25. Late Night

2 1 0
                                    

Saat itu sudah larut malam. Aku terbangun dari posisi tidurku yang bersandar di sofa. Ia juga tertidur di pangkuanku. Televisi tetap menyala menayangkan acara komedi tengah malam. Waktunya untuk pindah tidur ke kamar.

Aku memanggil namanya pelan-pelan dan dia tidak bereaksi sama sekali. Kupanggil ia berkali-kali sambil menepuk pundaknya. Akhirnya dia terbangun dan membuka sebelah matanya. Kuangkat kepalanya sedikit dan ia pun bangun dari pangkuanku.

Kami berbicara pelan-pelan dengan suara serak ngantuk. Aku berdiri sedikit meraih remote TV yang jauh. Kakiku yang kesemutan kehilangan tenaga dan aku pun terduduk kembali di kursi. Aku mematikan TV, Ia kemudian yang berdiri dan mematikan lampu.

Ia berjalan kembali ke hadapanku dan menawarkan bantuan untuk ke kamar. Aku yang sangat mengantuk hanya merentangkan kedua tanganku menerima tawarannya. Ia kemudian memelukku dan menarik berdiri.

Dengan pelan, ia menuntunku berjalan ke kamar. Sebetulnya kakiku sudah tidak kesemutan lagi, tapi aku tidak bertenaga jadinya seperti diseret. Sesampai depan kamarku, aku membuka pintu dan berjalan dua langkah sampai di kasurku.

Aku menjatuhkan diriku dan segera bergerak mencari posisi yang nyaman. Terakhir aku mengucapkan terima kasih padanya sebelum kesadaranku mulai pudar.

Aku seperti merasakan sesuatu yang hangat menempel di keningku. Suara langkah kaki dan pintu yang tertutup masih bisa kudengar sebelum akhirnya aku benar-benar terlelap kembali.

Aku dan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang