14. FIRST KISS

2.2K 93 3
                                    

15.00

Renata.

Setelah kejadian makan malam kemarin malam, aku dan Raza semamin dekat. Ya walaupun kami berdua masih suka bertengkar. Tepatnya sering bertengkar. Ternyata Raza tak seburuk yang aku bayangkan. Ia masih punya sopan santun dan ia tidak pernah membantah orang tua nya.

Sekarang kelas ku sudah selesai. Aku dan Adel sekarang lagi berada di cafe milik keluarga Raza. Cafe Alatas. Dari namanya saja aku sudah tau itu punya siapa.

"Heh kupret, lo masih ada hutang ya sama gue," ucal Adel membuat ku bingung. Kapan aku berhutang sama dia?

"Hah? Kapan gue ngutang sama lo?"

"Hutang penjelasan!"

"Penjelasan yang mana lagi?" Aku semakin bingung. Aku berusaha mengingatnya, tapi entah aku sangat pelupa.

Adel menghela nafasnya, "dasar pelupa," ia menoyor ku, "itu si Raza kenapa minta id line lo?"

"Oh." aku kira penjelasan apa, "APA?!" Teriakku saat aku menyadari kalau waktu itu aku berjanji akan bercerita pada Adel.

"Kok kaget sih lo?"

Aku mengeluarkan sebuah kertas karton yang dilapisi oleh plastik tipis, yang didalam nya terdapat nama ku dan Raza. Apalagi kalau bukan undangan ku bersama Raza. Lalu aku menyodorkan itu ke Adel.

"Nih buat lo!"

Adel mengambil dan membacanya lalu kedua matanya membelalak kaget.

"Hah? Lo mau nikah sama Raza?" Tanya nya kaget. Aku hanya mengangguk pasrah lalu memegang keningku yang tidak terasa pusing.

"Kok bisa sih?" Tanya nya sekali lagi.

"Nyokap dia sama nyokap gue diem-diem mau jodohin gue. Dan gue tau nya telat."

Adel menepuk tangannya membuat orang sekitar melihat ke arah kami.

"Del apaan sih malu-malu in," ucapku dan Adel hanya menyengir saja.

"Hehe gue gak nyangka. Lo kan berantem mulu sama dia. Dan tiba-tiba lo bakalan nikah sama dia. Tuhan itu adil ya."

"Emtahlah. Raza bilang sih sama gue, setahun atau dua tahun setelah nikah, dia bilang mau cerain gue."

Adel melotot ke arahku, seperti akan marah. "Lo bego apa gimana sih? Udah tau gak boleh yang namanya cerai-ceraian segala!"

"Ya abisan gue juga gak cinta suka ataupun sayang sama dia. Gak bisa dipaksa dong?"

"Kalo gitu gak usah nikah!" ucapnya enteng dan geram.

"Ya gak mungkin lah, kasian nyokap gue pengen liat gue bahagia." Aku menghela napasku.

"Cinta tuh gak bisa ditebak. Gak ada yang bisa nebak lo akan jatuh cinta sama orang kapan, dimana atau sama siapa. Cinta datang tiba-tiba. Gue yakin lo lama-lama bakal cinta sama dia Ren," Ucap Adel yang begitu bijak. Membuatku berfikir kembali.

"Halah tumben bijak. Dasar bu psyhcopath eh psikolog hehe." ledekku. Adel hanya menatapku tajam. Aku hanya cengengesan dan memamerkan sederet gigiku.

Razarena | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang