Author.
Setelah mendengar kabar bahagia yang disampaikan oleh Rena, Raza langsung mengajak Rena dan mami Rena untuk berkumpul di rumah kakeknya. Kalau bisa dijabarkan, perasaan Raza sekarang camur aduk. Bukan hanya Raza saja, teman se-gang nya pun turut bahagia atas kehamilan Rena. Pengecualian Angel.
"Raza buruan kenapa sih jangan lama-lama!" Teriak Rena dari dalam kamar. Sudah hampir setengah jam Raza berada di dalam kamar mandi. Padahal Raza lah yang memburu-burukan Rena agar ia mandi sore.
Suasana sore tidak terlalu panas, tetapi suasana hati Rena sekarang sangat panas. Entah karena mood nya lagi berantakan atau efek hamil mudanya. Mami Rena juga sudah berpesan agar ia tidak usah melakukan aktivitas yang melelahkan.
"Lama banget sih, lo! Tadi lo kan yang buru-buruin gue, sekarang malah lo yang kayak tuan putri!" Rena bangkit dari ranjangnya lalu berbicara pas-pasan di depan wajah Raza.
Sementara Raza, ia tidak menanggapi ocehan Rena. Ia tahu bahwa istrinya ini sedang membawa beban beratnya selama sembilan bulan nantinya.
"Aku tunggu di bawah sama mami." Lalu Rena pergi meninggalkan Raza yang sedang menatapnya sambil tersenyum.
Tak butuh waktu kama untuk Raza memakai pakaiannya. Karena kalau lama itu namanya perempuan. Dan Raza bukanlah perempuan.
Rena dan mami menunggu Raza di ruang tamu sambil memainkan ponsel nya masing-masing. Karena Raza terlalu ingin tau apa yang dimainkan oleh Rena, ia merebut ponsel yang sedang Rena pegang.
"Balikin, gak!" Teriak Rena. "Gak usah sok-sok ninggiin, gue sama lo aja tingginya sama!" Akhirnya Rena berhasil merebut ponsel yang diambil oleh Raza.
"Hahah iya, sayang. Yuk, mi, kita berangkat," ucap Raza sambil merangkul bahu istrinya dan mertua nya.
Jarak rumah mereka berdua dengan jarak rumah ibu Raza lumayan jauh, bisa memakan waktu sampai dua jam. Dan bersyukur, jalanan tidak terlalu padat sehingga mereka bisa cepat sampai dan tidak membuat perut Rena mual.
***
"Haduuh, mantu mami tambah cantik aja," saat Rena baru masuk ke dalam rumah yang besarnya seperti istana, Hanifah langsung memeluk Rena dengan sangat erat. Namanya juga mantu, apalagi jarang sekali bertemu.
"Iya dong, namanya juga istri Raza." celetuk Raza. Raza langsung merangkul Rena dengan keras, membuat Rena sedikit terganggu dengan ulahnya.
Tujuan mereka ke rumah orang tua atau kakek Raza adalah untuk memberitahukan kalau Rena sedang berbadan dua. Keluarga mereka bukanlah keluarga biasa. Tapi sangat luar biasa. Sudah terdapat banyak makanan dari seluruh daerah di meja makan yang luas. Entah betapa capeknya pembantu mereka memasak dan membereskannya.
"Rena, kamu duduk di samping Raza aja ya," ucap mami nya sambil menarikkan kursi untuknya.
Dan tentu saja sebelum mereka duduk di bangku nya masing--masing, Rena, mami dan tentunya Raza selalu sungkem kepada kakek satu-satunya itu.
Semuanya mulai memakan hidangannya masing-masing. Mulai dari makanan pembuka hingga makanan penutup.
"Bagaimana kamu, Rena? Apakah kamu betah tinggal bersama cucu kakek yang bandelnya minta ampun?" tanya Braham. Raza hanya menyipitkan mata nya kek kakeknya, pertanda apa yang dikatakan kakeknya barusan itu salah besar. Bercanda, itu hanya alibi semata.
"Raza nggak seburuk yang kakek pikir, ia hanya penakut."
"Penakut seperti apa nak Rena?" yang mama Raza tau, Raza itu pemberani, bukan penakut.
"Ren, jangan di kasih tau kenapa sih," rengeknya. Sedangkan Rena hanya senyum-senyum melihat ekspresi Raza yang menahan malu.
"Itu loh Ma, Raza kan kekunci di balkon kamar aku, nah dia mimpi ketemu kuntilanak, sampe teriak-teriak gak jelas haha," ucapnya sambil tertawa. Sedangkan muka Raza langsung memerah. Dan semua yang berada di meja makan, tertawa melihat muka Raza yang menahan malu.
"Kamu, ah malu-maluin aku," ucapnya sambil menyilangkan tangannya di dada.
"Kamu marah sama aku? Oh ya, gak apa-apa sih, berarti nanti malam kamu bisa tidur di balkon ya?" ledeknya sambil tertawa pelan.
"Yah, jangan dong, Ren, plis plis, aku gak mau ketemu tante kunti itu lagi." Raza memohon-mohon dengan wajahnya yang pasrah.
"Nah kan, Ma, ini yang mama sebut jagoan? Jagoan takut setan? haha."
"Sialan kamu!" Matanya melotot ke arah Rena, tapi tangannya mengelus-elus perut Rena yang sedang ada isinya.
"Kamu ngapain ngelus-ngelus perut Rena?" tanya Rio--papanya.
Rena dan Raza lirik-lirikkan sambil tersenyum jahil pada mereka semua.
"Aku lagi berbadan dua, Ma."
Ekspresi Hani--mama Raza tak percaya, "kamu serius, Ren?"
"Maksud kamu, kamu hamil?" tanya Rio tambah tak percaya.
Raza mengangguk, "hebatkan, baru juga sebentar sama Raza, Rena langsung sudah isi hahaha." tawanya menggelegar. Tapi hanya Raza yang tertawa, karen mereka semua masih senang dengan kabar gembira ini.
"Kamu kok ketawa sendiri sih, Za?" tanya Rena bingung.
"Ya gak apa-apa. Krik ya?" Sederetan bangku mengangguk semua sambil menatap bingung wajah Raza.
"Akhirnya aku punya cicit juga," ucap kakek Brahim.
"Dan kami semua punya cucu," ucap Mami, Hani dan Rio kompak.
~
KAMU SEDANG MEMBACA
Razarena | ✔
Romance[SELESAI] Tidak semua yang terlihat baik itu baik. Dan belum tentu yang terlihat buruk itu buruk. Ps: tidak akan direvisi. ✔post: 13 July 2017 ✔finish: 27 Mei 2018