12. Dawn

6 2 0
                                    

Perlahan langit hitam itu berubah warna menjadi biru pudar. Bulan masih jelas menggantung di salah satu sudut tetapi bintang-bintang sudah bersembunyi. Cahaya mulai menyinari jalan dan bangunan kota.

Jam saat ini menunjukkan pukul 5 pagi. Aku baru saja bergadang bersamanya menyelesaikan tugas akhir semester kami. Tubuhku lelah, mataku berat dan kami masih harus ke kampus pukul 8 nanti untuk mengumpulkannya.

Tugasku sudah selesai tapi dia masih berkutat dengan miliknya. Aku memandang kosong langit yang makin cerah. Belum ada tanda-tanda kehidupan kecuali dari orang di belakangku.

Tiba-tiba pipiku disengat oleh rasa dingin. Aku tersentak ke samping sambil memegang pipiku yang seketika dingin. Mataku menatap minuman kaleng yang digoyang-goyang di depan wajahku. Aku menerimanya sambil mengucapkan terima kasih.

"Kopi untukmu. Biar tidak ketiduran di kelas nanti," katanya sambil duduk di sebelahku dan memandang langit juga. Aku membukanya dan ikut minum bersama.

"Tugasmu sudah selesai?"

"Akhirnya sudah. Tapi jangan tanya hasilnya. Yang penting selesai."

"Sama, punyaku juga."

Kami berdua tertawa bersama dengan penuh kepasrahan.

Setelah itu, kami tidak berbicara lagi. Kuteguk sisa kopiku sambil memandang matahari yang perlahan naik di langit timur.

Aku dan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang