7💕ketauan

61 4 0
                                    

*visual Bunga

-----

Pagi itu Fadya berjalan sendirian di koridor kelas X. Ruang kelasnya yang berada di lantai tiga mengharuskannya menaiki tangga sebelum sampai disini.

Sedikit penasaran Fadya berdiam diri di depan mading yang letaknya tidak jauh dari kelasnya, X.IPA.1. Ia ingin tahu, lelaki itu di kelas mana.

X.IPA.2

X.IPA.3

X.IPS.1

"Ekhemm."

Suara itu membuat Fadya kaget dan merusak kekhusyuan dirinya untuk mencari nama seseorang. Sebenarnya ia enggan menoleh, tetapi lelaki di sebelahnya kini menyenggol-nyenggol pipi Fadya dengan sebatang cokelat.

Fadya pun akhirnya menoleh. Dan mendapati lelaki yang sedang ia stalking namanya dari tadi.

Mampus kalo dia nanyain aku lagi liat apa.

"Eh..."

"Lagi liatin apa?"

Tuh kan bener!

"Engga, aku lagi iseng nyari nama temen aku."

Dia yakin sekarang pipinya mulai memanas. Fadya tidak pandai berbohong juga.

"Temen apa gebetan?"

Rino dengan jahilnya mulai menggoda Fadya yang terlihat salah tingkah.

"Temen lah." Fadya tersenyum untuk mengurangi kegugupannya.

"Oh, kalo nyari nama gue. Gue di kelas X.IPS.2."

Pantes dari tadi belum aku temuin namanya.

"Dih GR, siapa yang nyari nama kamu." Fadya mengalihkan pandangannya, karena kebetulan juga Nanda baru saja tiba hendak menghampirinya.

"Tapi ko gue liat lo salting ya?"

"Dah, ya aku duluan udah ada temen nih."

"Kemarin kenapa lo udah pulang duluan?"

Fadya menghentikan langkahnya dan kembali menatap wajah Rino yang juga masih menatap kearahnya.

"Oh ya ampun, sorry kemaren temenku ngajak pulang buru-buru."

"Nanti tungguin gue disini oke! Ga ada penolakan karena kemaren gue nunggu lo se-jam lebih."

"Haaah?"

Rino menarik tangan kanan Fadya, meletakkan sebatang cokelat disana.

"Nih, biar tambah manis."

Rino pun berlalu dengan memasukkan kedua tangan di saku celana seragamnya. Hal itu menambah Fadya semakin melongo ditempatnya.

"Cie cie pagi-pagi udah dapet yang manis aja nih."

Suara Nanda membuat Fadya tersadar kalau sedari tadi ia masih memandangi Rino.

"Eh apaan sih Nan?"

"Seneng deh gue punya temen cantik, baru beberapa hari sekolah disini udah ada yang ngecengin. Semoga gue ketularanlah ya."

"Dih, siapa juga yang ngecengin aku."

"Siapa lagi Fadya, duh lo itu ya. Semua juga tau dari awal masuk. Udah banyak yang ngecengin lo. Dari mulai kakak kelas, temen sekelas, sama tadi itu siapa cowok berantakan tapi ganteng maksimal?"

"Tau ah, udah yuk masuk kelas, bentar lagi lonceng."

"Deuh, pengalihan topik."

----------

"Senengnya bisa sekelas sama lo." Gadis berambut panjang yang dibiarkan tergerai, kulit putih mulus, bibir merah merona, ditambah polesan cela juga alisnya.

Mau sekolah atau mau kemana ni cewek.

"Perasaan gue baru liat lo sekarang di kelas ini? Jangan bilang lo...."

Senyum licik nan menggoda tercetak jelas di wajah Bunga.
Rino sudah mengira kalau Bunga masih akan mendekatinya. Dan Rino tidak habis pikir apa yang diinginkan gadis ini.

Persahabatan antara Rino dan Dika sudah berakhir karena ulah Bunga. Meskipun status Bunga masih kekasih Dika, tapi entah apa tujuannya sehingga hingga saat ini Bunga masih berusaha mendekati Rino.

Gilanya lagi, sudah tahu mereka semua berada di satu sekolah yang sama tapi dengan sengaja Bunga pindah kelas mengikuti Rino, kenapa tidak di kelas Dika saja? Bikin pusing!

Rino pun berjalan cuek menuju bangkunya. Ia memilih duduk di sebelah jendela, kedua dari belakang. Di sekolah ini setiap murid akan menempati satu kursi dan satu meja. Jadi tidak ada murid yang bisa duduk sebangku.

Hal ini bertujuan agar dalam ulangan murid-murid tidak bisa saling mencontek. Tapi canggihnya murid zaman sekarang, ada saja cara untuk mencontek. Ditambah kemajuan teknologi yang secara tidak langsung bisa memfasilitasi mereka dalam segala hal.

Sebenarnya Rino mempunyai IQ cukup tinggi. Hanya saja, ia memilih untuk menjadi malas dan menjadi agak brutal saat di SMP. Mulai detik ini, ia harus sedikit berubah. Demi perjanjiannya dengan kedua orang tuanya.

"Gue duduk di sebelah bangku lo ya ganteng." Senyum menggoda ala Bunga menghiasi wajah manisnya.

Manis tapi iblis!

"Tom, bisa kita tukeran tempat duduk." Tanpa persetujuan Tomi, Rino pun pindah tempat duduk. Tomi dibuat melongo dengan aksi Rino yang seenak jidatnya langsung berinisiatif memindahkan tas dan dirinya digeser paksa untuk menempati bangku asal Rino.

"Yeeah No, ngapain lo basa-basi nanya, kalau udah maen gusur-gusur gini!"

"Sorry, gue males deket 'pacar' sahabat lo. Bisa kena bogem lagi gue."

Rino sengaja menekankan kata pacar supaya Bunga segera sadar juga ingin mengingatkannya bahwa akibat ulahnya dulu, Rino harus babak belur ditangan sahabatnya sendiri.

Mending kalau sadar. Wajahnya tanpa dosa gitu.

##########

him (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang