19. MBA KUNTI?

1.6K 90 2
                                    

Renata.

Aku masih terbayang kejadian tadi malam bersama Raza. Betapa sayangnya dia sama aku sehingga sikapnya menjadi berubah 180 derajat. Aku juga masih tak percaya kalau dia mencintaiku. Nanti ada saatnya aku akan melakukan hal yang membuatnya mengakui kembali kalau dia cinta padaku.

Setelah jam delapan aku tidur dan sekarang aku terbangun karena mimpi burukku kalau Raza dikejar-kejar tante kunti. Padahal kunti sama dia galakan dia.

Aku melihat dari pintu transparan ku yang menghubungkan kamarku dengan balkon. Di sana terlihat Raza sedang tertidur meringkuk sendirian. Mungkin ia kedinginan. Laptop ku masih menyala. Aku keluar dan menghampirinya. Ku tatap wajah Raza sangat tenang. Beda saat ia terbangun. Wajahnya sangat sangar.

Aku mengusap pundaknha agar ia bangun, "Za, bangun. Pindah yuk ke kamar. Disini banyak nyamuk."

Bukan Raza namanya kalau dibangunin secara pelan ia tidak bangun.

"Za, bangun, Za!" Ucap ku sekali lagi. Tapi ia masih tak bangun-bangun. Aku mengguncangkan bahu nya tapi tetap saja tidak bangun.

"RAZA ADA TANTE KUNTI DISINI!!" Teriakku di kupingnya membuat dirinya bangun dan gelagapan seperti orang yang sedang kejang.

"KUNTI? MANA MANA? RENA BUKAIN PINTUNYA!!" Raza bangkit dan menggedor-gedor pintu kamarku. Ia celingak celinguk ke arah sekitarnya. Aku hanya tertawa melihat ulah nya. Sangatlah lucu.

"Rena, tuh kan kunti nya ketawain aku. Rena, buka!!" Mungkin ia mendengar suara tertawa ku makanya dia bilang ada kunti yang menertawainya. Tapi sebentar, berarti tawa ku ini seperti kunti dong? Lihat saja kau nanti!

Aku berjalan menghampirinya. Laku menepuk bahunya seperti di film-fil horror. Saat ku tepuk bahunya, Raza terdiam. Tidak ada sepatah kata yang keluar dari mulutnya.

"Ampun, mba kunti. Saya kan gak ganggu kamu mba. Saya cuma diusir sama istri saya."

Dan akhirnya tawaku pecah. Raza yang menyadari itu, ia membalikkan badannya dan memandang marah campur malu ke arah ku.

Ia menghela nafasnya, "ck, Ren lo tuh—"

Belum sempat ia melanjutkan pembicaraannya, aku melototi dirinya. "Kenapa? Mau marah-marah lagi? Mau tidur di luar lagi? Gue kan kesini mau bangunin lo. Mau nyuruh lo pindah. Eh, malah marah-marah. Yaudah, deh lo di—" ucapku sambil berkacak pinggang. Aku berhenti berbicara karena Raza mengecup bibirku secara tiba-tiba.

Aku melepaskan kecupannya lalu pergi masuk ke dalam kamar.

"Rena, kok dilepas sih?" Tanyanya sambil menutup pintu balkonku.

"Gue ngantuk," ucapku sambil rebahan dikasurku. Lalu aku menarik kembali selimutku sampai leher.

Lampu kamarku tiba-tiba saja gelap. Pasti ini ulah Raza. Ia mematikan seluruh lampu kamarku. Sampai lampu tidur pun dimatikan olehnya. Aku bisa merasakan ia naik ke atas kasur dengan begitu semangat. Karena ia tidak akan diganggu oleh si tante kunti itu lagi.

Saat aku ingin memejamkan mataku. Aku merasakan ada tangan panjang yang melingkar di pinggangku. Hembusan nafas itu membuat leherku geli.

"Ren, udah tidur ya?" Tanya nya lembut sekali.

"Hm," ucapku malas. Ya mataku tinggal satu watt, bagaimana tak malas meladeni ocehannya yang tidak ada manfaatnya itu.

"Ren, maafin gue ya."

"Maafin apa lagi sih? Gue bosen dengernya," keluhku malas.

"Gue suka marah-marah sama lo."

"Yaelah, gausah minta maaf kalau nanti lo bakal ngelakuin lagi. Lo itu kan monster jadi wajar kalo marah-marah mulu. Biar aja cepet tua."

Lalu Raza tidak menjawab omonganku sama sekali. Aku mendengarnya kalau ia sedang mendengkur kecil.  Aku menghela nafasku. Pasti orang ini tertidur. Karena aku sudah malas dengannya. Maka ku tinggal tidur dia.

Walaupun mataku terpejam, tapi aku masih bisa mendengar. Aku mendengar Raza berbicara.

"Good night honey. I love you," Ucap Raza sambil mencium puncak kepalaku.

Bisa kupastikan dia itu belum sepenuhnya tidur. Tidak. Dia itu belum tidur. Hanya pura-pura tertidur. Raza masih memelukku. Aku begitu nyaman dengan posisi ku yang seperti ini. Sudah lama aku tidak dipeluk seperti ini. Terakhir aku dipeluk seperti ini saat papi masih hidup. Dan itu sudah lama sekali.

Tanpa aku sadari, aku membalikkan tubuhku sehingga berhadapan dengan Raza. Aku meringkuk di dalam pelukannya. Aku merasakan Raza semakin erat memeluk tubuhku. Dan aku semakin nyaman bersamanya.

🍃

Halooooooo.
Maaf pendek ya, part ini sengaja gue buat cuma gara-gara si Raza takut sama kuntilanak haha. Antara mau ketawa sama baper guenya duh.


Happy readiiingg❤

Razarena | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang