30. KEBOHONGAN BESAR

1.6K 57 0
                                    

Rena langsung pergi begitu saja, dan membuat Raza melongok bingung. Raut wajah Rena sangat kusut. Bisa dilihat dari lipatan wajahnya, kalau ia sangat emosi, karena ulah Angel barusan. Sebenarnya, ini karena Rena yang tidak bisa menahan emosinya. Tapi itu wajar, bayangkan saja, tidak ada orang yang tidak marah apabila suaminya diganggu oleh cewek yang bukan muhrimnya. Itu yang Rena lakukan sekarang.

Cuaca sore ini sangat mendukung sekali untuk Rena menangis. Bukan saja langit yang sedih, tapi hatinya Rena pun sama. Saat Rena dan Raza masuk ke dalam mobil, tiba-tiba hujan besar mengguyur kota Jakarta. Untung saja mereka tidak kehujanan. Bisa-bisa Raza panik setengah mati kalau Rena kehujanan.

Kedua telapak tangan Rena menutup wajahnya karena gusar dan sedang menahan emosinya. Beberapa tetes air matanya keluar begitu saja. Bukan berarti Rena cengeng. Ia hanya saja terlalu terbawa emosi. Rena kalau sudah sangat amat emosi, ia bisa nangis-nangis kejer seperti orang yanh tidak waras.

"Kamu kenapa?" Tanya Raza, sambil menatap Rena bingung.

Rena bungkam. Ia memijit pelipisnya yang kini sangat pening.

Tangan Raza menggenggam jari-jemari Rena. "Ada yang ganggu kamu tadi di toilet? Siapa, Ren? Cowok genit? Kecoa? Cicak? Semut? Kasih tahu aku!"

Rena masih saja bungkam. Tetapi, jari jemari Rena semakin erat menggenggam tangan Raza. Itu menandakan kalau Rena lagi sangat emosi. Raza mengetahui kebiasaan buruk istrinya tersebut. Lalu, tangan kiri Raza merangkul bahu Rena sampai Rena tepat berada di pelukannya.

"Rena, aku cuma mau hibur kamu. Kenapa sih, susah banget bikin kamu ketawa. Sekali aja gitu. Kan Raza udah coba-coba buat ngelawak. Tapi kenapa garing banget ya. Apa gara-gara kamu diemin aku. Aku kayak anak kecil, ya? Apa aku belum cocok jadi pelawak kayak Sule, Andre?"

Dalam sedihnya itu, Rena tersenyum kecil mendengar penjelasan dari suaminya tersebut. Biarpun sifat dingin Raza itu tidak bisa dicairkan, tetapi kalau Raza sudah ketemu dengan Rena,sifatnya berubah jadi anak kecil.

"Ren, ih diem aja! Aku bukan kacang tahu. Mana, kamu masih meluk aku. Modus!"

Rena melepaskan pelukannya, sambil menatap tajam Raza. "Oh, jadi aku nggak boleh meluk kamu? Yang boleh meluk kamu, apa cuma si Angel? Iya gitu?!" Nada Rena seperti sangat menyindir kalau Raza menyukai Angel. Padahal tidak sama sekali.

Tangan Raza mengusap air mata yang mengalir di pipi Rena. Lalu mencubit kedua pipinya. "Oh, jadi kamu cemburu kalau aku sama Angel?" Raza memicingkan matanya.

Mata Rena langsung membelalak tanpa ada aba-aba. Tangannya mencubit kecil lengan Raza. Cubitannya yang sangat khas. "Jadi beneran ya? Oh, yaudah, aku mau mandi hujan aja! Bye!" Teriaknya.

Baru saja Rena ingin membuka pintu mobilnya, tangan Raza menarik tangan Rena. Lalu bibirnya sok dimaju-majukan biar terlihat seperti anak kecil.

"Jijik!"

"Biarin. Gitu-gitu sayang!" Raza menjulurkan lidahnya.

"Kan lo yang sayang. Gue mah nggak tahu!"

"Jadi gitu, ya?"

"Iya, kenapa, nggak suka?"

"Au! Pikir aja sendiri!"

"Nggak punya otak. Punyanya hati, hatinya juga udah ada yang punya."

"Nggak nanya!" Mata Rena kembali melotot ke arah Raza. Membuat Raza takut kalau Rena benar-benar marah padanya.

"Ih, Rena! Kamu marah beneran sama aku?" Tanya Raza, serius.

Melihat keseriusan wajah Raza. Akhirnya Rena tertawa karena sudah tidak tahan yang melihat wajah Raza yang sepertinya sangat takut.

"Idih, bukannya di jawab malah ketawa!"

Razarena | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang