Kau tahu? Hal yang paling tak bisa ditebak adalah waktu. Saat kau menginjak SMP, kau akan merasa seperti kemarin baru memasuki SD. Saat kau SMA, kau akan merasa seperti kemarin baru memasuki SMP. Dan akan begitu seterusnya. Maka hari ini itulah yang kurasakan. Rasanya baru kemarin aku menjalani ujian hari pertama, dan tetiba hari ini adalah yang terakhir. Setelah break shooting akibat ujian semester yang dijalani para pemain dan crew, hari ini kami berkumpul lagi dilapangan sekolah untuk melakukan shooting. Hanya saja hari ini dilakukan lebih terlambat karena adanya ibadah Sholat Jum'at.
Setelah semua selesai melakukan ibadah, beberapa sudah berkumpul ditempat yang biasa kami gunakan. Tiba-tiba mataku menangkap sosok yang berdiri digerbang. Aku menajamkan mataku untuk melihat sosok itu. Ah, Nanda rupanya. Ia melambaikan tangannya, memanggilku dari arah gerbang sekolah. Aku sedikit berlari menghampirinya.
"Hari ini shooting-kan?" Ia bersandar pada gerbang sekolah. Jaket hijau tua khas kelasnya terpatut dibadannya.
"Iyalah, ketua panitia masa gatau sih." Aku melipat tanganku didepan dada lalu tertawa kecil.
Ia mengacak rambutku. "Heh, aku tuh ketua panitia workshop-nya bukan shooting-nya." Ia kemudian tersenyum. Kemudian mengeluarkan kunci motor dari sakunya.
Aku memiringkan kepalaku. "Mau kemana?"
"Ayo ikut, kita cari es krim." Ia menirukan gaya roket dengan telapak tangannya, kemudian menatapku dengan tatapan ayo-kita-ke-luar-angkasaku. Aku tertawa kecil melihatnya.
"RINNNN!!!" Seseorang berteriak dari dalam sekolah. Sedikit berlari karena harus mencapai gerbang yang cukup jauh. Kembali kutahamkan mataku untuk melihat sosok yang datang. Dhira rupanya.
Ia terengah-engah kemudian memegang pundakku. "Kemari.." Ia menarikku sedikit menjauh dari Nanda.
"Kamu pasti tau kak Gerald? Taukan?" Ia menunjuk wajahku, aku berpikir sejenak.
Gerald.. Gerald.. Ger... Ohhh, aku ingat, batinku.
Aku mengangguk. "I know."
"Dia mau ketemu kamu sekarang. Dia tunggu disamping sekolah. Kalo kamu gamau, gengnya dia yang bakal narik kamu buat ketemuan sama dia." Dhira menaikkan kacamatanya yang sedikit turun.
Ah.. Anak itu berulah, aku menghela napas.
"Sebentar, aku mau ketemu pilotku." Aku menunjuk Nanda yang sedang duduk diatas motornya.
"Hah? Apa? Pilot? Dasar gila." Dhira hanya menggeleng kepala, aku hanya terkikik mendengar ucapannya.
"Kak Nan.." Aku berdiri disampingnya, ia menatapku sambil menaikkan sebelah alisnya.
"Kayaknya gabisa deh, ada yang harus aku urus." Aku menunjuk Dhira yang melambai sekaligus nyengir kuda padanya.
"Hmm.. Kalo gitu aku kerumah mau ambil kamera. Pulang jangan kemana-mana tunggu aku." Dia mengacak rambutku sekali lagi dan menghidupkan motornya lalu meninggalkan parkiran.
"Ayo." Aku menarik tangan Dhira menuju samping sekolah.
Disamping sekolah memang ada sebuah tempat perkumpulan suatu geng. Geng itu cukup terkenal disekolah. Beberapa sering membuat onar disekolah. Yang terparah adalah ketika mereka harus berkelahi antar sekolah tetangga. Mengharukan sekali ketika Keyrina melihat mereka berkelahi mempermasalahkan seorang perempuan. Sedangkan yang dipermasalahkan hanya duduk bergosip sambil melihat perkelahian itu.
Haruskah kujedutkan kepala mereka ke tembok untuk menyadarkan bahwa yang diperjuangkan tak lebih dari sebuah barang murah. Atau mungkin piala bergilir? Batinku.
Ketika kami sampai disana, Dhira langsung menyuruhku duduk di depan Gerald. Gerald duduk sambil menghisap sebatang rokok. Aku mengibaskan tanganku, menghindari asap rokok yang ia hembuskan.
"Ada apa?" Tanyaku singkat.
Ia tertawa. "Kayaknya sulit ya supaya kamu datang kesini? Dari kemarin aku kirim chat supaya kamu kesini, ga pernah ada tanda read sekalipun." Ia tertawa lebih keras lagi.
"Langsung aja, ada apa?" Aku melipat tanganku di depan dada. Memasang muka super datar.
"Aku mau kamu jumpain aku besok. Seperti yang aku tau, kamu selalu suka tanggal 17." Dia mendekatkan wajahnya kepadaku. Aku menjauh, mencium sisa bau rokok.
"Setau gue, lo deket sama Nanda? Yang kelas 12 sosial?" Tiba-tiba sosok tinggi berkulit putih muncul disampingku. Zidan rupanya.
"Emang." Aku menjawab singkat.
Gerald tertawa sejenak. "Lo yakin dia bakal jadi milik Nanda besok? Ato lusa? Ato minggu depan? Ato nunggu tuhan ngasih pentunjuk?" Gerald dan Zidan kemudian tertawa keras.
Aku bangkit lalu menatapnya, "Masih ada yang lebih penting dari harus membicarakan hal bodoh kayak gini." Aku meninggalkan tempat itu dengan perasaan kesal. Sekali lagi mataku memanas. Aku menangis bukan karena sedih, ingatlah ini hanya karena emosi.
Nan,
Aku takut hatiku tergoyah hanya karena usahanya lebih tampak didepan mata.
Tapi aku yakin,
Sebenarnya kamu usaha juga,
Walaupun kamu gengsi untuk memperlihatkannya.•••
Aku duduk dihalte sekolah sambil sesekali melihat jam. Shooting sudah berakhir sekitar setengah jam yang lalu. Tapi Nanda belum tampak disini. Aku mengingat kata-katanya tadi. Ia akan menjemputku. Aku kembali menghela napas, tapi sedetik kemudian suara motor yang selalu kuingat datang dari kejauhan. Aku menoleh.
"Maaf ya telat, tadi macet." Dia mengacak rambutku. Kami cukup la terdiam saling bertatapan. Ia menggerakkan tangannya pelan kemudian menekan pipiku dengan jari telunjuknya.
"Ini.. Kenapa kayak jelly?" Dia tersenyum kemudian mengisyaratkan aku untuk naik. Ia mengulurkan tangannya untuk membantuku naik. Aku merasa seperti seorang princess.
Ia kembali membisikkan kata-kata seperti kemarin. Membuatku langsung memeluknya erat.
"Berangkat!" Ia langsung menjalankan motornya meninggalkan halte sekolah.
Aku memeluknya erat. Entah mengapa aku ingin hari ini jangan berakhir lebih cepat. Aku merasa seperti ia akan hilang. Tapi kemudian aku semalin memper-erat pelukanku. Bukankah sebuah pelukan adalah hal terbaik dalam keadaan apapun?
Cinta itu takut akan kehilangan,
maka ketika aku bersamanya, aku akan memeluknya erat.
Seperti ini adalah hari terakhirku bersamanya.
Sehingga tak kulewatkan sedetik momen pun.•••
Emang ya kalo udah setia ada aja yang gangguin. Gabisa gitu yakan ngeliat orang sweet dikit. Ancurin aja noh gerald nya ancurin guys. Kukesal. ((Padahal aku yg nulis)) di part selanjutnya bakal so sedih guys sedih banget. Jangan lewatin yaa. Tunggu part selanjutnya
VOTE COMMENT PLEASE🙏💙
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Time
RomanceTenanglah.. Ini hanya soal waktu yang harus tetap kau ikuti arusnya. Siapa yang tahu kapan hati bisa menerima orang baru. Siapa yang tahu kapan hati bisa sembuh dari luka saat ia patah begitu sendu. Terkadang hati hanya takut menerima cinta baru ha...