"Ay. Lo bawa motor ga?"
"Bawa Nan..kenapa?"
"Kak Radit udah balik kuliah emangnya?"
"Huuhm."
"Ke Toko Buku yuk bentaran."
"Mau apa emangnya?"
"Jajan cimol! Ya cari buku Fadya cantik. Kalo ada yg disuka ya dibeli deh itu bukunya."
"Oh hehhee."
"Ketawa lo."
"Kalo aku nangis kamu ngomel2 ntar Nan."
"Hihiii iya juga ya."
Fadya memories....
Toko buku
Seseorang pernah membawaku kesana. Kami belum lama resmi jadian. Dulu lelaki itu ga bawa motor. Dia ngajak naik angkutan umum. Buatku itu seru-seru aja. Duduk berhadapan kita. Ngobrolin segala hal. Bahkan yang kita lihat di jalan.
Kita tidak berdua. Dia memintaku mengajak Nanda dan dia mengajak Rama.
Sesampainya disana, dia bilang mencari buku sejarah. Aku pikir buku pelajaran sejarah yang aku pun memilikinya, tinggal pinjam saja karena jadwal pelajaran kelas kami berbeda.
Dengan manisnya ia mengusap puncak kepalaku dan berkata bukan buku perlajaran sejarah Ay... aku nyari buku sejarah klub bola kesukaanku. Aku hanya ber-oh ria. Hingga ia menanyakan keberadaan buku itu kepada karyawan toko. Dan ternyata buku yang ia cari tidak ada. Kami pun pulang tanpa membeli apa-apa. Lucu memang, yang nyari buku satu orang yang nganternya tiga orang. Ga dapet lagi bukunya. Tapi satu hal yang baru aku sadari tidak seberapa penting kita kemana asalkan ada sedikit waktu yang dihabiskan bersama. Dan dia selalu mencuri waktu agar kita bisa barengan apapun alasannya."Ngelamun lagi ni orang."
"Eh apa Nan?"
"Kenapa lagi sih Ay?"
"Engga. Aku cuma inget dulu kita pernah ke toko buku juga. Bareng dia."
Nanda menghela nafas. Ia sudah cukup mengerti perasaan sahabatnya ini.
"Kalo lo ga mau. Ga usah dipaksa Ay. Kita ga jadi kesana."
"Eh gpp lagi Nan. Bukannya aku udah harus mulai terbiasa. Tiap hari juga aku lewatin jalan yang biasa kita lewatin bareng dulu."
"Iya Ay." Nanda mengelus punggung sahabatnya itu. Berharap apa yang menjadi luka dihati Fadya segera sembuh. Dan biarkan Fadya membuka hatinya untuk cowok lain.
"Kenangan tetaplah kenangan. Semakin kita menghindar yang namanya kenangan akan selalu melekat dan suatu saat akan teringat secara sengaja maupun tidak."
"Oke deh Fadya cantik. Udah semakin bijak aja lo. Jadi gimana Kak Rafa? Atau si tengil Rendi lah biar hari lo penuh tawa."
"Lupain deh Nan."
"Yah. Ga mempan deh bujukan gue selama ini ya?"
Fadya hanya menggelengkan kepalanya. Obrolan mengenai cowok memang selalu ingin ia hindari.
----------
"Woi kalian. Jangan pada keluar gerbang sekolah! Ada tawuran. Sekolah kita diserang." Seru salah satu siswa.
Dan semua orang panik dibuatnya. Guru-guru berusaha menenangkan para siswanya. Menelpon pihak kepolisian guna meredakan tindakan tidak patut dicontoh ini.
Fadya dan Nanda yang sedang berjalan keluar dari kelas mereka juga jadi ikut cemas. Pasalnya kabar yang beredar bahwa yang terlibat dalam tawuran kebanyakan anak XI.
"Yang luka cukup parah anak XI.IPS.2."
"Iya soalnya mereka yang pas banget lagi nongkrong di warung depan."
"Sekarang mereka lagi pada diobatin di UKS."
KAMU SEDANG MEMBACA
him (END)
Teen FictionBertahan atau melepaskan Selalu ada alasan yg menyertai keduanya Tapi ada satu hal yg sulit dihentikan ketika kamu melepaskan seseorang Kamu tidak selalu bisa benar2 menghapusnya dalam ingatanmu Meskipun kamu sudah berusaha keras mengenyahkan segala...