18. PENGAKUAN SEORANG RAZA

1.9K 91 6
                                    

Author.

Yang Rena lakukan sekarang adalah mengunci dirinya di dalam kamar. Tidak ada siapapun di kamarnya kecuali dirinya sendiri. Isak tangisnya masih keluar walaupun sudah mereda. Matanya sekarang sudah merah bagaikan orang yang kerasukan oleh makhluk gaib.

Ia duduk di atas ranjangnya sambil menggigit beberapa bagian selimut miliknya. Bantal gulingnya sudah basah akibat air matanya yang sangat deras itu. Sampai-sampai ia tidak kuat untuk berbicara. Beberapa kali Raza menelponnya tapi Rena tidak angkat.

"Ren, bukain pintunya. Gue mau masuk." Raza terus berusaha agar Rena membukakan pintu untuknya. Tapi hasil nya nihil.

Oh, iya. Masalah pintu sudah beres semua. Saat Raza ingin pergi kuliah tadi pagi, ia menyuruh pembantunya agar memanggil orang untuk membenahi pintu kamarnya itu.

"Renata. Buka dong. Gue minta maaf. Lo mau sampai kapan kayak gini? Ini udah seharian lo nangis di kamar."

Karena sudah lelah menangis selama seharian ini, Rena mengumpulkan nyawanya untuk bangkit dari ranjangnya dan membuka kunci pintu kamarnya.

Rena membuka pintu kamarnya sehingga terlihat jelas raut muka Raza yang khawatir akan keadaan istrinya itu.

"Rena, maafin aku." Raza langsung mendekap tubuh Rena yang kurus itu. Rena kembali menangis dalam dekapan Raza.

"Rena, kamu denger aku kan? Aku gak mau didiemin kayak gini." Rayu nya kembali. Sepertinya Raza sudah mulai ada rasa sedikit pada Rena. Ya walaupun sedikit, berarti itu ada kemajuan.

"Lepas." Akhirnya Rena mengeluarkan ucapannya. Walupun sedikit. Tapi mengucap satu kata itu seperti mengucap seribu kata. Sangat susah untuk dikeluarkannya. Razapun melepaskan pelukannya.

Rena kembali berjalan ke arah ranjangnya lalu duduk dengan tatapannya yang kosong. Raza datang menghampirinya dan duduk di samping dirinya.

"Rena, maafin gue ya. Tadi gue emosi banget. Gue nggak bisa nahan emosi gue. Lo tau kan kalau gue emosi kayak gimana. Rena maafin gue ya?" Tanyanya sangat halus. Raza mendekatkan tubuhnya lalu kembali memeluk tubuh istrinya itu. Rena sudah tidak bisa menangis karena air matanya sudah kering. Bersyukur kalau tidak habis.

"Rena kamu dengar aku kan? Rena, maafin aku. Aku emang keterlaluan sama kamu tadi. Aku spontan ngomongnya tadi,"

"Rena jawab aku dong. Aku nggak bisa didiemin kayak gini terus. Aku kangen dimarahin sama Rena. Aku kangen diomelin sama Rena. Aku kangen dihukum sama Rena,"

Dalam sembunyinya, Rena tersenyum mendengarnya. Bagaimana bisa monster ini bisa membuat lelucon seperti ini. Bagaimana bisa monsternya ini sangat romantis padanya. Renapun segera mengangguk. Tanpa Rena tahu, Razapun tersenyum saat tau Rena memaafkannya.

Raza melepaskan pelukannya lalu memegang pipi Rena dengan kedua telapak tangannya, "Rena, aku nggak mau cerain kamu. Kamu juga jangan gugat aku ya," ucapnya membuat Rena sedikit tertawa. Terukir jelas senyum manisnya itu.

"Kok ketawa sih?!" Tanya nya ketus. Mulai kumat kembali sikapnya yang seperti monster itu.

Raza yang sadar kalau barusan ia membentak istrinya itu langsung meminta maaf, "Ren maaf, aku nggak maksud ngebentak kamu."

Rena mengangguk, "iya, gue kan juga sering ngebentak lo. Makanya lo marah kan sama gue. Harusnya gue yang minta maaf sama lo. Gak seharusnya gue egois gini sama lo."

Raza menggeleng, "udah gak apa-apa. Yang penting lo jangan cerain gue ya Ren." Pintanya sekali lagi.

"Kenapa? Suka sama gue?" Tanyanya meledek. Raza mengerucutkan bibirnya karena ia tau kalau Rena sedang meledeknya. Lalu Raza menggeleng.

Razarena | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang