Keesokan harinya Fadya kembali menghindari Rino. Ia benar-benar belum siap mendengar apapun penjelasan Rino. Entah mengapa ketika pertama kali bertemu dengan Vera pun Fadya sudah bisa menilai perasaan Rino kepada Vera dulu. Dan dari tatapan mereka berdua seperti masih sama-sama menyimpan rasa. Entahlah...
Hingga bel istirahat berbunyi, Fadya masih betah berdiam diri di kelasnya. Meski Nanda sudah membujuknya untuk ikut ke kantin. Alasan Fadya adalah malas bertemu dengan siapapun khususnya Rino. Meski tidak menutup kemungkinan Rino akan mendatangi kelasnya tidak lama lagi.
Gerakan Fadya hendak menyumpal telinganya dengan headset terhenti ketika Danu duduk di depan bangkunya.
"Gue harus ngasih tau lo tentang ini Fad."
Fadya hanya menaikan sebelah alisnya. Tidak mengerti arah pembicaraan Danu. Dan selama mereka sekelas, baru kali ini Danu berani mendekatinya seperti ini. Biasanya Danu hanya mengiriminya pesan-pesan tidak jelas dan penuh teka teki juga. Yang Fadya tidak ingin mengetahuinya.
"Pertama lo harus tau tentang Rino dan Dika. Mereka dulu sobatan. Tapi karena cewek, persahabatan mereka akhirnya bubar."
Fadya hanya diam mendengarkan apasaja yang sedang dan akan Danu katakan lagi. Sebenarnya ia cukup pernah mendengar selentingan2 mengenai Rino. Tapi ia masih berusaha menunggu kekasihnya sendiri yang menceritakan apapun itu yang tidak Fadya ketahui.
"Kedua, Vera yang anak baru itu dulunya sahabat kecil Rino dan Rino punya perasaan lebih dari sahabat ke Vera. Tapi Vera ga menanggapi perasaan Rino sampe akhirnya Vera pindah ke luar kota. Dan dari situ Rino ga pernah deketin cewek. Baru lo yang berhasil naklukin hatinya. Tapi gue denger Dika dan Vera putus gitu. Otomatis Vera larinya ke Rino lagi. Kan mereka dulunya sahabatan."
Benar saja apa yang dilihat Fadya kemarin di taman. Sepertinya diantara mereka masih ada ikatan yang kuat. Entah rasa sayang yang belum tuntas. Yang mengatasnamakan persahabatan. Karena setahu Fadya, tidak ada persahabatan yang murni antara laki-laki dan perempuan.
Semakin didengar perkataan Danu ini entah kemana arahnya dan untuk apa juga Danu mengatakannya kepada Fadya. Tapi alih2 pergi, Fadya masih tetap ditempatnya. Karena untuk beranjak pun ia cukup malas.
"Trus, lo tau Bunga kan? Cewe yang sekelas sama Rino. Nah tu cewek ceritanya suka sama Dika tapi suka juga sama Rino. Dan cewe inilah penyebab persahabatan Dika Rino bubar."
"Mereka sampe berantem. Muka Rino babak belur."
Fadya jadi teringat ketika pertama kali bertemu dengan Rino di halte. Saat itu wajah Rino memang penuh luka lebam. Plester dimana-mana.
"Trus maksud kamu apa bilang ini semua ke aku?" Akhirnya Fadya bicara juga setelah tadi hanya diam mendengarkan celotehan Danu.
"Ya. Kamu perlu tau ini Fad. Cowo seperti apa yang kamu pacarin tuh. Dia bukan cowo baik-baik."
Fadya hanya menghembuskan nafasnya lelah. Terserahlah Danu jika masih mau mengoceh. Fadya hendak memakai headsetnya yang tadi tidak jadi ia pasang. Ketika tatapan Danu terlihat serius kearahnya.
"Ini yang paling penting Fad. Lo harus siap dengernya. Rino dan Bunga....."
Entah kenapa tiba-tiba Danu tidak tega mengatakannya kepada Fadya. Kalau bukan sogokan dari Dika. Ia tidak mau kalau harus melihat Fadya terluka.
"Mereka...."
Fadya penasaran. Hanya saja dalam hati kecilnya ia masih ingin mempercayai Rino.
"Mereka pernah tidur bareng."
Dan luka yang pernah bersemayam dihatinya seperti kembali tersayat. Jadi benar apa yang pernah diakui Bunga ketika itu? Hati Fadya terasa sakit.
Fadya pikir Bunga hanya mengada-ngada karena memiliki rasa kepada Rino. Tapi jika mendengar kabar yang sama dari dua orang yang berbeda. Kemungkinan besar semua itu nyata dan pernah terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
him (END)
TienerfictieBertahan atau melepaskan Selalu ada alasan yg menyertai keduanya Tapi ada satu hal yg sulit dihentikan ketika kamu melepaskan seseorang Kamu tidak selalu bisa benar2 menghapusnya dalam ingatanmu Meskipun kamu sudah berusaha keras mengenyahkan segala...