Api itu membumbung tinggi di langit malam. Si jago merah menunjukkan kekuatannya dengan membakar habis bangunan apartemenku. Pemadam kebakaran sudah datang dan berusaha menyelamatkan orang-orang di lantai atas.
Aku hanya bisa berdiri memandang lantai apartemenku terbakar di tengah-tengah api. Tak ada barang yang kuselamatkan. Hanya baju yang kukenakan, dompet, ponsel, dan tas kerja beserta isi-isinya.
Terdengar namaku dipanggil di tengah kerumunan orang-orang. Aku berbalik dan melihatnya berlari ke arahku.
"Kamu tidak apa-apa?"
Tidak apa-apa? Kurasa secara fisik, aku baik-baik saja. Namun apakah benar tidak apa-apa? Aku, baru saja kehilangan segalanya, kan? Semua tabunganku, semua dokumen, pakaian, tempat tinggal. Akan ada banyak hal yang harus kulakukan. Aku…
Ia tiba-tiba memelukku dan berkata,
"Aku akan membantumu, tidak apa-apa."
Benarkah?
Bolehkah aku percaya aku tidak apa-apa?
Bolehkah aku melupakan masa depan dan bersedih?
Bolehkah aku bersandar padanya?
Air mataku mulai mengalir. Aku menangis diam-diam di bahunya sebentar. Dia tidak berkomentar apa-apa. Setelah itu, kamu samar-samar ingat kami menemui banyak ornag sebelum akhirnya ke rumahnya.
Malam itu aku berbaring di atas lantai kamarnya beralaskan selimut. Kepalaku tidak bisa berhenti berpikir. Apa yang harus kulakukan, bagaimana aku harus mengatur semua hal.
Masa depan akan sulit, tapi kurasa aku bisa lebih tenang karena ada dia yang akan membantuku.