33. PERASAAN TIDAK ENAK

984 45 0
                                    

Raza dan Rena memutuskan untuk tidak jalan-jalan ke mall mewah yang biasanya ia kunjungi. Rena terlalu bosan berkunjung ke mall karena ia sudah hapal pemandangan di sana seperti itu dan tidak ada yang berubah.

Rena mempunyai inisiatif untuk mengajak Raza ke Bandung. Kebetulan jarak dari Jakarta menuju Bandung tidak terlalu jauh, hanya memakan waktu selama empat jam kurang lebih.

Kalau kata orang-orang di media sosial, Bandung adalah kota yang romantis. Banyak orang yang berubah menjadi puitis karena Bandung. Rena penasaran apa yang dibilang oleh netizen dan akhirnya untuk pertama kalinya Rena mengunjungi Bandung.

Perasaan senang menyelimuti Rena pada saat ini. Walaupun rencananya membeli make up gagal, tapi Raza selalu membuat Rena menjadi senang kembali. Walaupun hal yang dilakukan sangat sederhana.

"Kita ke Lembang, ya?" ajak Rena, saat sudah sampai di Bandung.

Raza mengangguk, lalu mengusap puncak kepala Rena. "Apapun buat kamu."

Terkadang memang Raza terlalu sibuk dengan kuliahnya, sesekali lupa kalau Rena membutuhkannya untuk sekedar refreshing. Minggu depan dan seminggu kedepan, Raza akan melakukan koas di salah satu rumah sakit ternama. Membuat mereka berdua akan jarang menghabiskan waktu di luar seperti ini.

Semakin lama menikah dengan Raza, semakin Rena mengakui kalau Raza tidak seburuk pas pertama kali Rena mengetahui kalau Raza sangat senioritas. Walaupun umur dengan umur yang masih bisa dibilang cukup muda, tidak membuat Raza tidak komitmen dengan janji suci yang pernah ia ucapkan. Walaupun saat itu Raza ingin langsung menceraikan Rena, tapi nanti apa kata keluarganya dan juga yang lainnya kalau Raza bukan orang yang tepat untuk dinikahkan.

"Za," panggil Rena. Raza hanya berdeham karena ia masih fokus dengan jalanan yang sedang ia lalui. "Kamu tahu nggak Adel bilang apa?"

"Nggak. Memangnya dia bilang apa?"

Rena berusaha berbicara setenang mungkin, ia takut kalau Raza tiba-tiba kehilangan konsentrasinya karena SMS dari Adel. Raza akan sangat marah apabila ada yang mengganggu orang yang dia sayang. Terutama Rena.

"Ren? Kok kamu nggak jadi cerita sama aku?" tegur Raza saat mengetahui kalau Rena diam tidak jadi menceritakan apa yang terjadi kepadanya dan juga Adel barusan. Yang membuat mereka berdua tidak jadi jalan bersama.

Rena terkesiap. Ia harus pintar-pintar mencari alasan. "Eh, a – anu nggak jadi, Za." Rena tersenyum kikuk.

Raza menatap wajah Adel yang sedikit gelisah lewat spion. "Bohong! Aku kan cenayang. Kamu lupa?" Rena tertawa pelan setelah mendengar pengakuan Raza yang katanya ia adalah seorang cenayang. "Jangan bohong sama aku, Ren. Nanti kamu aku turunin di tengah-tengah tol."

Rena menatap wajah Raza dengan wajah yang menyebalkan. "Memang bisa?"

"Bisa, wlee!" Tak mau kalah, Raza menjulurkan lidahnya. Membuat Rena memicingkan matanya karena sedikit kesal dengan sikap Raza yang terkadang menyebalkan.

"Emang kamu Tuhan, yang bisa ngelakuin apa saja?!"

"Aku?" tanya Raza. Rena mengangguk. "Aku kan suami kamu yang kayak pacar yang lucunya unch bingit."

Bukannya tertawa, Rena justru sedikit geli dengan ucapan yang Raza katakan. "Jijik!"

"Kan biar kayak mami kamu, Ren."

"Oh, kamu ketularan mami, ya?"

"Ketularan kamu."

"Kok aku?"

"Makanya kamu jangan nebar-nebar virus cinta. Imbasnya kan ke aku. Kalau imbasnya ke orang lain bagaimana? Kamu mau tanggung jawab?"

Mendengar gombalan Raza yang menjijikan, Rena langsung mencubit pinggang Raza dengan pelan agar Raza tidak merasa geli. Kalau Raza kalut, nanti akan bahaya. Apalagi sekarang Raza sedang menyetir.

"Kok kamu nyubit-nyubit aku sih, Ren?"

"Enek tahu nggak, dengar gombalan kamu?!"

"Enggak tahu." Raza kembali menjulurkan lidahnya. Sedangkan Rena, bibirnya justru malah mengkerut melihat suaminya yang seperti ini.

"Za, kamu mikir nggak sih, kalau sebenernya kita ini kayak bukan pacaran?"

"Aku kan bilang, kalau kamu ini pacar, sahabat, istri aku, Rena." Raza berhenti, lalu melihat wajah Rena dari kaca spion. "Kamu mah ngalihin pembicaraan mulu. Cepetan itu si Adel bilang apa. Aku kepo banget."

Rena menghela napasnya. Ia kira Raza sudah lupa soal itu, ternyata ia masih mempunyai ingatan yang cukup besar. Padahal Rena baru saja ingin mengalihkan pembicaraan dengan membahas masalah yang lain.

"Dia cuma bilang, katanya aku nggak boleh jauh-jauh dari kamu."

Raza menaikkan alis sebelah kirinya. Ia masih tidak paham dengan apa yang Rena katakan barusan. "Itu doang?"

"Sama bilang katanya aku harus hati-hati."

Apa yang Adel katakan itu mengandung banyak maksud. Perkataannya sangat ambigu. Raza semakin tidak mengerti maksudnya apa. Di satu sisi saat Rena bilang kalau Rena harus hati-hati belakangan ini, membuat Raza panik, dan hampir kalap.

Napas Raza tidak beraturan. Wajahnya yang tadi tenang, kini tidak tenang. Urat-uratnya sudah muncul menjadi sangat tertera di wajahnya. Tiba-tiba muncul keringat di pelipisnya. Rena langsung panik saat melihat Raza panik seperti ini.

"Za, kamu nggak pa-pa?" Tanya Rena, sambil menyeka keringat yang berada di pelipis Raza.

Rena bersusah payah untuk mengembalikan emosi Raza agar tetap stabil. Benar seperti apa yang dulu Rena katakan kalau Raza sangat mirip sekali dengan monster.

"Za, tahan emosi kamu, aku juga nggak tahu maksud Adel ngasih peringatan kayak begitu."

Raza menatap Rena dengan gusar. "Aku yakin, pasti ini ada apa-apanya."

"Maksud kamu?"

"Pokoknya kamu jangan jauh-jauh dari aku, aku nggak mau kamu kenapa-kenapa."

Rena menggenggam tangan Raza, mungkin itu adalah cara agar Raza percaya kepadanya. "Aku nggak akan kenapa-kenapa."

"Tapi, Ren ...."

"Raza, aku bukan anak kecil. Kamu tahu kan kalau aku nggak kalah kuat sama kamu?"

Raza mengangguk. Tapi sepertinya ada yang Rena lupa. "Kamu lagi hamil, sayang."

Rena lupa. Sangat lupa kalau sekarang ia sedang berbadan dua. "Kan ada kamu juga yang jagain aku. Mana ada orang yang berani sama monster seperti kamu?" kata Rena sambil terkekeh pelan.

"kamu anggap aku monster selama ini?"

"Awalnya sih iya, tapi sekarang aku anggap kamu shrek."

"Ih, jahat!"

Rena tersenyum. Ia memberikan senyuman yang paling manis. Membuat Raza sangat ingin melahap anak ini sekarang juga. 

***

Halo semuaa!!

sangat amat excited untuk post bab ini, bcs aku udah lama banget bangetan nggak up karena emang banyak bgt hambatan hihuuu.

Aku bela-belain nulis di sela-sela harus SKS belajar IPA sama IPS. Hihuu

Selamat membacaa

Razarena | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang