sementara Reggy hanya tersenyum melihat kelakuan Rena. Lalu ia menyusul Rena yang sudah berjalan terlebih dahulu.

"Ughh cayangku ngambek ya," ucap Reggy sambil memencet hidungnya yang pesek itu.

Rena merasa risi. Ia menyingkirkan jari lentik Reggy yang sempat menempel di batang hidungnya.

"Malu ah!"

Reggy makin menjadi. Tangan kiri nya merangkul bahu Rena yang tingginya sejajar dengannya. Sangat susah untuk mengelak, karena tenaga Reggy lebih besar dari tenaga Rena. Wajar saja, tangan kecil Rena dikalahkan oleh tangan kekar milik Reggy.

Mereka keluar hotel dan berjalan kaki menyusuri toko-toko di pinggir jalan yang dominan menjual pernak pernik seperti gelang, kalung atau dream catcher. Rena berhenti tepat di mana toko itu menjual dream catcher.

"Bentar. Gue mau beli itu." Rena menunjuk dream catcher berwarna coklat yang tergantung di atas paku.
Ia dibingungkan oleh warna-warni dream catcher yang sangat bagus. Setelah bingung memilih cukup lama dan Reggy sudah bosan menunggu nya memilih. Akhirnya ia memilih yang berwarna tosca, pas dengan cat kamarnya yang perpaduan hijau dan putih.

Setelah selesai membayar, mereka melanjutkan jalan sampai ke ujung jalan. Yaitu jalan Malioboro. Rena dan Reggy sempat berfoto pas di mana terdapat tulisan jl. Malioboro. Terkadang Rena melihat barang-barang yang dijual di pinggir jalan. Beda dengan Reggy, ia malah asyik memfoto apapun itu dengan kamera nya. Sesekali ia memfoto Rena yang menghasilkan candid yang bagus. Memang terdapat bakat fotografi dalam dirinya.

"Rena!" Rena yang sedang ingin membeli dompet yang terbuat dari batik menengok, ia merasa terpanggil dari ujung jalan dimana Reggy memanggilnya.

Dan..

Cekrek.

Reggy memotretnya saat Rena belum siap sama sekali. Dilihat, tampangnya plongo, bibirnya menganga, matanya sedikit melotot dan rambutnya berantakan karna ditiup angin. Rena yang menyadari itu, ia menghampiri Reggy di kursi tersebut.

"Hapus, nggak!" Ia meloncat berusaha mengambil kamera yang dipengang oleh Reggy, tapi sayangnya ia kalah tinggi dengan lelaki itu. Sehingga ia tidak sampai untuk mengambilnya.

"Kenang-kenangan, Ren." Setelah itu Reggy lari meninggalkan Rena sendirian.

Awas lo Gy, gue bales nanti. Batinnya.

Reggy berhenti di angkringan mas Jono. Disitu terdapat berbagai macam makanan dan minuman yang harganya sangat terjangkau. Tempat duduknya pun lesehan, agar terasa rasa kekeluargaannya. Rena datang menghampiri Reggy dengan nafas ngos-ngosan.

"Sialan lo, Gy!" Ucapnya kesal. Sementara Reggy hanya tertawa melihat penderitaan Rena.

"Nih minum dulu, haus kan lo?" Ia menyodorkan segelas es teh manis yang sudah dipesannya barusan.

"Gak usah sok nanya juga lo tau!"  Rena langsung meneguk minuman tersebut hingga sudah tidak ada sisa.

"Gila lo, kayak abis kemana aja," ucap Reggy heran.

"Ya ini juga gara-gara lo!"

Setelah itu, mereka berdua memesan makanan yang terdapat di menu. Tak sampai lima belas menit, makanan yang mereka pesan datang. Rena langsung memakan nya tanpa aba-aba apapun, ia sangat lahap memakannya bagaikan sudah satu minggu tidak dikasih makan oleh ibu nya. Sementara Reggy, ia makan dengan perlahan. Sangat bertolak belakang sekali dengan Rena. Sampai-sampai Rena meminta tambah. Ia menambah nasi dah satu jeroan. Reggy yang baru melihat jeroan saja sudah mual, apalagi mencobanya.

"Ahhh gue kenyang banget!" Ucap Rena sambil memegang perutnya dengan kedua tangannya.

"Hm." Tanggap Reggy jutek.

Rena celingak celinguk mencari delman yang tidak ada di sekitaran mereka. Mungkin ada beberapa yang sedang menarik penumpang.

"Gy, duduk dulu yuk, gue kenyang banget. Sambil nunggu delman," ucap Rena sambil menarik tangan Reggy ke tempat duduk yang berada di pinggir jalan. Ingin sekali Reggy memberontak karena ia masih ingin memfoto panorama sekitar, tapi apa daya, Rena memegang pergelangan Reggy dengan kencang. Tau sendiri lah kekuatan Rena melebihi Reggy.

Setelah menunggu selama setengah jam, Rena melihat sudah ada delman yang menganggur di seberang sana. Sontak ia teriak tepat di telinga Reggy.

"Reggy ayo!!"

"Aduh apaan sih, nggak usah teriak-teriak!" Ucapnya seraya memegangi kupingnya barusan.

Rena langsung menarik tangan Reggy dan menghampiri delman yang berada di seberang jalan itu. Karena menurut Rena tarif nya kemahalan untuk mereka berdua, akhirnya ia mencoba untuk menawar tarif tersebut. Berkat gombalan Rena yang bisa membuat kusir itu klepek-klepek walaupun bercanda, akhirnya ia menurunkan harga sesuai dengan yang Rena inginkan.

Delman itu membawa mereka keliling keraton dan sekitarnya. Sesekali Reggy memotret Rena tanpa sepengetahuannya. Wajah Rena sangat menggambarkan kalau ia sangat bahagia setelah menjalankan banyak ujian.

Alunan suara sepatu kuda membuat Rena sangat ingin menyanyikan lagu anak-anak. Semilir angin sering pula membuat helaian rambutnya menjadi berantakan dan berujung kusut. Banyak pengamen yang menunjukkan bakatnya seperti bermain alat musik tradisional di pinggir jalan. Ada juga yang memakai kostum untuk memenuhi kebutuhan mereka masing-masing. Di pinggir jalan juga sangat banyak yang menjual oleh-oleh khas Jogja, seperti bakpia.

Rena meminta kusir itu untuk berhenti, karena ia ingin membeli beberapa bakpia untuk orang-orang di Jakarta. Setelah selesai membeli oleh-oleh, mereka melanjutkan perjalanan nya. Karena Rena lelah, ia meminta untuk mengantarnya ke depan hotel dimana ia menginap.

Rena menempelkan kunci hotelnya sehingga membuat pintu besar itu terbuka. Tanpa ba-bi-bu, ia langsung menjatuhkan dirinya di atas kasur besar miliknya. Tak perlu waktu lama untuk ia memejamkan matanya. Reggy yang melihat posisi Rena yang tidur sangat pinggir, Reggy pun membenarkan posisi tidur yang selayaknya. Ia mengambil selimut tebal yang berada di ujung ranjang, dan memakaikannya ke tubuh Rena yang tinggi.

***

Razarena | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang