16. HUKUMAN UNTUK RAZA

1.8K 85 3
                                    

Renata.

Tok tok tok ...

"Siapa?" Tanyaku pelan.

"Pangeran ganteng."

Cuih. Pede sekali dia. Dari mana nya pangeran. Pangeran itu baik, lembut nggak kasar. Lah ini apa? Makhluk luar angkasa dari mana coba. Walaupun aku akui dia memang ganteng dan pintar. Tapi sikapnya itu loh yang membuat aku agak ilfil jijik gimana gitu.

"Ngapain lo ke kamar gue?!" Teriakku dari dalam kamar.

"Ini kan kamar gue juga cewek sinting!" Jawabnya sambil menekankan kata 'sinting'.

"SAMPE KAPANPUN, GUE NGGAK AKAN BUKAIN PINTU KAMAR GUE BUAT LO TITIK!"

Huh! Aku akan depresi apabila harus bersamanya hingga maut memisahkan. Yang ada, aku mati duluan karena ulah gilanya. Ya, walaupun belum kelihatan banget sih. Masih batas wajar gilanya dia.

"Bukain atau gue dobrak pintu kamar lo?!" Ancamnya.

Mungkin sia kira aku akan takut pada ancamannya. Dia salah, aku nggak akan takut dan nggak akan pernah takut.

Aku tidak menyaut ancamannya tadi. Aku mengumpulkan nyawaku untuk pergi ke kamar mandi dan siap-siap untuk pergi ke kampus.

Saat aku ingin membuka kenop pintu kamar mandiku. Aku terkejut karena ada suara gebrakan yang sangat kencang. Saat kulihat, monster itu baru saja mendobrak pintu kekuasaanku.

"WHAT THE HELL?! LO GILA APA YA. LO TUH NGAPAIN SIH DOBRAK-DOBRAK KAMAR GUE?!" Teriakku tepat di kupingnya. Bagaimana tidak, sekarang kondisi pintu kanarku sudah hancur dan lepas dari engsel nya.

"Salah lo lah! Siapa suruh lo gak bukain pintu kamar gue!"

"SIAPA BILANG KAMAR INI KAMAR LO? DARI MANA SEJARAHNYA INI KAMAR LO? SEJAK KAPAN HAH? LO TUH EMANG PSYCHO YA DASAR MONSTER GILA!"

"APA LO BILANG?! MONSTER GILA? SIAPA YANG GILA?" Tanyanya sambil mendekat ke arahku. Aku pun mundur menjauhinya sampai mentok ke dinding.

"LO GILA!" Jawabku sambil menunjuk dan melotot ke arahnya.

"APA LO BILANG?!"

"LO TUH EMANG BUDEG YA! DASAR PSYCHO. LO TUH—"

Raza mendekatkan wajahku dan wajahnya. Ia mencium bibirku dengan sengaja. Aku terkejut. Sangat terkejut.

"Gue kasih tau ya ke lo. Gini-gini gue itu suami lo. Kalo lo beranti ngebantah omongan gue. Satu ciuman buat lo. Gak pake enggak!"

Aku masih diam apa yang dilakukannya olehnya barusan.

"Punya mulut kan lo? Jawab!" Bentaknya.

"BAWEL!" Teriakku. Aku langsung mendorong tubuhnya yang tinggi itu dan aku langsung masuk ke kamar mandi. Karena dua jam lagi kelas akan dimulai.

Setelah selesai mandi, aku mengeringkan rambutku dengan hairdryer seraya bersenandung. Aku sudah rapih. Hari ini aku mengenakan kemeja warna hitam dengan lengan yang kugulung hingga siku. Kalau celana, aku tak pernah pakai model lain selain celana jeans.

Pintu kamar mandiku tiba-tiba terbuka. Dari pantulan kaca, terlihat Raza sudah rapih mengenakan baju kebanggaannya yaitu baju bergambar superman dan celana bahan berwarna cokelat.

"Lah lo mau ke mana?" Tanya ku bingung. Ternyata dia sudah rapih terlebih dahulu dari aku.

"Lo amnesia apa gimana sih? Gue kan ada kelas nanti," ucapnya sewot.

Aku hanya memanggukkan kepala pertanda aku mengerti apa yang ia bicarakan. Karena aku keasyikan menyanyi, aku terkejut kalau Raza mengambil alih hairdyer ku.

"Mau ngapain lo ngambil-ngambil?!" Tanyaku ketus.

"Gue mau keringin rambut lo. Abisnya lo lelet banget kayak orang abis ngelahirin," ucapnya sambil mengacak-acak rambutku agar cepat keringnya.

"Ye, lo kira gue abis beranak sue."

Aku kira si monster ini hanya tau marah-marah, berisik, ngeselin dan semacamnya. Taunya tidak. Dibalik sisi monsternya ada juga sisi bidadarinya.

"Sisir nya mana?" Tanya Raza setelah melihat aku tidak membawa sisir ke kamar mandi.

"Ya, keles gue bawa sisir ke kamar mandi." Lalu aku pergi meninggalkannya sendirian di kamar mandi.

"Rena ini gimana cara matiinnya?" Tanya nya sambil berteriak ke arah kamarku.

"Tombolnya pencet ke tengah."

Lalu aku menyisir rambutku yang tidak terlalu panjang itu. Cukup susah karena kusut akibat aku keringkan tadi.

"Arghh! Ribet banget sih." Karena saking susah nya aku menyisir, sampai-sampai aku mendumel sendiri.

"Kenapa sih yang?"

"Palalu peyang." Raza yang mendengarnya, ia terkekeh pelan.

"Kenapa sih? Berisik tau nggak?!" Tanya nya sewot. Tadi manis sekarang busuk. Dasar monster gila.

"Kusut rambut gue gara-gara lo!"

"Kok gue sih?" Raza mengambil alih sisir yang aku pegang lalu membenarkan rambut ku satu persatu.

"Ya, lo lagian ngacak-ngacak. Udah tau tadi gue pelan-pelan malah lo acak-acakin," ucapku kesal.

"Kalo kayak gitu kapan keringnya yang. Nanti bisa telat kita!"

"Lah situ berangkat aja sendiri!"

"Kok sendiri? Kan mobil yang satu dibawa sama mami," tanya nya heran. Aku memunculkan smirk smile ku.

"Kan ada motor. Nah lo pake aja motor. Mobil biar gue yang bawa," ucapku licik.

"Kok gitu sih, yang?"

"Pertama, lo udah ngancurin pintu kamar gue. Kedua, lo nggak mau benerin pintu kamar gue. Ketiga, lo udah bikin rambut gue kusut. Empat, tadi pagi lo udah bikin gue malu!" Bentakku sambil menunjuk ke arah mukanya.

Setelah rambut ku selesai disisirin oleh Raza, aku menguncir rambutku seperti buntut kuda. Lalu aku mengambil tas dan kunci mobilku lalu pergi meninggalkan Raza sendiri di kamar.

Aku lupa. Aku balik lagi menghadap Raza. "Satu lagi, kalau gue balik pintu kamar gue belum rapih. Jangan harap malam ini lo tidur di kamar gue! Bye."

Aku tersenyum merdeka. Kapan lagi aku mengerjai si monster bego itu.

Rasain lo dasar kutu kupret! Dalam hati aku tertawa terbahak-bahak. Ini harus aku ceritain ke Adel nanti.

🍃

Hai gaizee. Maaf pendek haha abisnya gue seneng si Raza kena sial gitu deh.

Hadiah deh buat kalian krn aku udahh un yeay!

Jangan lupa votenya. Timakaci❤

Razarena | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang