Part 39

4.5K 207 2
                                    

Kamu tetap kamu
Tapi kamu bukan lagi kamu

- Nanda
.
.
.
.
.
.
.

Aku baru selesai dari ruang praktek. Masih sisa beberapa pasien yang harus menunggu kami para dokter melewati makan siang. Aku kembali ke ruangan fellow. Suara ketukan sepatu hak tinggi maroon milikku terdengar pelan.

Aku masuk dan duduk merebahkan tubuh diatas kursi empukku. Kemudian memutar-mutarnya sebentar. Seharusnya aku segera mengeluarkan tas bekalku dan kemudian melewati makan siang dengan tenang. Tiba-tiba suara ketukan pintu menyadarkanku yang masih menutup mata sambil mengorek ketenangan. Aku melihat sosoknya. Ohh.. Bagaimana dia tau ruanganku? Batinku cepat. Aku melambaikan tangan menyuruhnya masuk.

"Ganggu?" Nanda menyembulkan kepalanya dari ambang pintu.

Aku menggeleng. "Masuklah. Silahkan duduk." Aku masih bersikap formal layaknya seorang dokter.

"Sudah makan siang?" Tanya Nanda pelan kemudian duduk di depanku.

Aku menggeleng lagi. "Belum."

"Kalau begitu, ayo kita makan siang." Ia tersenyum walaupun matanya masih menyiratkan kesedihan.

Aku memiringkan kepala tanda tak mengerti.

"Anggaplah aku berterimakasih kamu masih mau menyelamatkan dua nyawa didalam sana." Ucapnya. Oh..

"Itu memang tugasku."

"Kalau begitu ayo kita makan siang." Ajaknya lagi.

"Bukannya kamu harus menunggu istrimu?" Aku bertanya pelan.

"Istri? Istri yang mana?" Ohh apa apaan ini? Apa ia lupa siapa pasien itu?

"Pasien Atika?" Tanyaku.

"Oh, itu. Makanya ayo kita makan siang. Aku akan menceritakannya." Ucapnya lagi.
.
.
.
.

Disinilah aku bersama Nanda. Ia memilih ini karna katanya cocok dan cepat untuk makan siang. Yang kuyakini ia juga ingin mengingat masa lalu. Mcdonald.

Ia datang dengan nampan berisikan dua paket panas spesial. Kesukaanku jika makan disini sejak dulu. Ia mulai menyobek kulit ayam dan meletakkannya di pinggir dekat dengan nasi milikku. Ia masih seperti dulu. Selalu menyisihkan kulit ayam yang begitu kusukai.

"Jadi?" Aku memiringkan kepala. Menatapnya sejenak kemudian mulai mengupas ayam didepanku.

"Jadi?" Ia mengulangi kataku kemudian menatapku lama.

"Jadi apa yang mau kamu jelaskan?" Tanyaku lagi sambil mulai menyuap sesuap demi sesuap.

"Oh, makanlah dulu. Setelah itu kita bisa bebas menceritakannya." Ia mulai makan dengan tenang.

Nanda selalu begit dari dulu. Ia suka buat seseorang didepannya begitu penasara dengan apa yang akan ia ceritakan maupun ia lakukan. Ia tidak pernah berubah rupanya. Tetap sama seperti dulu.

Motor vixion putihnya pun tak berubah sejak dulu. Hanya modifikasinya saja yang ditambah terus. Tadi ia mengajakku menaiki motornya. Tapi aku menolak dan lebih memilih mengendarai mobilku sendiri. Rasanya kurang nyaman ketika harus duuk diboncengan Nanda lagi.

Hampir dua puluh menit kami diam dan larut dalam makan siang masing-masing. Ia kembali setelah cuci tangan dengan sebuah nampan berisi dua cup es krim mcflurry. Masih juga ingat dia. Apa yang selalu membuatku ingin kesini. Membuatku merasakan dinginnya es krim vanilla dan renyahan oreo.

"Ceritalah. Waktu makan siangku hampir habis." Aku mulai menyuap es krim itu perlahan.

"Ia bukan istriku." Aku menatapnya tak percaya.

"Kamu ingat Nando?" Aku berusaha mengingat nama itu.

Oh kembaran Nanda. Aku mengangguk.

"Dia, Atika itu istrinya Nando. Ketika kecelakaan kemarin, Nando, ibu, ayah dan mertuanya sedang di amerika mengurus sesuatu.

Nando bilang ia belum bisa pulang karena belum dapat tiket untuk lima orang." Ia mengaduk-aduk es krimnya yang mulai mencair.

"Seharusnya kami ikut ke Amerika. Hanya saja, aku ada kerjaan yang sudah kontrak. Dan Atika tidak bisa naik pesawat karena kehamilannya. Jadilah kami berdua disini." Sambungnya lagi.

Hening.

"Lagipula.." Aku menatapnya yang masih setia mengaduk-aduk es krimnya disana.

"Manabisa aku meninggalkanmu begitu saja."

Deg
Rasanya seperti ada yang menghantam jantungku. Rasanya seperti aku berhenti bernapas. Jantungku berhenti berdetak. Badanku kaku tak bisa digerakkan. Nanda meraih es krim ditanganku kemudian meletakkannya diatas meja. Ia meraih kedua tanganku yang dingin.

"Key.." Aku menatapnya gugup.

"Kamu masihkan?" Aku tak mengerti. Apa-apaan ini? Aku memiringkan kepalaku tanda tak mengerti.

"Kamu masih mencintaiku kan?"

Astaga.

"Aku yakin kamu masihkan, Key?" Tanya Nanda lagi.

Aku tersadar kemudian segera menarik tanganku kembali kepangkuan. Kemudian mengepalkan kedua tanganku. Meremas-remasnya kemudian.

"Maaf, Nanda. Aku harus kembali ke rumah sakit." Ucapku meraih tas louis vuitton diatas bangku sebelahku.

"Kamu tetap kamu. Tapi kamu bukan lagi kamu. Aku menunggu jawabanmu, Key." Ucapnya pelan.

•••

Key kenapa sih? Nanda udah balik loh key. Dia masih cinta. Kamu kenapa? Udah punya yang lain apa gimana sih:(

Huhuhu mana pendukungnya keyrinanda?

Vote comment dong guys:(

Gomawo 🙏💙

Another TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang