Author.
Entah apa alasan Anne tidak mau menikah atau tidak mau mencari calon suami untuknya. Anne terlalu fokus pada pekerjaannya sekarang. Sampai lupa kalau sekarang ia masih sendiri. Ia terlalu menikmati kesendiriannya, dan lupa kalau orang di sekitarnya ada yang mencintainya.
Kalau dijabarkan, sungguh rumit percintaannya dan pekerjaannya. Mungkin ia trauma saat ia pacaran di masa SMAnya. Dimana cinta itu masih tergolong cinta monyet. Anne tidak mau hanya terpaku sama cinta. Banyak yang lebih dibutuhkan di dunia ini selain cinta. Prinsip nya adalah, kalau cinta belum tentu membahagiakan dirinya. Selagi masih banyak kerabat nya yang menyayanginya kenapa tidak?
Sekilas tentang Anne. Anne adalah pribadi yang perfeksionis. Dari masa SD sampai kuliah ia tidak pernah mendapat nilai yang jelek. Selalu bagus. Karena dia disiplin dan rajin, maka ia disenangi banyak guru-guru. Selain itu dia juga pernah menjabat sebagai ketua OSIS dan ketua BEM.
Oke lanjut.
Anne sekarang duduk di meja kerjanya, sesekali ia memijat keningnya karena pening memikirkan pekerjaan. Ada juga hal lain yang membuatnya sampai pening seperti ini. Kejadian beberapa tahun yang lalu yang membuat nyawa seseorang melayang.
-Flasback on-
"Ma, aku mau pergi ya jalan-jalan nanti sama temen aku," ucap Anne saat masih berumur 17 tahun.
Ya mungkin kalian berpikir kalau di umurnya yang masih 17 tahun ini, ia pergi ke mana-mana didampingi oleh orang tuanya. Nyatanya tidak. Anne paling tidak suka kalau didampingi oleh orang tuanya. Ia tidak ingin menjadi anak yang manja walaupun mempunyai segala fasilitas. Dan pada kenyataan nya itu semua hanya keinginan Anne yang belum terwujudkan.
"Ke mana? Sama siapa?" Tanya papa nya. Papa Anne adalah papa yang sangat protektif. Ia tidak mau putri kecilnya kenapa-kenapa.
"Sama Avel, Raden, dan Cloudy. Kemana ya pa enaknya?" Namanya masih bocah, jadi ia agak bingung ingin merencanakan kemana.
"Kamu mau nonton bioskop?" Tanya Raza adiknya yang masih berumur 12 tahun. "Raza ikut dong kak."
"Raza gak boleh ikut kakak. Ini khusus cewek. Kamu kan cowok, main saja sama temen kamu yang cowo!" Ucap Anne tegas. Dari kecil saja ia sudah bisa dianggap tegas, bagaimana besarnya nanti.
"Sudah-sudah jangan berantem. Kamu mau nonton bioskop? Di mana? Jangan jauh-jauh ya," ucap mama nya. Bagaimana pun Anne masih dibilang belum ABG. Jadi ia tidak boleh pergi jauh-jauh.
"Iya. Aku sendiri aja ya, ma. Aku kan udah bisa nyetir mobil,"
"Enggak! Gak boleh pokoknya!" Ucap papa nya tegas.
"Pa, Anne sudah besar. Teman-teman Anne juga udah pada boleh bawa mobil pa—"
"Papa bilang enggak ya enggak! Kamu susah banget sih dibilangin!" Bentak papanya.
Anne paling tidak bisa dibentak. Ia selalu menangis apabila dibentak oleh siapapun. Seumur-umur ia tidak pernah di bentak seperti ini.
Ia langsung down. Karena papa nya membentaknya sampai seperti ini. Napsu makannya tiba-tiba tidak ada. Menghilang begitu saja. Membuat emosinya memuncak. Mungkin memang satu keluarga mereka adalah orang yang emosian.
Hanya Anne lah yang selalu dilarang oleh papa nya. Sedangkan Raza tidak. Walaupun umurnya masih terbilang muda, ia selalu dibebaskan oleh papa nya. Asal tahu batas. Sedangkan Anne? Ia tidak pernah dibolehkan macam-macam. Ia bagaikan hidup di penjara. Itu alasan mengapa Anne selalu menyendiri.
Karena ia terbawa emosi dan teman-temannya sudah menunggunya cukup lama, mau tak mau ia mengambil kunci mobil milik papa nya dan mengendarainya tanpa supir. Ia tidak mau dibilang anak manja atau anak kecil.
Hampir saja papa nya marah karena sikap Anne yang lancang. Tapi mama nya mencegah agar tidak perlu marah. Mama nya tau semakin Anne dilarang, ia semakin nekat. Buktinya sudah terjadi tadi.
Karena terbawa emosi dan terburu-buru, alhasil ia mengendari mobilnya dengan kecepatan yang cukup tinggi. Kebetulan saat itu ponselnya berdering dan fokusnya pun terbelah. Saat ia sedang mengambil ponsel yang berdering, ia tidak sadar kalau didepannya terdapat seorang pria yang sedang membelokkan mobilnya. Saat mobil itu belok, Anne telat melihatnya. Saat mobil pria itu sudah berhenti untuk menghindar, Rena malah menyosornya karena temannya menelponnya. Dan alhasil terjadilah kecelakaan.
Jantung Anne langsung berdegup tak karuan. Ia sangat shock. Ia takut kedua orang tuanya murka kepadanya. Ia takut nanti mukanya terpampang si majalah atau media massa lainnya. Bertuliskan, 'bocah umur 17 tahun menabrak mobil'. Sangat tidak lucu. Tanpa ada yang melihat kejadian itu, Anne langsung pergi meninggalkan tempat tersebut.
-flasback off-
"Ibu Anne tidak apa-apa?" Tanya asistennya. Ia melihat Anne sedari tadi menatap laptopnya dengan tatapan kosongnya. Saat disapa ia tidak mendengar atau menjawab.
"Eh—iya, saya tidak apa-apa kok," ucapnya. Ia langsung tersadar dari lamunanya. Ia langsung mencari berkas yang dicarinya sejak tadi.
"Ada apa, bu, manggil saya?" Tanya asisten yang bernama Eben itu.
"Oh iya Ben, tolong kamu cari tahu siapa pria yang di foto ini," ucapnya sambil menyodorkan kertas yang terdapat foto pria yang ditabraknya beberapa tahun yang lalu.
"Kalo boleh tahu ini wajah siapa ya bu?" Tanya Eben. Anne paling kesal kalau dipanggil ibu oleh bawahan yang akrab dengannya.
"Panggil saya Anne. Kamu tidak perlu tau. Kamu cukup cari orang tersebut siapa. Sebarkan ke yang lain," ucapnya bijak.
"Baik bu—maaf, maksudnya Anne. Kalau begitu saya permisi." Pamit Eben dengan sopan.
🍃
KAMU SEDANG MEMBACA
Razarena | ✔
Romansa[SELESAI] Tidak semua yang terlihat baik itu baik. Dan belum tentu yang terlihat buruk itu buruk. Ps: tidak akan direvisi. ✔post: 13 July 2017 ✔finish: 27 Mei 2018