35💕takkan bersatu

32 6 0
                                    

Karena kesibukkannya di OSIS dan jadwal makan yang tidak teratur. Tumbanglah kini badan Fadya. Dua hari sudah ia meringkuk di kamarnya karena asam lambungnya kumat.

Untungnya ia mau dibawa ke dokter dan dikasih beberapa obat. Bunda yang sangat khawatir dan ujung-ujungnya ngomelin anak bungsunya ini karena kesibukkannya di sekolah sampai ga perhatiin kesehatan.

Nanda sudah menjenguknya tadi. Tapi sendiri. Fadya menertawakan dirinya sendiri karena berharap seseorang juga datang.

Jika dulu saat mereka masih kelas X dan Fadya sakit. Rino meminta Nanda menemaninya menjenguk. Apel merah juga roti tawar dibawa sebagai buah tangan. Rino tampak cemas saat itu karena melihat Fadya yang terbaring lemah diatas tempat tidurnya. Nanda sadar diri dan sengaja menemani bunda di dapur untuk memberi ruang buat kami.

Rino mengelus kening Fadya berharap mengurangi rasa sakit kekasihnya kala itu.

Dan disaat seperti ini mengapa kenangan tentang lelaki itu yang selalu muncul. Sejak kejadian di depan gerbang sekolah waktu itu. Baik Fadya maupun Rino seperti orang asing.

Fadya dengan rasa kecewanya dan Rino tak terbaca lagi perasaannya.

Apakah lelaki itu sudah benar-benar menyerah?

Apakah lelaki itu lebih memilih Vera yang jelas-jelas menginginkannya?

Atau apakah lelaki itu mulai membenci Fadya?

Berbagai praduga membuat hati Fadya mencelos. Ia tidak siap untuk ini. Melihat kenyataan bahwa lelaki yang pernah memprioritaskan dirinya kini tak lagi melihatnya.

Yang Fadya tau. Rino pernah keluar masuk BP. Karena ketahuan merokok di lingkungan sekolah. Sempat berkelahi dengan Dika.

Ngomong-ngomong soal Dika. Cowok itu akhirnya dikeluarkan dari sekolah karena terjerat kasus narkoba. Pergaulan Dika yang bebas sangat besar memberi peluang kearah negatif seperti itu.

Itulah alasan Rino dan Dika sempat berkelahi. Meski mereka sudah tidak lagi bersahabat. Rino tetap masih peduli kepada Dika. Sebagai teman yang baik.

Juga Bunga. Karena ada laporan dari pihak luar yang mengatakan dan memberi bukti bahwa salah satu siswi disini sering terlihat keluar masuk club malam.

Demi menjaga nama baik sekolah. Sebelum muncul isu-isu yang merugikan. Akhirnya Bunga diminta pindah sekolah.

Satu per satu orang-orang yang sempat mengganggu Fadya akhirnya tidak lagi dapat ia temui di sekolah ini. Baguslah. Jadi ia bisa menikmati setahun lagi masa SMA nya dengan tenang.

Dan untuk masalah kedekatan Vera dan Rino. Hanya mereka yang tau. Meski terkadang ada rasa cemburu yang muncul tapi Fadya mencoba menepisnya.

Rino memang terlihat menjaga jarak. Ia masih disibukkan dengan eskul basketnya. Meski beberapa masalah membuatnya harus berurusan dengan BP. Ia hanya mendapat hukuman scorsing selama beberapa hari.

Ino💔: gimana udah baikan? Sakit apa?

Fadya harus lebih mendekatkan hp nya ketika ada rasa tidak percaya bahwa Rino menanyakan kabarnya. Tanda read juga sudah muncul. Antara bingung harus segera membalas dan juga hati yang tiba-tiba berdebar tak karuan.

Fadya Kamila: agak mendingan. Asam lambung kumat

Ino💔: maaf blm smpt jenguk

Fadya Kamila: gpp

Dan percakapan mereka berakhir. Fadya kembali membaca isi chat itu. Apa terlalu singkat balasan terakhirnya sehingga Rino memilih untuk menyudahinya.

Fadya jadi galau sendiri.

----------

Setelah rapat OSIS selesai. Fadya pun duduk di bangku dekat lapangan olahraga. Ia tidak ngeh kalau Rino sedang latihan disana. Karena fokusnya sedang pada Kak Radit yang sudah janji mau jemput. Alhasil Fadya tidak memperhatikan sekitar.

Hingga matanya bertemu dengan pemilik mata itu. Rino yang sedang mendrible bola sempat melihat kearah Fadya. Namun lelaki itu tetap melanjutkan permainannya.

Fadya yang mencoba mengalihkan pandangannya malah jatuh kearah perempuan ini. Vera diseberang sana. Dengan tas Rino ditangannya.

Bolehkah hatinya kini kembali bergemuruh. Ketika ternyata apa yang ia lihat benar-benar nyata dan nyaris membuatnya kembali dilanda cemburu. Mereka selalu bersama bahkan terkesan kembali dekat.

Harapan yang sia-sia.

Hingga permainan Rino dan teman-temannya usai. Fadya masih setia menunggui Kak Radit menjemputnya. Dengan alasan terjebak macet kakaknya belum juga sampai di sekolahnya. Berhubung ini hari sabtu sore pastilah kemacetan meningkat.

Fadya berusaha fokus pada handphone nya ketika sepasang sepatu berdiri dihadapannya. Bolehkah ia berharap jika yang menghampirinya adalah lelaki itu. Tentu saja tidak. Karena kenyataannya bukanlah dia.

"Lagi nunggu siapa?" Rama duduk di samping Fadya.

"Jemputan."

"Ga bawa motor sendiri?"

"Lagi males."

"Masih dimana katanya?"

"Hah? Hmm. Di jalan macet."
Fadya heran mendapati Rama yang jarang ngobrol dengannya tapi menanyakan hal ini.

"Yaudah hati-hati!"

"Eh iya."

Rama pun berlalu meninggalkan Fadya. Mungkinkah Rino yang menyuruh Rama?

Ah tidak tidak. Rino lagi Rino lagi. Fadya buang jauh-jauh semua tentangnya.

----------

"Lagi nunggu jemputan katanya."
Rama menghampiri Rino yang sudah duduk diatas motornya di parkiran. Dari sini ia bisa melihat dengan jelas keberadaan Fadya.

"Siapa?"

"Lupa ga nanyain gue. Masa iya kudu detail. Secara di kelas aja kita ga pernah terlibat dalam obrolan kecuali kalo tugas kelompok."

"Oke thanks."

"Sama-sama."

"Bisa lo antar Vera pulang Ram?"

"Gue?"
"Rino?"

"Sorry lo balik sama Rama bisa kan?"

"Iya tapi. Kamu masih berharap sama cewek itu? Mau terus ngajak balikan dan ditolak?"

"Ver. Kalo bukan karena bunda lo yang nitipin lo sama gue. Sebenernya gue udah males berurusan sama lo."

"No." Rama menggelengkan kepala mengingatkan Rino untuk tidak melanjutkan kata-kata yang pastinya akan melukai Vera.

Mengingat Vera pernah mengurung dirinya dikamar dan tidak sekolah hanya karena diabaikan oleh Rino.

Dengan sangat terpaksa akhirnya Vera mau diantar oleh Rama. Entah berapa cara telah ia lakukan untuk kembali meluluhkan hati Rino. Namun hasilnya nihil. Hati Rino masih untuk gadis itu.

Rino masih setia memerhatikan Fadya dari jauh. Syukurlah Fadya sudah sembuh dari sakitnya. Meski masih terlihat lesu.

Siapa yang jemput kamu, Ay?

Tidak lama mobil Kak Radit mendekati gerbang sekolah. Fadya pun langsung menghampirinya. Ia sempat melirik kearah parkiran karena perasaannya sedari tadi seperti ada yang memerhatikan.

Namun Rino sengaja bersembunyi. Entah hilang kemana ke-genjle-annya.

Ia pun menaiki motor kesayangannya yang dulu pernah selalu ada seseorang yang duduk dibelakangnya. Memeluk pinggangnya. Sesekali mencubit perutnya kalau Rino membuat lelucon. Gadis dengan senyum yang selalu Rino suka. Suara manjanya. Lesung pipinya. Dan segala hal tentangnya yang takkan pernah terlupakan selamanya.

##########

Aq gga tw kl doi disana pernah ngerasain beginian. Tp sedikit mungkin lah ya. Cowok juga nginget cewek yang pernah mengisi hatinya walau cuma sebentar...

💔

17-11-2018

him (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang