36. PERMAINAN BARU AKAN DIMULAI

922 40 2
                                    

Setelah menempuh perjalanan yang cukup menegangkan, akhirnya pasangan suami istri tersebut sampai di Jakarta dengan selamat. Tanpa ada yang menerornya kembali. Awalnya Raza memang takut kalau ada orang yang akan mengganggu ketenangan mereka saat jalan pulang, untungnya itu semua hanya pikiran kotor Raza. Buktinya mereka kini Raza sedang duduk di meja makan menunggu Rena selesai memasak.

Wanita yang sudah tidak bisa dikatakan gadis itu masih terlihat seperti gadis. Tidak ada sedikit kerutan yang tumbuh di wajahnya. Wajahnya sangat mulus dan bersih, walaupun belakangan ini ia sangat terpuruk karena teror yang selalu mengganggu ketenangannya.

Tangan Rena lihat memotong sayuran kesukaan Raza. Selain itu, tangan yang lainnya juga sibuk membuat jus apel untuk Raza. Kata Raza, jus apel sangat baik dikonsumsi pada pagi hari. Itu sebabnya mengapa belakangan ini Rena selalu membuatkan Raza jus apel.

Dari meja makan, Raza tersenyum begitu manis saat melihat istrinya yang sedang sibuk mengurus dapurnya dan juga mengurus sarapannya. Raza sebenarnya sudah menyuruh Rena untuk istirahat saja. Tapi karena memasak adalah salah satu kewajiban Rena sebagai istri, akhirnya Rena tetap melaksanakan itu.

"Ren," panggil Raza.

Rena yang tadi sedang sibuk membuat scramble egg kini ia menoleh ke arah Raza dengan menaikkan sebelah alisnya.

"Terima kasih."

Tangannya menyeka keringat yang muncul di dahinya. Lalu ia tersenyum manis tanpa menjawab ucapan terima kasih yang Raza katakan. Setelah hampir selesai, Rena mulai membawa satu demi satu makanan yang sudah ia taruh di piring saji. Rena berjalan menuju Raza yang sudah menunggu hampir satu jam. Rena menaruh makanan di meja makan lalu menatap Raza dengan lembut dan mencium pipi kiri Raza.

"Sarapan dulu, aku mau siapin baju sama jas kamu nanti," ucap Rena, sambil menungkan air putih untuk Raza. "Oh iya, kamu mau mandi pakai air hangat atau nggak usah? Biar aku siapin."

Tangan Raza mengisyaratkan agar Rena duduk di sebelahnya. Tentu saja Rena menghampiri Raza yang sudah menyuruhnya agar ia duduk di sebelahnya. "Temenin aku makan dulu."

"Nanti kalau aku temenin kamu makan, bisa-bisa kamu nanti telat, Za."

Rena bangkit dari bangkunya, tetapi tangan Raza berhasil meraih Rena sehingga Rena kembali duduk seperti semula. Raza mendekatkan wajahnya ke wajah Rena. Walaupun wajah Rena penuh dengan keringat, Raza tidak peduli. Baginya Rena tetaplah Rena yang seperti biasanya. Tiba-tiba bibir Raza menyambar bibir Rena. Mengecupnya dengan cukup lama. Setelah itu langsung ia lepaskan karena wajah Rena yang terkejut.

"Maaf."

"Kenapa kamu minta maaf?"

"Maaf, aku nggak bisa jaga kamu," ucap Raza lirih.

Rena mengamit tangan Raza, meyakinkan agar Raza tidak perlu khawatir dengan semuanya. Bibirnya mengulumkan senyumnya. "Makan dulu ya, aku mau siapin air buat kamu mandi."

***

Kalau saja Rena tidak menyiapkan semua perlengkapan Raza, mungkin sekarang Raza akan telat menjalankan koas. Sebentar lagi Raza akan bisa memakai jas kebanggaannya yang sudah ia impikan sejak duduk di bangku sekolah dasar. Pria dengan tinggi semampai itu berjalan menuju ruangan yang sudah disediakan, dengan ditemani oleh satu perawat.

"Dok, hari ini ada pasien yang baru saja masuk UGD karena pingsan. Nanti dokter akan saya temani ke ruang UGD," ucap perawat itu dengan sopan.

Raza mengangguk. Bukan hanya sekali ia mengunjungi rumah sakit ini, tetapi sudah sering mengunjungi rumah sakit ini untuk menemui rekan kerjanya yang juga seorang dokter.

Setelah sisternya keluar, Raza segera berlajan menuju UGD. Rumah sakit hari ini cukup ramai, sepertinya hari ini ia akan bekerja sampai larut malam. Apalagi hari ini yang mengunjungi UGD cukup ramai.

Setelah sampai di UGD, Raza langsung meminta susternya untuk memanggil pasien urutan pertama. Selang beberapa detik, akhirnya suster tersebut datang bersama perempuan cantik di belakangnya. Perempuan itu tersenyum saat melihat Raza sedang sibuk dengan tugasnya.

"Silahkan duduk--" wajah Raza terlihat terkejut saat melihat pasien pertamanya. "Angel? Lo sakit?" Nada bicaranya seperti sedang khawatir dengan Angel.

Angel yang mendengarnya langsung tersenyum simpul. "Apa lo masih khawatir sama gue?"

Raza kontan menggelengkan kepalanya. "Lo jangan salah sangka dulu, Ngel."

"Za, lo nggak usah ngeles deh mending."

Sepertinya Raza tahu maksud kedatangan Angel sekarang apa. Sudah terlihat jelas kalau Angel masih mengharapkan dirinya.

"Kalau lo nggak sakit dan sudah nggak ada kepentingan, mending lo sekarang keluar dari ruang kerja gue."

Emosi Angel sepertinya memuncak, wajahnya berubah menjadi merah padam karena menahan emosinya. Angel bangkit dari kursinya, sebelum keluar dari ruang UGD, ia menatap tajam wajah Raza. "Kalau itu mau lo, gue keluar sekarang." Lalu Angel keluar dengan menampilkan senyuman liciknya. "Dan permainan akan dimulai Raza." gumamnya pelan.

***


terima kasih yang sudah membaca.
see ya! xx

Razarena | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang