Hari baru saja berganti 6 menit lalu dan aku masih tidak bisa bergerak.
Semua karena ada bayi besar yang mengurungku dalam pelukannya dan membenamkan wajahnya di dadaku. Sudah satu jam berlalu dan kakiku kesemutan sekarang. Badanku juga mulai berteriak ingin digerakkan, cemburu dengan tanganku yang menepuk punggungnya pelan berirama.
"Hei," aku memecah keheningan. Ia jawab dengan menggumam. Aku bisa merasakan getaran di dadaku.
"Kamu sudah makan malam?"
"Sepertinya belum." Wajahnya tetap tidak terangkat sehingga suaranya terkesan terbenam.
"Kalau begitu, aku belikan nasi kotak ya. Kamu lanjut saja beristirahat."
"Tidak mau." Jawabannya terdengar seperti anak kecil.
"Kamu tidak lapar memangnya?" Tanganku berhenti menepuk punggungnya.
"Lapar," jawabnya sambil mengangkat wajahnya. Tatapannya memelas dengan hiasan kantong mata dibawahnya.
"Tapi aku tidak mau melepasmu."
Wajahku tiba-tiba panas.
"Tapi aku mau bergerak. Kakiku sudah kesemutan." jawabku dengan suara tidak kalah lirih.
Keningnya berkerut hingga kedua alisnya nyaris bertemu di tengah. Akhirnya dia melonggarkan pelukannya dan aku bisa bergeser meluruskan kakiku. Ia kembali mengistirahatkan kepalanya di pundakku dengan kedua lengan melingkar di perutku. Salah satu tanganku naik memijit pelan kepalanya.
"Kamu boleh gerak, tapi aku peluk terus ya," bisiknya di telingaku. Aku tertawa kecil mendengarnya dan berkata,
"Kamu manja sekali ya. Padahal kamu itu ketua."
"Kamu sendiri yang bilang aku tidak perlu jadi ketua di depanmu, kan? Tanggung jawab."
"Iya, iya." Tawaku masih belum berhenti.
Tangannya memutar tubuhku dan kami kembali ke posisi semula. Kali ini kakiku sudah lurus dan tidak kesemutan lagi.
