40. Looking Up

3 0 0
                                    

Kami berjalan menyusuri trotoar di depan mall yang sudah sepi. Malam belum terlalu larut tapi kota sudah sepi. Hanya beberapa kendaraan yang sesekali lewat memberikan efek suara latar. Dia terus bercerita tentang film yang pernah ia tonton dengan bersemangat.

Biasanya aku memandang jauh ke depan saat mendengarkan orang bicara. Mungkin supaya bisa konsen mendengarnya, tapi kurasa alasan utamanya karena aku orangnya pemalu. Sangat sulit untuk bisa memandang mata orang secara lurus. Karena itu aku selalu melihat ke bawah.

Tapi malam ini, entah mengapa aku mengangkat kepalaku dan melihat ke arahnya. Bulan purnama bersinar lembut melalui tirai awan tipis, menyinari wajahnya. Matanya berbinar menunjukkan betapa semangatnya ia. Ia kemudian berbalik menatapku dan tersenyum di akhir kalimatnya. Aku balas tersenyum padanya dan bertanya tentang bagian dari cerita film itu. Kami berbalik kembali menatap jalan di depan sambil melanjutkan pembicaraan.

Kurasa, sesekali melihat ke atas itu bukan sesuatu yang buruk.

Aku dan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang