Sebuah benda putih jatuh di depanku.
Kuangkat wajahku dari layar ponsel. Langit hitam itu mulai menurunkan salju. Malam ini menjadi White Christmas pada jam-jam terakhirnya. Kuperhatikan orang-orang di sekelilingku juga mulai menyadarinya dan berbahagia.
Kututup aplikasi di ponsel yang daritadi kumainkan. Aku ganti membuka salah satu aplikasi chat yang ada dan membuka chat teratasnya. Semua chat terakhir berasal dariku dan belum dibaca. Aku menghela nafas kecewa.
Sangat tidak wajar menunggu seseorang sampai tiga jam.
Dia juga tidak memberi kabar apa pun.
Malam ini sangat dingin hingga menurunkan salju.
Pasangan-pasangan di sekelilingku cukup untuk membuatku minder sendirian.
Perutku lapar belum terisi sejak siang.
Pantatku sakit duduk berjam-jam.
Tidak ada gunanya membuang-buang waktu.
Ada banyak alasan untuk meninggalkan tempat perjanjian ini. Namun aku tetap menungguinya di sini. Entah apa yang kuharapkan.
Aku mulai membuang harapan akan kedatangannya. Aku mulai meyakinkan diri sendiri untuk meninggalkan tempat ini. Akhirnya aku mengetik di jendela chat itu. Setelah membaca ulang berkali-kali dan ragu berkali-kali, aku meyakinkan diriku untuk mengirimnya.
Menghela nafas yang tanpa kusadari ditahan, aku berdiri dari tempat duduk itu. Kuregangkan sendi-sendiku yang kaku. Saat itulah aku mendengar suaranya memanggil namaku.
Mataku membelalak tidak memercayainya. Ia berlari ke arahku sampai menunduk terengah-engah saat tiba di depanku. Ia berbicara tanpa henti, alasan keterlambatannya, mengapa tidak memberi kabar dan terus meminta maaf. Hingga akhirnya ia berkata,
"Kau pasti marah padaku."
Marahkah aku?
Jujur saja, aku cenderung lebih kecewa. Aku terus menunggu dengan harapan ia akan datang hingga saat-saat terakhir aku pun menyerah. Namun ia tiba-tiba datang dalam keputusasaan itu.
Marahkah aku?
"Kurasa iya, tapi lebih dari apapun, aku senang kamu datang pada akhirnya."
Dia langsung memelukku. Aku kaget tiba-tiba merasakan begitu banyak kehangatan. Terasa begitu nyaman. Kubalas pelukannya seerat mungkin. Tak lama kemudian, ia melepas pelukannya, meraih tanganku dalam genggaman hangatnya dan menuntunku ke tempat yang lebih hangat.
Kurasa, aku tidak menyesal menunggunya dalam malam bersalju ini.
