Pagi ini aku bangun sedikit lebih cepat dari alarmku. Tanganku meraba sisi kanan kasur yang cukup lebar untuk dua orang itu. Menyadari kekosongan yang ada, pikiranku mulai berjalan dan kesadaranku terkumpul. Aku bangkit dari tempat tidur, mematikan alarm yang tidak sempat berbunyi dan berjalan ke kamar mandi.
Aku berdiri di depan wastafel, mengambil satu dari dua sikat gigi yang ada dan memulai ritual pagiku. Selesai menyikat gigi, kusiram wajahku dua kali. Dengan mata tertutup, tangan kiriku mengambil sabun wajahku. Ada dua botol yang tersentuh. Setelah meraba-raba, aku mengambil salah satunya dan mengembalikannya dalam keadaan basah. Sekarang aku sudah segar dari tanda-tanda kantuk dan masuk ke shower.
Beberapa belas menit kemudian, aku keluar dengan handuk menutupi bagian privatku. Kubuka lemari pakaianku untuk menemukan adanya dua gaya pakaian yang berbeda. Sambil menggumamkan lagu, aku memilih baju untuk hari ini dan tak lama kemudian, aku siap berpakaian.
Aku menuju ruang makan merangkap dapur. Di sana aku menemukan sarapan untuk dua orang sudah tersedia. Sebuah senyuman tak tahan menyinggung di bibirku. Aku masuk ke dapur dan menemukan dia.
Ia baru saja selesai menyeduh teh dan menuangkannya ke dua cangkir. Tanpa suara, aku berdiri di belakangnya. Lengan kiriku melingkar di pinggangnya sedangkan tangan kananku meraih cangkir itu dan mulai meminum tehnya. Tubuhnya sempat menegang sejenak karena kaget tapi ia kembali rileks dan bersandar padaku.
"Selamat pagi."
"Pagi."
Dengan hati-hati, ia meletakkan tekonya. Kemudian ia juga mengambil cangkirnya dan meletakkan tangan kirinya (masih hangat dari teko itu) di atas tanganku. Dua cincin di kedua jari manis itu mengkilat menemukan pasangan mereka pagi ini.