Part 1

19.1K 727 14
                                    

Jika takdir mengatakan "ya" maka kau akan tetap bertemu dengannya. Dan seseorang yang ditakdirkan untuk bertemu denganku ada disini. Di tempat ini "kematian" bukanlah hal yang asing lagi. "Kematian" memang hal yang mengejutkan diluar sana. Tapi aku, aku adalah seseorang yang ditakdirkan dengan hal itu, maka aku sudah biasa dengan "kematian".

"Selamat siang dokter." Beberapa suster menunduk kepadaku. Kubalas dengan senyuman ramah.

Aku menyusuri lorong rumah sakit. Kembali dari beberapa kamar pasienku. Mengecek perkembangan pasien-pasien yang telah menjalani operasi. Dirumah sakit ini, bedah saraf adalah yang terkenal. Terbaik mungkin.

Drrrtt..

Handphone ku bergetar didalam kantong jas putih. Tak ada yang lebih membanggakan daripada berjalan dengan jas putih seorang dokter dengan name tag didada kiri.

"Ya, ada apa?" Aku membuka percakapan.

"Baik, akan segera kesana." Aku segera mempercepat langkahku.

Aku memasuki ruangan presentasi. Sekiranya disana sudah berkumpul para dokter bedah saraf. Aku menunduk, menyapa Dokter Tama yang berkedudukan sebagai kepala bagian.

"Pasien Gabriella, wanita usia 30 tahun. Dia dibawa ke UGD setelah mengalami kecelakaan lalu lintas." Salah satu rekanku berada didepan berfokus mempresentasikan.

"Kondisi ya semi-coma saat ia dibawa masuk. Menurut CT scan otak, dia punya pendarahan intrakrinal yang mana sekitar 60 cc di lobus parietal kiri."

"Itu disebabkan oleh pecahnya arteri. Sehingga disimpulkan hampir tidak ada kemungkinan baginya untuk pulih, tapi melakukan operasi darurat karena dia." Sambungnya lagi.

"Bagaimana keadaan pasien?" Tanya Dr. Tama

"Belum menunjukkan tanda-tanda sadar." Jawabku. Menyela beberapa dokter.

"Terus awasi pasien. Jika ada sesuatu yang tampaknya salah. Segera laporkan. Buat ginekologi tetap dilingkaran." Jelas Dr. Tama kemudian menutup catatannya.

"Baik."

"Sekian untuk hari ini. Tapi.." Semua dokter menoleh kearah Dr. Tama

"Ada sesuatu yang ingin aku sampaikan, ada beberapa masalah didalam dan diluar bedah saraf beberapa bulan terakhir. Rekan yang sakit, tindakan disipliner, dan orang - orang yang mengkritik karena pasien menjadi masalah sosial." Ucap Dr. Tama

"Kita mungkin harus menahan ini untuk waktu yang besar. Namun, kita hanya memiliki satu lagi untuk menanggung ini bersama." Ia berhenti sejenak. Menarik napasnya.

"Ahli bedah saraf berurusan dengan otak, otak mengontrol tubuh manusia, itu artinya..."

"Departemen bedah saraf mengontrol segala sesuatu!!" Jawab semua serempak meneriakkan yel-yel itu.

Aku keluar dari ruangan dan berjalan menyusuri lorong. Aku melihat jam yang menempel ditanganku. Aku belum makan dari pagi. Dan sekarang sudah menuju siang.

Drrtt...

Handphone dalam saku jas putihku bergetar kembali. Aku menghela napas kemudian mengangkatnya.

"Halo?"

"Dokter ada pasien gawat darurat, ia akan segera sampai." Aku mengenali suaranya. Dokter tahun pertama, Dokter Reyva.

"Aku segera kesana." Aku berlari dari lorong rumah sakit ke arah lift. Kemudian menekan tombol agar lift menuju lantai bawah. Aku segera memasuki IGD langsung menghampiri pasien.

"Pasien.. Bisa dengar suaraku?" Tanyaku pada pasien.

Aku mengeluarkan senter kemudian memeriksa mata kiri lalu kanan. Kemudian aku mencoba menekan ibu jari tangan kiri dan tangan kanan.

"Sudah ronsen?" Tanyaku pada Dokter Reyva.

Dokter Reyva mengangguk. "Sudah, tapi pasien sedang hamil." Aku menghela napas mendengarnya.

"Dimana dokter kandungan?" Tanyaku lagi. Khawatir.

"Mereka akan kemari."

Aku segera mengambil handphone-ku. Segera menelepon Prof. Aris. Setidaknya ia yang akan  memimpin jalannya operasi jika dibutuhkan operasi. Aku akan berbicara dengannya lebih intens diruangan fellow.

"Halo?" Sapanya.

"Barusan ada pasien masuk IGD. Wanita berumur 28 tahun, kondisinya semi-koma. GCS-nya level 5." Jelasku.

[GCS ( Glasgow Coma Scale) adalah sistem penilaian yang paling umum digunakan untuk menggambarkan tingkat kesadaran dalam diri seseorang setelah cedera otak traumatis.]

"Tapi dari hasil ronsen kurang terlihat jelas." Sambungku.

"Pindai CT?" Tanya prof. Aris

"Ada pendarahan sekitar 80 cc. Sepertinya pendarahan arterivenous malformation." Jawabku.

[malformasi vaskulas di otak yang tidak aktif mengalihkan jumlah besar darah.]

"Tapi, prof dia sedang hamil 20minggu." Sambungku lagi.

"Baik aku kesana."

•••••

NEXTNYA ADA DI PART 2 YUHUUUU

Another TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang