36. Wound

4 0 0
                                    


Aku duduk di kursi cafetaria lantai teratas mall. Aku, dia dan teman-teman yang lain berjalan-jalan bersama hari ini. Sekarang aku menjaga meja sementara yang lain membeli makanan.

Aku membuka sepatuku dan memeriksa bagian yang sakit sejak tadi. Ternyata memang lecet. Pantas saja sakit sekali, tergesek terus dengan bagian belakang sepatuku.

"Ternyata memang luka ya?"

Aku langsung mengangkat kepalaku menuju sumber suara. Ternyata ia sudah kembali. Tanpa nampan makanan.

"Makananmu mana?" Aku bertanya balik kebingungan.

"Aku tidak membeli itu," jawabnya sambil berlutut di sampingku.

"Sini, kakimu yang luka."

"Eh, untuk apa? Tidak apa-apa kok, cuma lecet sedikit."

Dia menunjukkan plester luka yang dipegangnya. Seketika aku mengerti. Aku mengeluarkan kaki yang luka dari bawah meja. Dengan cekatan, ia menempelkan plester itu tepat di atas lukanya.

"Darimana kamu tahu?"

"Tahu saja." Ia menjawab sambil berdiri. Aku tidak puas dengan jawaban itu, tapi teman-teman yang lain sudah kembali. Jadi pembicaraan kami terputus di sana.

Aku dan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang