29💕wahai kau cinta

33 3 0
                                    

Rino terus mengejar Fadya hingga gerbang sekolah.

"Ay. Pliss tunggu disini. Biar aku ambil motor dulu."

"Aku bisa pulang sendiri."

"Dan aku ga akan ngebiarin itu."

"Apa peduli kamu?"

"Ay. Aku cowok kamu. Aku peduli sama kamu. Aku sayang banget sama kamu."

Dan kamu dah bikin aku sakit dan kecewa Rino.

"Emang aku peduli?"

"Ay...? Aku anter kamu pulang." Rino menggandeng tangan Fadya meski Fadya sempat menolak. Sekali ini saja, jika ini hari terakhir bagi mereka. Rino masih ingin mengantar Fadya pulang.

Fadya masih memasang wajah malas untuk pulang diantar Rino. Ia sangat marah dan kecewa. Dan ia berpikir akan mengakhiri semuanya hari ini juga. Ia sudah tak sanggup lagi mendengar segala hal tentang Rino. Terlepas itu benar atau tidak. Tetapi ketika banyak yang mengatakannya. Kemungkinan hal itu benar adanya.

Fadya masih berkutat dengan pikirannya hingga tidak menyadari bahwa mereka sudah sampai di parkiran. Rino hendak memakaikan helm kepada Fadya. Namun lagi2 gadisnya itu menolak. Tapi bukan Rino namanya jika ia harus menyerah.

Meski Fadya menolak, Rino tetap mengambil lengan Fadya agar diam saja sementara jari tangannya dengan telaten mengaitkan tali helm agar aman dan nyaman dipakai oleh kekasihnya.

Meski keduanya kini saling berhadapan. Namun Fadya menolak menatap Rino yang masih setia menatapnya meski helm yang Fadya pakai sudah terpasang sempurna.

Akhirnya mereka menaiki motor Rino. Dengan Fadya yang berusaha menjaga jarak dari badan Rino. Dan Rino tidak membiarkan hal itu terjadi.

"Kalau kamu ga pegangan. Aku bakal sengaja ngebut biar kamu mau pegangan."

"Gila ya kamu?"

"Aku emang tergila-gila sama kamu sampai sekarang dan seterusnya."

Fadya tidak menanggapi ocehan Rino. Dan karena ia tidak mau mengambil resiko. Dengan sangat terpaksa ia melingkarkan tangannya ke perut Rino. Masih ada desir di hatinya ketika dengan sengaja Rino mengelus tangannya.

Sesampainya di rumah Fadya. Rino langsung berinisiatif untuk turun dari motornya dan mengejar Fadya hingga ke depan pintu rumah kekasihnya itu.

"Ay...bisa kita bicara sebentar?"

"Aku rasa udah ga ada lagi yang perlu kita bicarakan. Kita selesai sampai disini."

Fadya dengan ketegaran hati akhirnya menumpahkan segala perasaannya yang semakin lama menjadi tak karuan.

"Kita ga boleh selesai. Aku ga mau."

"Terserah kamu Rino. Tapi yang jelas aku udh capek kaya gini terus."

"Aku bisa jelasin lagi ke kamu."

"Apa lagi yang perlu kamu jelasin. Semua sudah sangat jelas bahkan kemana kini arah perasaan kamu pun aku udah tau."

"Ini ga seperti yang kamu kira. Mereka hanya masa lalu aku."

"Tapi mereka mengusik aku Rino. Aku ga sanggup. Lebih baik aku mundur."

"Dengan mengorbankan perasaan kita?"

"Apa kamu pikir. Aku masih mempunyai rasa itu? Semua udah hilang ketika secara perlahan kamu selalu bikin aku kecewa."

"Ay? Jangan bilang kamu udah ga sayang sama aku."

Aku masih sayang kamu Ino. Tapi...

"Semua udah jelas Rino. Mulai sekarang kita udah ga ada hubungan apa2 lagi."

him (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang