"Di sini mulai badai," ucapku sambil memandang luar jendela. Angin yang kuat serta hujan yang deras bergejolak di langit malam. Ponsel yang tertempel di telingaku mengeluarkan suara balasan darinya.
"Oh ya, di sini tidak hujan sama sekali."
"Hm, padahal masih satu daerah... Kok bisa?"
Kami tidak dapat menemukan jawabannya sehingga meninggalkan topik lalu itu dan membahas hal-hal lain. Telepon malam seperti ini sudah menjadi hal yang biasa. Meski pagi hingga sore kami bisa saja bertemu di kampus, tapi malam kami akan tetap chatting atau telepon lagi.
"Sekarang di tempatku yang hujan," ujarnya tiba-tiba.
"Eh? Di sini malah tinggal gerimis lagi," balasku sambil memandangkan ke luar jendela.
Kami bisa saja bertemu seharian. Kami memang sudah sangat dekat satu sama lain. Tapi tetap saja, ada jarak yang tak terjembatani.
Seperti jarak yang ditempuh hujan di antara aku dan dia.
