29. Carry

4 0 0
                                    

"Aa!"

Terdengar jeritan dari ruang data. Kebetulan aku juga akan ke sana untuk mencarinya. Mendengar suaranya, aku segera masuk ke ruangan.

Terlihat dia terduduk di lantai dengan kertas bertebaran di sekitarnya. Mukanya merah entah alasan apa tapi jelas dia terlihat kesakitan. Aku menghampirinya dan berjongkok.

"Kamu tidak apa-apa?"

"Tidak apa-apa, cuma terpeleset." Ia menjawab sambil menggeleng. Ia lalu mengubah posisi duduknya jadi berlutut dan mulai mengumpulkan kertas. Namun aku melihat ia sempat meringis kesakitan.

Aku segera melingkarkan lenganku di bagian perut kemudian aku mengangkatnya tinggi. Ia terpekik kaget dan tangannya langsung memegang pundakku untuk mencari keseimbangan. Wajahnya makin memerah saat ia melihat wajahku di bawahnya.

"Tu, turunkan aku," ucapnya dengan suara kecil.

Aku tidak menjawab, hanya berjalan ke meja terdekat dan mendudukkannya di sana. Aku lalu berlutut, memperhatikan kakinya sambil bertanya,

"Yang mana yang sakit?"

"Eh?"

"Kamu terluka, kan? Yang mana?"

"E, um. Pergelangan kaki kanan." Suaranya kecil sekali sampai-sampai aku tidak mendengarnya.

Aku menaikkan celana panjangnya sedikit, membuka sepatunya dan memperhatikan pergelangan kaki yang terluka itu. Tidak memerah sama sekali, bahkan terlihat seperti biasa. Mungkin cuma luka kecil tapi sebaiknnya diperiksa juga.

"Kita ke UKS dulu," kataku sambil memakaikan sepatunya lagi.

"Eh, tapi kertasnya..."

"Biarkan saja." Aku berdiri dan menggendongnya. Tanganku bertumpu di lengan dan lututnya. Badannya kecil jadi mudah mengangkatnya. Dia terpekik lagi saat kuangkat.

"Turunkan aku," katanya sambil menggoyang-goyang kakinya untuk memberontak. Tangannya juga mengepal di dadaku dan mendorong tubuhnya menjauh.

"Diamlah, nanti lukamu tambah parah."

"Tapi ini memalukan," ucapnya dengan kepala menunduk. Kali ini telinganya ikut memerah.

"Tidak akan ada yang melihat, kok. Yang lain sudah pergi." Aku menjawab santai sambil berjalan keluar ruangan.

Ia tidak melakukan apa-apa lagi selain menutup wajah dengan kedua tangannya sampai kami tiba di UKS.

Aku dan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang