Part 23

3.2K 151 0
                                    

Hal paling menyenangkan di SMU Harapan adalah setiap tahun yang mengadakan pensi dengan artis ibukota. Setelah persiapan kurang lebih dua bulan. Akhirnya acara kami pun hari ini dimulai. Acara terdiri dari dua hari. Hari ini adalah hari pertama. Aku memegang rundown acara. Serta nama-nama peserta lomba.

Aku berlari kesana-kemari. Mengarah ke mc dan soundman. Hari ini begitu disibukkan dengan berlari kesana kemari. Dan berteriak di HT berusaha mengarahkan semua anggota untuk mencari peserta. Aku ingin melakukannya dengan total. Agar acara pun berjalan lancar.

"Capek ya?" Tanya Kak Esta. Ia salah satu yang paling berpengalaman di acara seperti ini. Cowok ini sudah 3 tahun menjalankan acara seperti ini. Yang pasti, ini tahun terakhirnya, sama seperti Nanda.

Aku mengangguk. "Capeknya terbayar kok kalo acaranya lancar." Ucapku

Ia tersenyum kemudian mengacak rambutku pelan. "Bagus, penerus yang baik banget nih."

"Istirahat aja dulu." Ia mengacak rambutku lagi, lalu pergi ke belakang panggung.

Aku duduk sebentar, mc sedang bercuap-cuap. Membacakan beberapa sponsor yang men-sponsori acara kami. Lalu menawarkan pendaftaran sekolah kami. Tiba-tiba sebuah botol minuman dingin tertempel di pipiku. Aku menatap orang yang menempelkan botol dingin itu.

"Minum nih." Ia menyerahkannya padaku. Aku berdiri sejenak.

"Aldi?" Aku menyentuh botolnya tanpa memegangnya. Aku terdiam menatapnya. Seperti sinetron kacangan di televisi yang biasa ibuku tonton.

"Wih, adegan tipi banget. Woi korban sinetron." Ia menyodorkan lagi botolnya sampai aku tersadar.

"Oh. Eh iya." Aku mengambil botolnya lalu meletakkannya di bangku.

"Aku cuma bingung, Kakak ngapain disini?" Aku kemudian menarik bangku untuknya kemudian menyuruhnya duduk.

"Lah, gue kan panitia juga. Emang sih ga panitia inti kayak lo. Taun lalu gue udah." Ia kemudian melipat tangannya di depan dada. Tapi kemudian mc perlombaan hari itu, yang juga salah satu seniorku, mengatakan bahwa acara akan dilanjutkan.

"Kak, aku mau ngurus peserta lagi. Btw, makasih ya minumnya." Aku kemudian berlari kearah soundman untuk mengatur apa yang harus diputarnya.

•••

Aku meregangkan kakiku dilantai. Sudah jam 6 sore. Aku melihat stan bagian penjualan tiket film sudah kosong. Tandanya sudah sold tiket hari ini. Aku menatap layar handphone yang bergetar. Notifikasi line di handphone ku begitu banyak. Rupanya temanku yang ingin mengambil tiket film. Aku bangkit lalu berlari kearah gerbang. Aku melihat cowok dengan jaket putih berdiri bersama temannya.

"Arman!" Aku melambai kemudian berlari kecil mengarah kepadanya.

Ia menoleh lalu tersenyum. "Udah selesai ya acaranya?"

Aku mengangguk. "Ini tiketnya." Aku menyerahkan empat lembar tiket.

"Eh iya, Rin, ini temenku yang ngajak nonton film kamu." Ia menunjuk temannya yang berjaket abu-abu.

Aku mengulurkan tanganku. "Keyrina, makasih ya udah mau beli tiketnya."

Ia menjabat tanganku lalu tersenyum. "Saqif, sama-sama. Filmnya menarik kok."

"Eh iya, Key. Pulang jam berapa?" Arman melirik kedalam sekolah yang sedang dibersihkan karena besok adalah puncak acaranya.

"Setengah jam lagi mungkin. Masih ada yang harus dikerjain." Ucapku terkekeh kecil.

"Pulang sama siapa?" Arman mengacak rambutku sebentar.

"Sendirilah." Aku tertawa.

"Eh ga bagus cewe pulang sendiri. Ini udah gelap." Ucap Arman lalu memindahkan perhatiannya pada sosok Saqif yang berdiri di sebelahnya

"Qif, lo anterin dia ya. Gue harus ngurus biasalah lo tau." Arman menepuk pundak Saqif.

"Eh gausah, gue ngerepotin banget dah." Ucapku sambil nyengir kuda.

"Engga kok, gue tunggu disini ya." Ia menunjuk motor sport birunya. Aku mengangguk sedangkan Arman sudah pergi.

-

Tak berapa lama setelah penutupan acara hari ini dan adanya beberapa pengarahan untuk acara puncak yang akan diadakan besok, aku langsung meraih tasku dan berlari kearah parkiran. Aku melihat sosok Saqif lalu pikiranku melayang jauh kearah Nanda. Membayangkan sosok Nanda yang selalu setia menunggunya tepat diparkiran samping halte.

"Keyrina!" Saqif melambai dari jauh, suaranya menyadarkanku.

Aku tersenyum lalu mengangguk. Berlari kecil menuju Saqif yang duduk diatas motornya.

"Pulang sekarang?" Ia menatapku sambil memakai helmnya.

Aku mengangguk. "Iya, ini udah malem."

Ia menepuk-nepuk kursi bagian belakangnya. "Ayo naik, anak gadis gaboleh pulang larut."

Saqif mempercepat kelajuannya. Katanya ini dingin, maka ia bilang jika aku ingin menggunakan jaket bisa menggunakan miliknya. Aku menolak sambil tersenyum. Aku bilang, aku menyukai angin malam, walaupun aku tau itu bukan hal baik.

"Kamu suka angin malam pasti ada alasannya?" Ia mulai memperlambat kecepatannya.

"Katanya, orang menyukai sesuatu pasti ada alasan. Seperti anak anak, suka permen karena manis. Kalau kamu? Suka angin malam kenapa?" Ia melirikku dari kaca spion kecilnya.

Aku tersenyum, menunjukkan lesung pipiku.

Karena, aku selalu menembus angin malam dengan seseorang yang kucintai.
Bahkan mungkin angin malam telah muak dengan kami berdua.

Angin malam pernah jadi saksi begitu cintanya aku padanya.
Begitu juga ia padaku.
Walaupun ia sekarang tak disini.

•••

Untung deh Keyrina setia ya? Eh tapi Saqif leh ugha. Wkwkwk.

Tunggu paet selanjutnya ya. Akan dipublish secepatnya. Dalam proses penyelesaian. Penasarankan akhirnya gimana?

Vote dan comment juga jangan lupa ya guys,
Biar semangat gituch.

Gomawo🙏😂

Another TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang