Part 6

6.7K 316 8
                                    

Kini aku tahu,
Aku mencintainya.
Aku mulai mencintainya.
Aku mulai mencintainya ketika aku menceritakan tentang hidupku.
Tentang masa-masa dimana aku belum mengerti dan mengenal dosa.

Aku mulai mencintainya,
ketika ia bercerita tulusnya ia,
bagaimana ia menjadi orang bodoh didepan seorang yang pintar,
yang ia jaga hatinya.

Aku mulai mencintainya,
ketika ia percaya padaku untuk menceritakan kehidupannya, tentang bagaimana ia bekerja keras.

Aku mulai mencintainya,
ketika aku melihat bagaimana ia menunjukkan potret masa kecilnya.

Aku mulai mencintainya,
ketika ia memotret segala hal yang ada disekitarnya.

Aku mulai mencintainya,
ketika aku ingin membuatnya tertawa dan jatuh cinta padaku seperti yang ia lakukan.
Hanya saja, ketika ia tertawa,
selalu aku yang jatuh cinta.

••••

Hari ini ujian semester hari pertama. Semua bersibuk menanyakan jawaban setelah ujian usai. Aku mengemas barangku dengan cepat, harini cuacanya dingin, sehingga aku mengenakan sweater berwarna oranye.

"Lo tadi dipanggilin kayak budek banget." Sosok perempuan menggebrak meja didepanku. Aku melihat name tag namanya. Siti Annasya. Atau lebih dikenal dengan Annas. Aku hanya menggelengkan kepala tanpa menatap ia sekalipun. Kemudian menyandang tas dan pergi berlalu tanpa menghiraukan Annas dan gengnya.

"Heh, lo kira lo siapa?" Ia menarik kunciran rambutku. Kemudian aku menepis tangannya dan berhenti.

Aku menatap matanya tajam. "Yang seharusnya nanya itu gue. Lo siapa bisa maksa gue kasi jawaban samalo?" Aku menaikkan alisku. Annas terdiam.

"Jangan berpikir bahwa orang diam itu lemah dan akan selalu diam. Ada saatnya mereka mengeluarkan suara dan saat itulah kesabaran orang diam tak tertahankan." Aku kembali berjalan sambil merapikan kunciranku.

Mataku panas. Rasanya ingin menangis. Bukan karena aku takut atau sedih akan perlakuan mereka. Aku menahan emosiku, hingga yang keluar adalah air mata. Beruntung ujianku berada di gelombang 3. Sehingga keadaan sekolah begitu sepi. Tak ada salahnya untuk menangis ditempat sepi begini. Mataku mengabur. Butiran air mulai jatuh. Aku berjongkok disudut lobby sekolah. Terisak pelan. Tapi tiba-tiba sebuah tangan merengkuh bahuku yang rapuh. Aku membuka mataku sedikit.

"Untuk seseorang yang menangis, ia selalu butuh pundak untuk menjadi sandaran." Entah bagaimana sosok Nanda bisa berjongkok didepanku. Kemudian membantuku berdiri. Lalu memelukku pelan. Aku kembali terisak.

Ini yang selalu aku butuhkan. Seseorang yang datang untuk memeluk, tanpa harus bertanya apa yang terjadi dan apakah aku baik-baik saja.

Hatiku mencelos. Berdoa pada langit untuk menurunkan hujan dan petir. Agar langit dan diriku bisa menangis bersama, tanpa didengar orang lain karena teriakan petir.

•••

Nanda menepuk-nepuk kursi belakang motornya. Sebenarnya aku sedikit kesulitan menaiki motornya dengan model vix*on yang satu ini. Tapi kemudian fokusku berubah ke bajunya. Ia sudah berganti sejak pulang lalu kembali dan menemukanku di lobby sekolah. Lalu sedang apa dia kesekolah padahal sekolah sudah kosong.

"Ayo naik. Kita ke luar angkasamu." Ia menepuk-nepuk lagi kursi belakang motornya. Aku tersenyum kemudian mengangguk.

"Bersedia." Aku membisikkan kata itu pelan sambil menaiki motornya. Ia melihatku terkejut lalu tersenyum tipis.

"Bersedia." Aku masih meniru bisikannya kemarin. Kemudian melingkarkan tanganku kepinggangnya. Ia memakai helmnya.

"Berangkat." Ia mulai menjalankan motornya. Kemudian mulai mempercepat motornya. Membuatku semakin mengeratkan pelukanku pada pinggangnya. Entah kemana ia akan membawaku. Aku menyandarkan kepalaku pada punggungnya.

"Masih mau meluk terus? Kita udah sampe dari tadi nih." Ia menepuk-nepuk punggung tanganku pelan. Aku mengangkat kepalaku. Aku melihat sekeliling. Ini drive thru mcdonald. Aku tersenyum kemudian berpikir. Entah bagaimana ia mengetahui semuanya. Semua yang aku butuhkan dan ku sukai.

Ia menyerahkan Mc'Flurry yang ia pesan padaku. Aku menekan kedua pipiku sambil tersenyum, akhirnya pipiku menggembung karena ku tekan. Ia terdiam. Kemudian jari telunjuknya menekan pipiku pelan. Kemudian ia tertawa.

"Ini eskrimnya. Nanti cair. Mc'Flurry oreo." Kemudian ia memakai helmnya lagi kemudian menjalankan motornya perlahan.

"Untuk orang yang sedih, makanan kesukaan jadi suatu moodbooster." Ia melihat kearahku kemudian tersenyum.

"Tapi kali ini bukan makanan yang jadi moodbooster." Aku mendekatkan bibirku ke helmnya. "Tapi orang yang memberikan."

Hanya satu yang kuinginkan malam ini. Aku ingin melewati malam panjang dan jangan cepat berakhir~

•••

WUAA NANDA KENAPA SO SWEET. SISAKAN SATU UNTUKKU YANG GITU KEK AH. SELANJUTNYA BAKAL ADA PERMASALAHAN ANTARA KEYRINA, NANDA DAN SESEORANG LOH. SIAPA YAA? HMM.. COWO ATAU CEWE? TUNGGU AJA PART SELANJUTNYA YA.

Another TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang