"Keluargaku mau pindah lagi ke Bandung." Jelas gadis berambut panjang yang ia biarkan tergerai itu.
"Ya bagus dong. Jadi kita bisa deketan lagi." Lelaki disebelah sang gadis hanya menanggapi seadanya dan masih fokus dengan game di hp nya. Dan itu membuat Vera kesal.
Setelah pertemuan mereka dengan Rino dan Fadya yang disengaja oleh Dika. Hubungan keduanya menjadi sedikit renggang. Pasalnya Vera cukup merasa tidak enak kepada Rino. Sedangkan Dika yang mencurigai Vera masih memiliki rasa yang tersembunyi kepada Rino membuatnya tidak lagi ingin serius menjalin kasih dengan Vera. Dika hanya ingin memanfaatkan Vera disisinya untuk membuat Rino tidak tenang.
Ya. Dika akan mulai menyakiti Vera sedikit demi sedikit sehingga Vera akan membutuhkan Rino sebagai sandaran. Disisi lain ia juga akan mulai mendekati Fadya sebagai ancaman bagi Rino.
Jahat memang, tapi itulah watak Dika yang sebenarnya. Terlalu banyak obsesi pada dirinya sehingga membuat orang disekitarnya harus selalu waspada. Dan kepada Bunga, Dika masih bisa memanfaatkan gadis bodoh itu hanya karena uang yang Bunga butuhkan. Dan Dika pun butuh pelampiasan.
Menjadi anak korban broken home memang banyak membawanya kearah perubahan yang tidak wajar. Dika butuh kasih sayang, perhatian dan juga kepercayaan. Akan tetapi semua itu enggan mengahampirinya. Jangan salahkan ia jika bertindak semaunya. Begitu pikir seorang Dika Mahardika.
----------
"Eh, Ay... Tau ga ada murid baru lho."
"Siapa Nan?"
"Gue ga tau namanya. Yang jelas dia bakal masuk kelas kita deh kayanya."
"Kamu kata siapa?" Fadya masih setia membaca lembar demi lembar novel teenlit kesukaannya.
"Denger-denger sih. Ntar aja kita liat. Eh eh Bu Ratna dah masuk tuh."
"Hmm." Fadya memasukkan novelnya tidak lupa memberi batas dimana terakhir dia baca barusan. Padahal lagi seru-serunya itu cerita. Batinnya.
"Selamat pagi anak-anak."
"Pagi bu."
"Sebentar. Ibu membawa siswi baru. Nak, silahkan masuk."
Seorang gadis berwajah manis, dengan perawakan yang cukup tinggi, kulit putih dengan tas berwarna salm dipundaknya masuk ke kelas X.IPA 1.
Siul-siul dari sebagian anak lelaki mulai membuat kelas riuh. Seketika itu juga Dika menyuarakan sesuatu yang membuat sebagian siswa tertegun.
"Cewek gue woiiii."
"Sudah-sudah. Kalian ini ada yang bening dikit pada heboh." Seru Bu Ratna menengahi.
Siswi baru tersebut diminta memperkenalkan diri.
"Pagi semua. Nama saya Alvera Dhita. Saya pindahan dari Bogor. Terimakasih."
"Ouuhhh...."
Ditempatnya, Fadya hanya mengamati Vera. Ia masih ingat Vera yang dibawa Dika waktu itu. Dan ketika tadi Dika bilang jika Vera adalah kekasihnya. Baguslah pikir Fadya. Karena dengan Vera yang statusnya sebagai kekasih Dika sekaligus ditempatkan di kelas ini. Akan membuat Dika tidak lagi mengganggunya.
Fadya cukup mawas diri ketika Dika selalu mengamati gerak geriknya saat di kelas. Kejadian di perpustakaan waktu itu. Juga keberanian Dika yang sering mendekati bangkunya untuk berbicara yang tidak penting menurut Fadya.
"Silahkan Vera kamu duduk di bangku dekat Fadya itu yang masih kosong."
"Baik bu. Terimakasih." Vera menganggukan kepalanya kemudian berjalan kearah bangku yang ditujukan untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
him (END)
Teen FictionBertahan atau melepaskan Selalu ada alasan yg menyertai keduanya Tapi ada satu hal yg sulit dihentikan ketika kamu melepaskan seseorang Kamu tidak selalu bisa benar2 menghapusnya dalam ingatanmu Meskipun kamu sudah berusaha keras mengenyahkan segala...