Part 11

4.3K 198 1
                                    

Keyrina pov

Dua minggu lalu, ku dengar ada shooting dadakan karena akan merampungkan setengah film. Sayangnya aku tak bisa ikut. Ada beberapa urusan yang harus ku urus dirumah sakit. Terlebih mengenai kesehatanku.

Drrtt..

"Halo?" Aku mengangkat handphone-ku yang bergetar. Kemudian mengaturnya menjadi loudspeaker. Kemudian, aku kembali memilih baju.

"Kita udah otw kerumah lo nih." Suara bising Zahra, Audri, Silvi, terdengar ke sambungan telepon.

"Sama siapa?" Aku bertanya. Hari ini rencananya kami ingin berjalan-jalan. Katanya disalah satu mall sedang ada diskon baju.

"Ini Gerald yang bawa mobil, ada Darka, ada Tian. Dan lo tau kita siapa-siapa ajakan?" Aku terkikik kecil.

"Yaudah kalo udah sampe kabarin aja." Aku segera menutup sambungan telepon. Kemudian memakai kemeja biru muda dan jeans biru tua.

Aku menatap kaca, memoles bedak baby dan sedikit liptint dibibirku. Aku menatap lagi pantulan diriku dicermin. Aku sama sekali tidak cantik jika dilihat. Aku punya pipi yang chubby dengan lesung pipi. Punya mata yang sipit untuk seorang perempuan. Mataku hitam, berkaca-kaca. Membuatku sering dipanggil guru BP karena dikira memakai softlens. Aku tidak terlalu tinggi untuk ukuran seorang perempuan, hanya 156cm. Dengan badan yang terbilang bulat, beratku mencapai 59kg. Untuk seorang perempuan, aku termasuk berani pada makanan apapun. Inilah yang membuat Nanda senang denganku. Katanya ia bisa bebas membawaku makan apapun, asal tidak membahayakan kesehatan.

Nanda bilang, seperti apapun aku, aku akan tetap lucu baginya. Ia selalu mengacak rambut panjangku. Ia suka sekali menyisirnya dengan sisir yang kubawa ditas kecilku. Ia juga suka mengikatkan bandana dikepalaku. Katanya aku akan tampak lebih lucu seperti ini. Apalagi jika bandana merah muda seperti ini. Maka hari ini, aku ingin memakai bandana merah muda.

Tiba-tiba, suara klakson mobil Gerald sudah terdengar. Aku mengintip dari jendela kemudian berlari kedalam. Menyalam tangan ibuku yang sedang sibuk didapur. Dan mengacak rambut adik laki-lakiku. Ia menarik tanganku sejenak.

"Kak Rin mau kemana?" Tanya-nya sambil memegang sebelah tanganku.

Aku berjongkok, "Mau pergi sama teman. Kamu mau dibawain apa?"

Ia menatapku dengan gembira, "Kemarin temanku beli roti, ada bulat-bulatnya. Ada rasa-rasanya. Katanya dia beli rasa ovoltine sama keju."

Aku tertawa kecil. "Ovomaltine?"

Ia mengangguk kemudian memegang kedua tanganku. "Beliin ya?"

Aku mengangguk kemudian berjalan keluar. Setiap pergi seperti ini, aku jarang meminta uang pada ibuku. Biasanya, aku menggunakan uang hasil menulis cerpen dari majalah-majalah.

Aku membuka pintu belakang mobil Gerald. Mobilnya cukup besar, pajero sport. Kemudian aku terkejut melihat Darka tersenyum. Kemudian menunjuk bangku depan. Aku menghela napas. Kemudian masuk ke bangku disebelah pengemudi. Gerald menatap penampilanku. Mulai dari kemeja, celana jeans, sepatu kets, dan bandana.

"Rin memang gitu, Kak. Dia paling santai kalo jalan-jalan." Dhira seperti mengerti pikiran Gerald yang tak menyangka gayaku akan seperti ini. Pasti ia berpikir bahwa aku akan mengenakan dress selutut, sepatu berlilit-lilit tali, dan lain-lain yang khas dengan perempuan.

"Oh. Dia tetep cantik kok." Aku hanya tersenyum tipis. Menghiraukan pujiannya.

Sepanjang perjalanan aku hanya diam. Hanya mereka yang bercerita-cerita. Tapi sesekali Dhira seperti memancingku untuk berbicara, namun hanya kusambut dengan anggukan ataupun senyuman tipis. Ketika sampai aku langsung turun, tanpa menunggu Gerald membukakan pintunya untukku. Padahal, ketika bersama Nanda aku tak akan turun sampai Nanda mengulurkan tangannya membantuku turun dari motornya. Ah, lagi-lagi Nanda.

"Rin, kita makan dulu atau jalan-jalan dulu?" Tanya Dhira sambil menggandeng tanganku.

"Jalan-jalan dulu gimana? Nanti kalo udah laper baru deh kita cari makan." Aku kembali berjalan. Tiba-tiba sebuah tangan melingkar di pinggangku. Aku terkejut melihat Gerald. Aku melepasnya perlahan. Kembali ingatanku mundur pada Nanda. Padahal setiap jalan, aku selalu suka menggandeng tangannya. Tapi tidak dengan Gerald. Aku sama sekali tak nyaman dengan semuanya.

Kami masuk kedalam mall dan langsung memutuskan masuk ke salah ke tempat fashion yang besar di mall ini. Aku berencana mencari bandana merah muda dan sebuah dress selutut. Aku mencari-cari beberapa dress yang kelihatannya tidak terlalu terbuka. Tiba-tiba Gerald membawakan sebuah dress mini yang kupikir terlalu pendek. Panjangnya hanya sampai setengah paha. Dan bagian dadanya sedikit turun. Aku menggeleng tapi Gerald memaksa mencobanya. Aku menghela napas kemudian memutar bola mataku. Menarik kasar dress ditangannya.

Aku masuk kedalam ruang ganti sedangkan Gerald menunggu tepat didepan pintu kamar gantiku. Setelah menggantinya dengan dress mini yang diberikan Gerald, aku melihat pantulan diriku dicermin besar. Sebenarnya terlihat bagus, hanya saja terlalu terbuka. Segila apa dia menyuruhku membeli dress mini seperti ini. Aku membuka pintu dan melihat Gerald. Matanya membelalak. Terkejut dengan penampilanku.

Ia maju beberapa langkah mendekatiku. Tubuhnya begitu dekat sehingga aku harus mendongak untuk melihat wajahnya. Aku mundur beberapa langkah kedalam. Tetapi Gerald semakin mendekat. Menempelkanku pada kaca besar kemudian kakinya sedikit menutup pintu.

Astaga.. Mau apa anak ini, batinku.

Ia mendekatkan wajahnya pada wajahku. Jantungku berdegup kencang. Ia mulai bermain-main rupanya. Ia mendekatkan bibirnya pada bibirku. Tangannya mulai meraba bagian perutku. Aku langsung mendorongnya kebelakang. Lalu menamparnya kuat.

"Gua bukan cewe kayak dipikiran lo. Keluar lo sekarang." Aku mendorongnya keluar kemudian mengganti bajuku. Menjadi baju normalku. Aku terduduk dikursi yang disediakan didalam kamar ganti. Aku menangis tersedu. Orang seperti inikah yang akan membantuku lupa pada Nanda? Bukannya lupa pada Nanda, tapi aku akan lupa pada dunia. Memangnya, didalam pikirannya aku ini perempuan seperti apa? Perempuan jalang? Perek? Pelacur? Hah! Angannya saja. Tubuhku tidak untuk dinikmati seseorang yang bukan sepatutnya menikmati. Walaupun jaman sudah berkembang, aku masih memegang teguh prinsipku.

"Halalkan aku, maka tubuhku milikmu."

Maka, aku sudah mantap kali ini. Memang tak ada yang bisa menggantikan Nanda. Hanya Nanda. Selalu Nanda.

•••

Aku kembali berputar-putar di sekeliling tempat belanja ini. Tiba-tiba mataku menangkap suatu dress. Aku segera menghampiri dress itu. Ya aku ingat hari itu. Nanda mengatakan bahwa dress ini cocok untukku. Panjangnya sekitar se-betisku. Dengan lengan tiga per empat. Warna yang Nanda pilih adalah merah muda. Katanya aku akan tampak manis mengenakannya. Nanda bilang ia akan membelikannya ketika kami kesini lagi. Aku mengangguk senang. Tapi hari ini, aku akan membelinya sendiri. Aku akan menemui Nanda dengan mengenakan baju ini. Aku langsung mengambil ukuran M dan membawanya kekasir. Harganya tak terlalu mahal, karena diskon yang diberikan cukup besar.

Nan, hari ini akan kuakhiri semuanya. Benar, tak ada yang bisa menggantikan posisimu. Tak ada yang bisa melakukan semuanya seperti yang kau lakukan untukku. Maka, ingatlah mulai esok, aku akan menjadi milikmu lagi.

•••


HUH EMANG YA. KALO COWOK YANG MATANYA JELALATAN GITU. LIAT CEWE SEKSEH DIKIT LANGSUNG DISEREMPET. EH TAPI NGOMONG NGOMONG HUBUNGAN SAMA GERALD BAKAL GIMANA YA? TUNGGU PART SELANJUTNYA YA BAKAL ADA YANG SERU NIH☺️☺️

Another TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang