Devi memegang bahu Rena. "Kamu yakin nggak mau nginap di rumah mami aja? Mami khawatir sama kamu, Ren."
Kalau ditanya, Rena juga sangat khawatir belakangan ini. Apalagi hampir setiap hari selalu ada kejadian yang sangat mengejutkan. Tapi Rena tidak bisa menginap di rumah Devi karena besok Raza akan tetap koas dan Rena harus menyiapkan perlengkapan untuk Raza.
"Mami tenang aja, selama ada Raza, aku nggak akan kenapa-kenapa," ucap Rena sambil meyakinkan Maminya.
Devi menghela napasnya berat. "Coba Reggy belum pulang, kamu bisa diantar sama dia."
Terlihat jelas raut wajah Devi yang sangat khawatir tentang Rena. Agar suasana tidak terlalu menegangkan, Rena tertawa pelan menanggapi Devi lalu ia memeluk Devi. "Rena bukan anak kecil lagi. Rena tetap Rena yang tegar." Rena melepaskan pelukannya. "Rena pulang dulu ya, Mi? Besok Rena ke sini lagi. Janji!"
Devi mengantar Rena sampai ke dalam taksi online yang ia pesan. Biarpun begitu, Devi masih tidak bisa menahan air matanya. Tentu saja kalau tidak ada Rena di rumah, Devi akan kesepian. "Hati-hati ya, Ren. Kabarin mama kalau sudah sampai rumah," pinta Devi.
Sudah menjadi kebiasaan Rena kalau sampai rumah atau sampai manapun tanpa Devi, Rena selalu mengasih kabar pada Devi. Rena tidak mau harta yang paling berharganya ini khawatir tentang dirinya.
"Pasti. Rena jalan ya, Mi? Jaga diri Mami baik-baik."
Setelah itu Rena masuk ke dalam taksi online. Tetapi ada yang berbeda dari taksi online yang biasanya ia naiki. Sopir taksi online yang sekarang seperti tidak mempunyai identitas. Sopirnya memakai pakaian serba hitam, masker yang biasa pengendara motor pakai, dan juga topi hitam. Rena sedikit curiga, tetapi ia buang jauh-jauh pikiran negatifnya.
Tidak ada pembicaraan yang keluar dari mulut Rena ataupun sopirnya. Perasaan takit mulai menjulur ke seluruh tubuh Rena. Tetapi Rena berusaha untuk tenang agar suasana tidak terlalu panas.
Rena mengeluarkan ponselnya lalu mengirimkan beberapa pesan untuk Raza. Rena baru ingat kalau selama koas, Raza tidak pernah membuka ponselnya. Rena langsung berinisiatif untuk menelpon Raza. Tetapi saat Rena menyambungkan teleponnya, seseorang merebut ponsel Rena dari jok paling belakang. Rena terkejut bukan main. Saat Rena ingin berteriak meminta tolong, mulut Rena dibekap oleh orang yang berbeda. Si sopir langsung membelokkan mobilnya jauh dari alamat rumah Rena. Sampai si sopir memarkirkan mobilnya ke dalam gudang besar dekat pombensin besar.
Sesampainya di dalam, si sopir langsung membuka penutup wajahnya. Begitupun dengan dua orang yang sudah berhasil melumpuhkan Rena.
"Bangsat! Matiin ponsel Rena sekarang!" Perintah si sopir yang merupakan bos dari mereka berdua.
"Maksud lo apa nyuruh-nyuruh gue?! Yang bos di sini itu, lo atau gue sih?!" Bentak seseorang yang memiliki rambut panjang. "Reggy! Harusnya lo bersyukur ada yang mau kerja sama sama lo! Dasar teman munafik! Bawa teman lo ke dalam!" Perintahnya.
Reggy dan satu asistennya menggendong Rena sampai turun ke gudang. Dengan cekatan Reggy langsung mengikat tubuh Rena di tiang dan melakban mulut Rena agar tidak bisa berbicara.
"Angel, kapan kita bisa musnahin gadis manis ini?" Tanya Reggy sambil berdecak pelan.
Angel mulai menggunting rambut Rena satu persatu. "Kita buat hidupnya selama di sini menjadi sial. Sebelum Raza tahu tentang ini, kita harus menyiksanya."
"Tapi, bos, Rena kan lagi hamil. Kita bunuh juga janinnya?" Tanya si asisten yang satu lagi.
Angel tersenyum licik. "Boleh juga. Tapi gue mau lo!" Tunjuk Angel pada Reggy. "Setelah Rena sadar, gue mau lo perkosa Rena. Sebelum Raza datang ke sini."
"Ini yang gue tunggu. Selama bertahun-tahun gue hanya bisa menjadi sahabatnya, dan sekarang saatnya gue yang memiliki seluruh badan Renata."
Tak beberapa lama, Angel dan asisten yang satunya meninggalkan Reggy dan Rena berdua di dalam gudang. Reggy memerhatikan wajah Rena dengan dekat. "Cantik banget sih lo, Ren. Jadi pengen." Gumamnya pelan sambil membuka lakban di mulut Rena.
Mata Rena mulai terbuka. Rena merasakan panas di sekujur tuuhnya. Nyawanya belum terkumpul semua. "Reggy? Kita di mana? Kok lo bisa di sini? Lo mau tolongin gue? Gy, tolongin gue please," pinta Rena.
Bukannya menolong, Reggy justru melepas satu persatu pakaiannya. Rena terkejut saat Reggy membuka celana panjangnya. "Reggy! Apa yang lo lakuin?!" Reggy tidak menjawab. Ia menjongkok lalu mulai membuka baju Rena yang sangat gampang untuk dibuka. "Reggy! Lo gila, hah?! Jangan lakukan ini ke gue!" Reggy tetap tidak mendengarkan ucapan Rena. Ia tetap berusaha untuk membuka baju Rena dan hanya menyisakan pakaian dalam Rena saja.
Rena tidak bisa berkutik apapun. Badan Rena terasa lemas. Ia hanya bisa berdoa di dalam hati agar Raza segera datang untuk menyelamatkannya. Reggy mulai mengecup kening Rena. "Cantik." Kemudian bibirnya turun hingga bibir Reggy mulai melumat bibir Rena dengan kasar. "Ini yang gue mau sejak dulu. Tapi kenapa lo nggak pernah ada perasaan sama gue sekalipun, Renata?" Tanya Reggy lirih sambil tertawa jahat. "Dan ini saatnya gue akan menguasai tubuh lo."
Rena tidak bisa berkutik sama sekali. Reggy semakin agresif lalu ia menindih tubuh Rena. Rena hanya bisa pasrah. Sekarang dirinya sudah kotor. Apalagi setelah Reggy membuka pakaian dalam milik Rena.
Belum sempat Reggy mengusai seluruh tubuh Rena, terdengar suara tembakan dari luar. Reggy langsung memberhentikan aksinya. Sedangkan Rena sekarang sudah tidak memakai sedikitpun helaian bajunya.
Tiba-tiba Angel mendobrak pintu gudangnya. "Gawat, Reg, polisi menuju ke sini. Kita kabur sekarang kalau nggak mau ditangkap oleh mereka."
Reggy langsung mengenakan baju dan celananya. Sebelum ia pergi, ia menatap tajam Rena. "Hutang lo belum selesai, Renata!" Setelah itu Reggy pergi bersama kedua komplotannya dan meninggalkan Renata sendirian.
***
Terima kasih untuk kalian yang sudah mau baca story gue ini. Maaf kalau tidak sesuai dengan ekspekstasi kalian. Dan maaf kalau kalian jadi benci sama gue karena si tokoh manis ini berubah menjadi kakek sihir!
Tetap tunggu update selanjutnya!❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Razarena | ✔
Romance[SELESAI] Tidak semua yang terlihat baik itu baik. Dan belum tentu yang terlihat buruk itu buruk. Ps: tidak akan direvisi. ✔post: 13 July 2017 ✔finish: 27 Mei 2018