14. Protect

3 2 0
                                    

Aku terbangun di kursi samping tempat tidur yang kosong. Rasa panik langsung menjalar di seluruh tubuhku. Aku segera berlari mencarinya. Tapi cahaya rembulan tidak memproyeksi bayangannya di mana pun.

Tidak ada yang menyuruhku. Kedua kaki ini membawaku ke atap, tempat yang bermandikan cahaya redup langit. Ia berdiri di tengah sana, membelakangiku memandang bintang yang jarang bermunculan.

Perlahan aku berjalan mendekatinya. Tiada suara dariku, tiada gerakan darinya. Namun kami berdua menyadari satu sama lain dan mengakuinya. Angin malam bertiup memainkan helai-helai rambut.

"Aku lemah," ia tiba-tiba memecah keheningan ini.

"Untuk melindungi hal terpenting, dibutuhkan kekuatan. Tapi aku tidak memilikinya. Luka-luka ini adalah buktinya sekaligus bayaran untuk itu."

Ia berbalik menghadapku. Perban-perban itu mengintip dari balik bajunya. Ekspresinya terlihat sedih tapi matanya bersinar penuh keyakinan. Aku balas menatap matanya dengan keyakinan yang sama pula.

"Aku tahu, jika ingin melindungimu, maka jalan terbaik adalah melepasmu. Memintamu tetap di sisiku hanyalah arogansi semata. Namun aku tetap ingin bersamamu."

Aku tersenyum mendengar kata-katanya.

"Sejujurnya, aku akan menamparmu kalau kau melepasku sekarang. Aku sudah melihat neraka. Tidak ada jalan mundur lagi."

Aku maju lebih dekat lagi. Kedua tanganku meraih kedua tangannya. Jari-jari kami saling bertautan. Kutempelkan kening kami dan berkata,

"Kau tidak perlu lagi berjuang sendiri. Tidak peduli seberat apapun jalan itu. Tidak peduli sebesar apapun dosa itu. Kita berdua akan melindungi hal yang terpenting. Bersama."

Aku dan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang