13💕ditemenin pacar

36 5 0
                                    

Seperti biasanya Rino akan menunggu Fadya di depan mading dekat kelas Fadya. Siang itu Rino sudah memakai seragam basket ekskul yang ia tekuni. Kebetulan juga hari ini ada jadwal latihan untuk tim basket baru di SMA Nusa Bangsa.

Karena di sekolah ini tidak mewajibkan seluruh muridnya untuk mengikuti kegiatan ekskul. Maka dengan senang hati Fadya pun tidak memilih mengikuti ekskul. Ia lebih senang menghabiskan waktunya di perpus atau lebih baik pulang ke rumah saja. Menuntaskan membaca novel-novel koleksinya.

Tidak dengan hari ini. Rino meminta Fadya untuk menemaninya latihan. Sesekali Fadya menolak permintaan Rino ini tapi lebih sering ia menyanggupinya. Toh, menemani pacar sendiri tidak ada salahnya. Lagian ia hanya akan duduk manis dipinggir lapangan. Kalau bosan melanda Fadya akan keluar lapangan, berjalan ke kantin atau taman sekolah. Rino tidak keberatan akan hal itu.

Dirasa-rasa lagi Rino bukan tipe pacar yang mengharuskan setiap keinginannya terpenuhi. Ini yang membuat Fadya nyaman hingga saat ini. Dan walaupun dianugerahi wajah tampan, akademik yang mulai menonjol meski di jurusan IPS, masuk ekskul bergengsi juga sikap friendly yang ia tunjukan. Itu semua paket lengkap untuk dikenal sebagai salah satu most wanted sekolah.

Namun Rino tidak menganggap itu semua sesuatu yang harus dibanggakan. Apalagi dimanfaatkan untuk menggaet para cewek yang lebih. Cukup baginya seorang Fadya Kamila. Cewek cantik, kalem, pinter, ramah walau kadang jutek-jutek gemesin di saat-saat tertentu. Untuknya dengan memiliki Fadya merupakan anugerah terindah di setengah perjalanan hidupnya.

"Hai." Fadya menyapa Rino dengan senyum manisnya.

Meleleh hati abang neng.

"Hai juga." Rino mengusap puncak kepala Fadya lembut.

Aku paling suka perlakuan manisnya ini.

"Latihan jam berapa?" Keduanya kini berjalan bersisian menuju kantin. Sebelum latihan Rino meminta Fadya menemaninya makan dulu. Karena istirahat kedua tadi Rino tidak sempat ke kantin.

"Jam 3. Mau nemenin atau aku anter pulang dulu?"

Fadya tertawa kecil membuat Rino bingung.

"Lho kenapa malah ketawa?"

"Lucu ih kamu sekarang bilangnya aku kamu." Masih dengan sisa tawanya.

"Aneh ya? Hheee." Rino menggaruk kepala belakangnya yang tidak gatal.

"Gpp ko, gue juga nyoba ngomong elo gue deh."

"Ga pantes kali Ay." Kini Rino yang tertawa sambil mencubit pipi Fadya gemas.

"Sakit." Fadya mengerucutkan bibirnya. Membuat Rino tambah gemas.

"Habis gemesin banget cewek aku." Rino mengelus lembut pipi Fadya. Sekaligus melihat rona merah disana.

Gadis ini. Gue sayang banget sama dia!

###

Meski ini hanya latihan basket. Banyak murid yang rela menghabiskan waktunya untuk menonton. Daripada pulang ke rumah suntuk, mending cuci mata lihat cogan anak basket. Ada tim chers nya juga lagi latihan.

Sorak sorai penonton meramaikan latihan sore itu.

"Ferino Aksen aku padamu."
"Rino i love you."
"Rino keren banget."
"Tapi sayang udah punya cewek si Rino itu."
"Oh iya cewek anak ipa itu ya. Cantik juga kalo ga salah tapi ya kurang stylist dandanannya."

"Dika Dika Dika."
"Dika so handsome."

Dan banyak lagi dukungan-dukungan yang disuarakan oleh cewek-cewek kecentilan di bangku penonton. Fadya mendengar jelas kerumunan cewek yang baru saja membicarakan dirinya dan Rino. Tapi ia mencoba cuek akan hal itu. Sudah biasa!

Hari ini kebetulan pelatih meminta mereka untuk membagi menjadi dua tim untuk tanding. Pelatih ingin melihat kelihaian mereka untuk nantinya dibentuk tim inti.

Senyum licik terlihat di wajah tampan Dika. Masih ingat bukan dendam yang membelenggu keduanya. Permasalahan yang belum tuntas.

Seusai latihan Rino hendak mengahampiri Fadya. Senggolan sengaja Dika membuat Rino hampir terhuyung ke depan. Namun dengan sigap Rino mengendalikan tubuhnya agar tidak sampai jatuh.

Tanpa berbicara satu patah kata pun, Rino hanya menatap datar kearah Dika. Rino mencoba tidak menghiraukan perlakuan Dika barusan. Senyum meremehkan masih tercetak jelas di wajah Dika. Rino tidak mau ambil pusing.

Tak lama suara manja Bunga terdengar menghampiri Dika. Mereka melirik sekilas kearah Fadya dan Rino yang sudah berada dekat dengan Fadya.

Fadya melihat semuanya. Banyak pertanyaan mulai bermunculan. Ia masih ingat perkataan Bunga di toilet tempo hari. Juga Dika yang menyingging hal yang sama. Ditambah lagi perkataan Danu saat kumpul kelompok kimia.

"Gue ga nyangka lo mau nerima Rino."
Fadya mengernyit bingung. "Maksud kamu Dan?"
"Lo ga tau masa lalunya."
"Sayang aja cewek sebaik lo jatuh ke tangan dia."
Lanjut Danu saat itu.

Percakapan pun terhenti ketika itu karena mereka harus segera memulai praktik di lab.

"Haus ya? Ini minumnya."
Senyum Fadya menghiasi wajah cantiknya. Dengan rambut diikat kebelakang agak tinggi. Menyisakan helaian anak rambut di sisi wajahnya. Menambah manis tampilannya hari ini. Jaket levis milik Rino tersemat dibadannya.

Ya. Rino pernah meminta Fadya untuk memakainya ketika mengantar gadisnya pulang karena saat itu gerimis dan Fadya lupa membawa sweater.

"Makasih Ay... Nanti lagi jangan senyum gitu ya."

"Kenapa emangnya?"

"Takut banyak yang naksir. Kamu cantik banget soalnya."

"Gombal." Fadya mencebikan bibir bawahnya.

"Aku serius Ay." Rino merapikan helaian rambut Fadya ke belakang telinga.

"Apalagi kalau rambutnya kaya gini." Lanjut Rino membuat sesuatu menghangat dalam diri Fadya.

"Udah ah pulang yu dah sore." Lama-lama Fadya bisa diabetes mendapat perlakuan manis dari Rino terus menerus.

##########

him (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang